INCHEON, KAMIS-Dunia membutuhkan pemimpin yang mendasarkan kebijakan pada tuntunan sains. Saat ini temuan para ilmuwan tentang masa depan Bumi di bawah ancaman perubahan iklim sedang dinegosiasikan dengan para pemimpin dunia. Sementara, hutan adalah jawaban kunci.
Negara-negara anggota Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim (UNFCC) meminta laporan khusus dari para ahli dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mengenai makna kenaikan suhu 1,5ºCelsius. Kenaikan merujuk pada suhu bumi sebelum REvolusi Industri.
"Kita butuh kepemimpinan iklim baru. Laporan ini bukan tentang politik, ini laporan ilmiah dan kita butuh pemimpin-pemimpin yang dipandu ilmu pengetahuan. Mereka tidak bisa menyembunyikan bukti-bukti ini,” ujar Direktur Eksekutif Greenpeace Internasional Jeniffer Morgan, Kamis (4/10/2018) di Incheon, Korea Selatan.
“Laporan IPCC dibuat untuk menyusun rencana penyelamatan kemanusiaan. Itu menyoroti apa yang terjadi dan kita bakal menderita jika gagal bertindak cepat," tambahnya. "Pemimpin yang berani, akan mendengarkan ilmu pengetahuan dan bertindak akan dikenang sebagai pemilik otoritas moral," tegasnya. Pernyataan itu dibuat bersamaan dengan pertemuan para ilmuwan dari IPCC dengan perwakilan pemimpin negara, 1-8 Oktober 2018 di Incheon, Korea untuk menegosiasikan isi laporan. Mereka meneliti setiap rincian kata dan kalimat dalam laporan tersebut. Hasilnya akan dipublikasikan Senin (8/10/2018).
Talanoa Dialogue, hasil Konferensi Iklim Pertemuan Para Pihak ke-23 (COP-23) di Bonn, Jerman tahun lalu akan menjadi platform pada COP-24 di Katowice, Polandia.
Hutan jawaban kunci
Menjelang pertemuan di Incheon, 40 ilmuwan dari segala penjuru dunia menandatangani pernyataan yang menegaskan bahwa hutan adalah jawaban kunci untuk perubahan iklim.
Pernyataan mereka tegas, "Masa depan iklim planet kita melekat erat pada masa depan hutan." Namun tentang Indonesia, pakar perubahan iklim dari Brasil, Carlos Nobre menjawab pertanyaan Kompas mengatakan, "Meskipun sudah ada peraturan melindungi hutan, namun itu belum pada skala yang bisa membuat yakin bisa mencapai deforestasi nol pada 2030," tulisnya lewat surat elektronik.
Ada lima alasan utama mengapa hutan merupakan kunci penyelamat. Pertama, untuk menjaga suhu bumi tidak naik lebih dari 1,5ºCelsius dunia tak bisa lagi mengemisikan lebih dari 750 miliar tonCO2eq (ton setara CO2) padahal karbon yang sudah siap diexploitasi, pada umumnya ada di hutan, sekitar 2.750 miliar tonCO2eq..
Kedua, sekitar 47 persen dari 39 miliar tonCO2eq emisi dari deforestasi lepas bertahan di atmosfer. Ketiga, untuk mencapai batas 1,5ºCelsius pemulihan hutan dan tata kelola hutan bisa membuat pembiayaan mitigasi 18 persen lebih efektif sampai 2030. Alasan keempat menyebut, konservasi adalah kunci dan teknologi bukan solusi tepat. Alasan kelima, hutan tropis dapat mendinginkan bumi, sebaliknya suhu lokal akan menaikkan suhu lokal 3ºCelsius. (ISW)