JAKARTA, KOMPAS-Dinamika cuaca regional memicu terjadinya hujan lebat di wilayah Indonesia bagian tengah dan diperkirakan masih akan berlangsung hingga tiga hari ke depan. Banjir yang melanda tujuh kecamatan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, sejak sepuluh hari terakhir selain dipicu dinamika cuaca regional juga topografi lokal di daerah ini.
“Hujan yang terjadi beberapa hari terakhir dengan intensitas sedang hingga lebat di Wajo, Sulawesi Selatan, dipicu pola siklonik dan juga topografi lokal,” kata Kepala Subbidang Prediksi Cuaca, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra, di Jakarta, Senin (2/7).
Agie menjelaskan, pola angin siklonik terbentuk cukup persisten di sekitar Selat Makassar menyebabkan massa udara yang lembab dari perairan timur dan selatan Indonesia terkumpul atau tertahan di area tersebut. Kondisi ini memicu terbentuknya awan-awan hujan di Sulawesi bagian selatan.
Agie menambahkan, topografi Kabupaten Wajo di daerah teluk yang dikelilingi oleh pegunungan jarak mengakibatkan pola sirkulasi atmosfer di wilayah tersebut cukup kompleks. “Umumnya pada wilayah dengan kondisi topografi seperti ini hujan dengan intensitas tertinggi akan terjadi pada dini hari hingga menjelang matahari terbit. Hal ini karena ketika rentang waktu tersebut terdapat daerah pertemuan angin yang cukup kuat akibat interaksi angin darat-laut dan angin gunung lembah di sekitar pesisir pantai,” kata dia.
Data BMKG, intensitas hujan di Kabupaten Wajo terbilang tinggi dan cenderung menerus sejak tanggal 19 Juni 2018. Sedangkan banjir melanda di tujuh kecamatan meliputi Belawa, Tanasitolo, Tempe, Sabbangparu, Pammana, Majauleng, dan Bola. Selain membanjiri rumah dan lahan pertanian, sejumlah ruas jalan juga terputus.
Faktor Regional
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, dari aspek pola musim, Kabupaten Wajo harusnya sudah memasuki kemarau sejak minggu ketiga bulan Juni. Hujan yang masih terjadi hingga saat ini merupakan anomali cuaca yang dipicu oleh pergerakan massa udara basah atau Madden-Julian Oscilation (MJO) yang saat ini berada di wilayah Indonesia bagian tengah.
Selain Wajo, menurut Siswanto, hujan juga terekam di sejumlah daerah lain di Sulawesi yang seharusnya sudah kemarau, meliputi Kendari, Kolaka, dan Dabo Singkep. Hujan juga terjadi di Kalimantan meliputi Kota Baru, Samarinda, dan Tanjung Redep.
"Pergerakan awan hujan yang menjadi ciri khas MJO yang pada akhir juni lalu di Samudera Hindia bagian barat Indonesia telah bergerak ke tengah dan nanti ke wilayah timur menuju Pasifik," kata Siswanto.
Siswanto menambahkan, pengaruh angin monsun Australia yang mendesak ke wilayah Indonesia menyebabkan efek MJO pada musim kemarau lebih berdampak di wilayah tengah dekat ekuator. "Pertemuan udara kering (dari monsun Australia) dan udara basah MJO ini menciptakan proses konveksi yang membentuk awan hujan," kata dia.
Dengan dinamika cuaca saat ini, menurut Agie, hingga tiga hari ke depan sebagian besar wilayah Sulawesi masih berpotensi hujan dengan kategori sedang hingga lebat. Selain itu beberapa wilayah lain juga berpotensi hujan lebat adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.