Sebanyak 37 juta orang di seluruh dunia tengah mengidap HIV (human immunodeficiency virus) dan AIDS (acquired immune deficiency syndrome). Jumlah itu bertambah 1,8 juta kasus baru setiap tahun. Meski ada banyak kemajuan dalam terapi HIV, penyembuhan penderita dan pengembangan vaksin HIV masih sulit dipahami ilmuwan.
Saat ini sudah ada obat profilaksis pra-pajanan (PrEP) berupa obat antiretroviral (ARV) yang efektif mencegah HIV. Obat ini tidak membunuh virus, tapi memerlambat pertumbuhan virus. Namun, karena berupa obat, bukan vaksin, ARV harus diminum secara teratur setiap hari untuk mencegah kegagalan pengobatan akibat virus menjadi beradaptasi dan kebal.
Karena itu, membuat vaksi HIV merupakan tantangan besar bagi para ilmuwan. Bukan hanya karena begitu banyaknya galur virus yang ada, namun juga karena karakter virus HIV yang pandai bermutasi untuk menghindari serangan dari sistem kekebalan tubuh manusia.
Vaksin mosaik
Selama ini, sejumlah ilmuwan telah menemukan sejumlah vaksin HIV. Kelemahannya, vaksin itu hanya berasal dari galur virus HIV tertentu yang ditemukan di beberapa negara saja. Sementara untuk vaksin HIV mosaik yang berasal dari berbagai jenis virus HIV, saat ini baru dikembangkan sejumlah ilmuwan. Vaksin mosaik itu diharapkan memberi perlindungan lebih baik terhadap berbagai galur virus HIV dan bisa digunakan di seluruh dunia.
Tim peneliti yang dipimpin Profesor Dan H Barouch dari Pusat Kedokteran Beth Israel Deaconess, Sekolah Kedokteran Harvard, Boston, Amerika Serikat (AS) menguji sebuah vaksin mosaik HIV baru. Hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Lancet, Jumat (6/7/2018), menunjukkan vaksin tersebut memberikan hasil yang menjanjikan.
Proses uji vaksin HIV itu dilakukan terhadap 393 responden berumur 18-50 tahun yang berada di AS, Rwanda, Uganda, Afrika Selatan, dan Thailand. Kepada responden diberikan empat kali vaksin selama 48 minggu.
Vaksin yang diujikan terdiri dari beberapa kombinasi dan diberikan secara acak. Responden dan peneliti tak diberitahu obat yang diuji dan pembandingnya (double-blind). Proses uji juga dilakukan dengan membandingkannya melalui pemberian plasebo atau obat tanpa zat aktif (placebo-controlled) pada responden. Hasilnya, semua kombinasi vaksin aman dan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang anti-HIV.
Bahkan, pemberian kombinasi vaksin itu pada monyet bisa memberi sejumlah perlindungan terhadap virus lain yang mirip dengan HIV. Selain itu, vaksin mosaik HIV mampu melindungi 67 persen dari 72 monyet yang diuji hingga mereka terhindar dari serangan HIV. “Hasil ini jadi tonggak penting (pembuatan vaksin HIV),” kata Barouch seperti dikutip dari BBC, Sabtu (7/7/2018).
Hasil ini jadi tonggak penting (pembuatan vaksin HIV).
Meski demikian, Barouch mengingatkan untuk menyikapi hasil studi itu dengan penuh kehati-hatian. Vaksin ini memang bisa memicu munculnya sistem kekebalan tubuh terhadap virus HIV. Namun, belum jelas apakah sistem kekebalan tubuh yang muncul itu cukup untuk melawan virus HIV dan mencegah infeksi. Karena itu, uji lanjut diperlukan untuk memastikan sistem kekebalan tubuh yang terbentuk dapat mencegah infeksi HIV pada manusia.
“Kemampuan vaksin menginduksi sistem kekebalan tubuh untuk HIV bukan mengindaksikan vaksin itu akan memberikan manusia perlindungan terhadap infeksi HIV. Ini tantangan dalam pengembangan vaksin HIV dan belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkapnya.
Kemampuan vaksin menginduksi sistem kekebalan tubuh untuk HIV bukan mengindaksikan vaksin itu akan memberikan manusia perlindungan terhadap infeksi HIV.
Meski demikian, studi itu tetap memberikan hasil menjanjikan dalam pengembangan vaksin HIV. Tim peneliti akan mengujikan vaksin ini pada 2.600 perempuan di Afrika Selatan yang berisiko tertular HIV. Uji akan dilakukan terhadap satu dari lima vaksin yang ada untuk dilihat efikasinya atau tingkat kemanjurannya.
Sejauh ini, hanya satu jenis vaksin yang sudah diujikan di Thailand. Hasilnya, vaksin itu menurunkan tingkat infeksi 31 persen. Namun, capaian itu dianggap terlalu rendah agar vaksin itu bisa diajukan penggunaannya untuk populasi umum.
Direktur Medis Terrence Higgins Trust, lembaga amal Inggris untuk layanan kesehatan seksual dan HIV, Michael Brady mengatakan studi awal tentang vaksin HIV itu amat menjanjikan. Namun, penting untuk berhati-hati bahwa banyak hal harus dilakukan agar vaksin yang efektif mencegah HIV tersedia.
Saat ini, ada cara efektif mencegah penyebaran HIV dan penyakit seksual lainnya yaitu dengan penggunakan alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi itu juga efektif mencegah penularan virus dari mereka yang positif mengidap HIV.