Infeksi Virus Herpes Meningkatkan Risiko Demensia Alzheimer
Oleh
Evy Rachmawati
·2 menit baca
Demensia Alzheimer ternyata terkait dengan infeksi herpes. Prof Ruth Itzhaki dari Universitas Manchester, yang 25 tahun meneliti ini, mengatakan, virus herpes memicu alzheimer dan obat antiviral menekan risiko pikun pada pasien herpes.
Kajian yang dipublikasikan di Frontiers in Ageing Neuroscience itu memberi harapan terapi pencegahan alzheimer. Virus herpes ada di sel saraf dan kekebalan tubuh, yang aktif saat kita sakit. Mayoritas pasien kena Herpes Simplex Virus 1 (HSV1) di usia lanjut. ”HSV1 ada pada 50 persen kasus alzheimer,” kata Itzhaki, Jumat (19/10/2018).
Selama ini HSV1 dikenal sebagai penyebab luka dingin. Itzhaki mengungkapkan, luka itu kerapkali membawa gen APOE-ε4, jenis gen yang bisa meningkatkan risiko alzheimer. “Teori kami adalah, gen APOE-ε4 carriers, kembali aktif lebih sering dan berbahaya pada sel-sel ptak yang terinfeksi HSV1, yang mengakibatkan akumulasi kerusakan dalam perkembangan alzheimer.
Membuktikan teori
Untuk membuktikan teori itu, sejumlah negara mengumpulkan data populasi yang diperlukan untuk menguji teori ini misalnya, untuk mengetahui apakah pengobatan antivirus mengurangi risiko demensia.
Sementara di Taiwan, para peneliti telah melakukan hal itu. Di negara itu, sebanyak 99,9 persen dari populasi terdaftar dalam Database Riset Asuransi Kesehatan Nasional, yang secara ekstensif digali untuk mendapat informasi tentang infeksi mikroba dan penyakit.
Pada tahun 2017-2018, tiga penelitian diterbitkan yang menggambarkan data Taiwan tentang perkembangan pikun yang mana alzheimer merupakan penyebab utama dan pengobatan pasien dengan tanda-tanda infeksi HSV atau varicella zoster yang jelas.
“ Hasil riset membuktikan, risiko demensia lebih besar pada mereka yang terinfeksi HSV, dan pengobatan antivirus herpes secara signifikan menurunkan jumlah subjek terinfeksi HSV1 yang terkena demensia,” kata Itzhaki. Namun, hasil riset di Taiwan hanya berlaku untuk infeksi HSV1 (VZV) berat yang langka.
"Idealnya, kami akan memelajari tingkat demensia di antara orang-orang yang menderita infeksi HSV1 ringan, termasuk herpes labialis (luka dingin) atau herpes genital ringan," ujarnya. Meski perlu ada riset lanjutan untuk mengonfirmasi dan menentukan hubungan kausal antara infeksi HSV1 dan alzheimer, Itzhaki antusias tentang prospek pengobatan.
Sejauh ini, lebih dari 150 publikasi mendukung peran HSV1 di Alzheimer. Apalagi temuan di Taiwan membenarkan penggunaan antivirus antiherpes - yang aman dan ditoleransi dengan baik - untuk mengobati penyakit Alzheimer. Hasil studi itu mendukung pengembangan vaksin HSV1 yang kemungkinan akan menjadi pengobatan yang paling efektif.