Petani Kendeng, yang bergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), pada Sabtu (8/9/2018) meresmikan sebuah langgar atau masjid kecil di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Langgar tersebut resmi dinamai Langgar Yu Patmi sebagai kenangan akan Patmi yang teguh menolak tambang batu kapur dan pabrik semen yang mengancam kelestarian ekosistem Pegunungan Kendeng.
Langgar dua lantai itu dibangun berlatarkan filosofi ”manusia wajib berusaha, dan hasil usahanya dipasrahkan kepada Sang Pencipta Kehidupan, Allah SWT”. Demikian penjelasan melalui siaran pers dari JMPPK yang ditandatangani Gunretno sebagai narahubung JMPPK.
Patmi meninggal setelah mengikuti aksi cor semen pada kaki yang dilakukan para ibu yang tergabung pada JMPKK dan kemudian diikuti berbagai anggota elemen organisasi masyarakat sipil. Aksi cor kaki dengan semen juga dilakukan pada pendukung gerakan tolak semen warga Kendeng tersebut di beberapa kota di Jerman—negara pemilik saham salah satu pabrik yang berdiri di kawasan Pegunungan Kendeng.
Di Pegunungan Kendeng terdapat lebih dari 20 lokasi penambangan batu kapur. Hingga kini warga Kendeng terus memperjuangkan agar di kawasan Pegunungan Kendeng tidak dilakukan penambangan karena merupakan sumber air untuk pertanian mereka. Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) I dan KLHS II yang telah dilakukan para ahli tidak berdampak perubahan apa pun dan tidak muncul kebijakan baru dari Presiden Joko Widodo pascalaporan KLHS tersebut.
Acara peresmian langgar itu dihadiri Alissa Wahid, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian; salah satu ketua NU, Imam Azis; anggota Dewan Tim Presiden, Yahya Cholil Staquf; dan Soesilo Toer, penulis puisi ”Yu Patmi”.
Menyambut peresmian langgar tersebut, Alissa mengatakan, ”Nasib kelestarian Kendeng yang tahu adalah warga Kendeng sendiri. Karena pemerintah dan perusahaan raksasa hanya melihat dari untung ruginya. Untuk itu kita harus menyuarakan tentang keadaan Kendeng yang sebenarnya kepada mereka. Itulah yang diperjuangkan Yu Patmi. Perjuangan Yu Patmi mengingatkan saya dengan almarhum Gus Dur. Dalam hidup dan dalam perjuangan, semuanya tidak mudah. Karena kita bukan tokoh dongeng, kita bukan tokoh mitos yang tidak punya rasa takut. Walau ketakutan kita berusaha melompati pagar batas ketakutan, dan dengan itulah martabat kita, harga diri kita ditetapkan.”
Sementara menurut Imam Azis, ”Masyarakat Kendeng sejahtera tanpa adanya kegiatan penambangan. Pemerintah daerah ataupun pusat seharusnya menghentikan izin-izin pertambangan dan membuat kebijakan yang pro lingkungan supaya Kendeng tetap lestari.” (ISW)