JAKARTA, KOMPAS - Menjelang Konferensi Perubahan Iklim ke-24 di Katowice, Polandia pada awal Desember 2018, Indonesia menyiapkan diri dalam penyusunan Dialog Talanoa. Ini sebagai bagian Kesepakatan Paris yang disusun untuk mengolaborasi dukungan publik dalam pengendalian perubahan iklim.
Dialog Talanoa ini dihasilkan dari Konferensi Perubahan Iklim Ke-23 di Bonn dengan tuan rumah Fiji. Talanoa sendiri merupakan bahasa tradisional Fiji untuk merefleksikan proses diaoog terbuka, partisipatif, dan terbuka.
"Tujuan Talanoa ini untuk berbagi cerita, membangun empati, dan membuat keputusan bijak untuk kepentingan bersama," kata Ruandha A Sugardiman, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa (25/9/2018) di Jakarta dalam pertemuan Pre-Talanoa Dialogue yang didukung Uni Eropa.
Duta Besar UE untuk Indonesia dan Brunei Vincent Guerend mengatakan Indonesia berperan kunci dalam mengambil tindakan nyata dalam pengendalian perubahan iklim. Indonesia memiliki hutan tropis serta sebagai negara berkembang yang memiliki alternatif-alternatif pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan ini diikuti diskusi oleh Fadhlullah TM Daud (Wabup Pidie, Aceh), Mahawan Karuniasa (Universitas Indonesia), Purwadi Soeprihanto (Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia/APHI), Michael Bucki (Uni Eropa), dan Wahjudi Wardojo (moderator).