Pendekatan Multiperspektif Dibutuhkan untuk Selesaikan Persoalan Bangsa
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pendekatan multiperspektif yang menyeluruh dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Peran media massa semakin penting di tengah kemajuan industri 4.0. Terutama untuk menjembatani kegagapan masyarakat Indonesia yang masih kental dengancorak hidup tradisional.
Hal itu mengemuka saat pengurus baru Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bertandang ke Menara Kompas, Palmerah Selatan, Jakarta, Kamis (20/9/2018).
Hadir Ketua AIPI Prof. Satryo S. Brodjonegoro serta sejumlah ketua komisi bidang-bidang keilmuan, antara lain Ketua Komisi Ilmu Rekayasa: Prof. Aman Wirakartakusumah, Ketua Komisi Kebudayaan: Prof. M. Amin Abdullah, dan Anggota Komisi Ilmu Sosial Prof Dewi Fortuna Anwar. Sementara itu, Kompas diwakili Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudy dan jajaran redaksi.
Sejak dilantik pada 1 Juli lalu, pengurus baru AIPI periode 2018–2023 mengagendakan pengembangan ilmu pengetahuan untuk “100 Tahun Kemerdekaan RI pada 2045”. Ketua AIPI Prof. Satryo S. Brodjonegoro menekankan, hal itu memerlukan perlakuan dan pendekatan antarbidang dalam menghadapi perubahan dan persoalan Indonesia pada 2045.
“Semua masalah memerlukan pandangan menyeluruh. Anggota komisi-komisi di AIPI saling berkoordinasi dengan memandang bagaimana eksistensi Indonesia pada 2045,” ujar Satryo.
Tiga isu mendasar
Menyoal dinamika zaman, Ketua Komisi Kebudayaan AIPI Prof. M Amin Abdullah menyebut tiga isu mendasar yang harus diurai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, masyarakat informasi era modern melahirkan keguncangan sosial dalam situasi post-truth (pascakebenaran).
“Kini semua menjadi relatif, bagaimana masyarakat perlu lebih sehat untuk menghadapi kondisi yang demikian mengacaukan kebenaran,” ungkap Amin seraya menyebut penyebaran hoaks dan ujaran kebencian sebagai wujudnya. Di titik inilah, media massa patut berperan efektif meredam informasi sesat itu.
Kedua, dalam dunia pendidikan, menjamurnya perguruan tinggi swasta baru menimbulkan kekhawatiran rendahnya kualitas lulusan sarjana. Meski pengembangan keilmuan relatif pesat di bidang teknik dan ilmu terapan, misalnya, kelemahan budi pekerti menjadi pekerjaan rumah pendidikan di masa mendatang.
“Kualitas SDM ditentukan oleh kualitas lembaga pendidikannya. Kita harus berani menerobos kemiskinan nilai-nilai dan spiritualitas. Budi pekerti dapat menjadi spiritualitas baru kita,” tutur Amin.
Kualitas SDM ditentukan oleh kualitas lembaga pendidikannya. Kita harus berani menerobos kemiskinan nilai-nilai dan spiritualitas. Budi pekerti dapat menjadi spiritualitas baru kita
Dalam konteks sosial-politik, Amin mewanti-wanti kondisi kemunculan kelompok-kelompok anti-Pancasila yang makin marak. Indeks toleransi antarwarga dan indeks pembangunan manusia, menurutnya, perlu dipantau seiring dengan penguatan indikator-indikator kelima sila sebagai dasar negara.
Dia membandingkan indikator itu dengan butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. “Pancasila tidak hanya diceramahkan, tapi jelas indikator-indikatornya,” kata dia.
Anggota Komisi Ilmu Sosial AIPI Prof. Dewi Fortuna Anwar menegaskan, pemahaman multidisipliner pada semua sektor memang mutlak diberdayakan. Dalam praktiknya, praktisi ataupun ilmuwan bidang apapun sangat dipengaruhi sistem sosial masyarakat yang melingkupinya. Dalam pembangunan fisik di suatu wilayah, misalnya, harus dilihat dengan menyertakan perspektif sistem budaya dan sosial masyarakat setempat.
Setiap masalah di Indonesia, kata Dewi, “Perlu dilihat kompleksitasnya agar tidak semata sama rata dalam penentuan kebijakan, tapi mengabaikan kearifan lokal warganya.”
Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudy menanggapi ide dan langkah-langkah yang direncanakan AIPI ke depan. Dia mengatakan, Kompas berkomitmen penuh selaras dengan misi AIPI mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai solusi masalah bangsa. Sebagai media massa, Kompas akan melanjutkan hubungan kerja sama di bidang iptek dengan AIPI dan lembaga-lembaga pendidikan.
“Kegiatan diskusi dan diseminasi pengetahuan akan terus Kompas jalankan,” kata Ninuk. (ROBERTUS RONY SETIAWAN)