Anak kedua saya tumbuh lebih cepat daripada kakaknya. Berat dan tinggi badannya bertambah lebih cepat. Saya secara teratur mengukur tinggi dan berat badan anak saya, baik anak pertama maupun kedua. Saya menduga anak kedua saya lebih cepat tumbuh karena dia senang minum susu dan makannya juga banyak. Hanya, belakangan saya mencurigai pendengaran anak saya kurang normal. Jika saya ajak bicara, terutama jika saya panggil namanya dari samping, dia tidak merespons. Saya kemudian menceritakan hal ini kepada suami saya. Namun, suami saya menganggap anak masih dalam pertumbuhan, nanti juga akan normal.
Saya semakin penasaran dan coba memanggilnya dari berbagai sisi, sampai saya berkesimpulan bahwa ada yang kurang beres dengan pendengarannya. Saya kemudian berkonsultasi dengan dokter anak dan ternyata dokter anak juga mencurigai pendengaran anak saya kurang normal. Karena itu, anak saya dikonsultasikan kepada dokter anak yang berpengalaman memeriksa pendengaran anak. Dokter konsultan melakukan pemeriksaan klinis dan juga dengan alat, kemudian menyimpulkan, memang pendengaran anak saya menurun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan hantaran suara pada tulang-tulang pendengaran. Saya merasa lega karena sebelumnya saya khawatir anak saya menderita penyakit rubela kongenital, penyakit yang sepengetahuan saya cukup berbahaya. Anak saya sekarang berumur 13 bulan dan kemudian baru saya sadari, dibandingkan dengan kakaknya, kemampuan bicaranya juga terlambat.
Saya merasa lega dengan diketahuinya penyebab penurunan pendengaran anak saya, yang menurut dokter dapat diperbaiki. Sebagai seorang ibu, saya juga menduga banyak ibu lain yang kurang memahami bagaimana mendeteksi gangguan pendengaran, penglihatan, dan keterlambatan bicara. Kepada siapa seorang ibu dapat berkonsultasi mengenai hal ini?
Saya percaya bahwa dokter spesialis anak akan dapat membantu. Namun, kebanyakan ibu hanya membawa anaknya berkonsultasi ke dokter jika anaknya memerlukan imunisasi atau jika anaknya sakit. Pada kesempatan tersebut, peluang untuk membicarakan kemungkinan gangguan pendengaran, penglihatan, atau keterlambatan bicara tak sempat dilakukan. Apalagi di masyarakat, jika anak aktif, cepat mampu berdiri atau berjalan, dianggap biasa kalau dia terlambat bicara. Apakah gangguan pendengaran yang tidak terdeteksi sehingga tak diperbaiki dapat mengganggu kemampuan belajar anak? Adakah cara yang praktis untuk menilai gangguan pendengaran pada anak? Sejak umur berapa penilaian tersebut dapat dilakukan?
L di B
Gangguan pendengaran pada bayi dan anak perlu dideteksi secara dini. Jika gangguan tersebut tidak diketahui, ada risiko anak akan mengalami keterlambatan bicara dan gangguan dalam belajar. Seorang ibu tentulah berinteraksi akrab dengan bayinya. Karena itu, ibulah yang diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak, tidak hanya tinggi dan berat badan anak, tetapi juga pendengaran, penglihatan, dan kemudian kemampuan anak untuk berbicara.
Anda telah menduga adanya gangguan pendengaran pada anak Anda. Dokter telah mendiagnosis serta telah melakukan terapi. Saya harap terapi tersebut akan dapat menolong kemampuan mendengar anak Anda. Adakah cara sederhana yang dapat dilakukan ibu untuk menilai kemampuan mendengar anak?
Penilaian pendengaran bayi dapat dilakukan secara dini oleh petugas kesehatan, tetapi seorang ibu juga dapat menilai kemampuan mendengar secara kasar. Pada usia satu bulan, bayi mungkin akan diam atau berhenti beraktivitas sebagai respons terhadap suara. Pada usia dua bulan, bayi mulai mendengarkan ibunya bicara. Sementara pada usia tiga bulan, bayi akan mengalihkan perhatian pada sumber suara. Jika ibunya memanggil dari sisi kanan, dia akan menoleh ke arah ibunya.
Biasanya bayi juga akan memberi respons jika ibunya bertepuk tangan dari jarak 1 meter. Bayi berumur empat bulan sudah mampu merespons suara marah dan suara yang menyayanginya. Pada usia lima bulan, jika dipanggil, bayi akan bereaksi serta sudah mampu meniru suara. Bayi berusia enam bulan sudah mampu memprotes atau menunjukkan kegembiraannya. Bayi berumur tujuh bulan sudah mulai mampu mengatakan kata sederhana, seperti ”dadaa”. Sementara bayi berumur delapan bulan akan berhenti bermain jika Anda memangggil namanya. Pada usia sembilan bulan, bayi mulai mengikuti perintah, seperti ”jangan” atau ”ayo”. Pada usia sepuluh bulan, bayi mulai bicara, sedangkan bayi berumur satu tahun sudah mampu menjawab pertanyaan sederhana dengan jelas.
Selain gangguan pendengaran, ibu juga perlu menilai gangguan penglihatan pada bayi. Pada usia bayi empat sampai enam minggu, Anda dapat menempatkan muka sekitar 50 sentimeter dari muka bayi Anda dan Anda dapat berkomunikasi melalui bahasa tubuh. Pada usia bayi tiga bulan, dia mulai dapat mengikuti mainan yang Anda gerakkan dan akan mencoba untuk meraihnya. Pada usia empat bulan, bayi mulai dapat membedakan warna.
Bagaimana dengan kemampuan bicara? Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai bersuara, seperti ”uuh”, yang disebut cooing. Setelah usia tiga bulan, bayi akan mencari sumber suara, sedangkan mendekati usia enam bulan, bayi dapat memberi respons terhadap namanya dan mulai mengoceh dengan kata tunggal. Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang serta benda dan kata sederhana, seperti ”habis” atau ”tidak”. Bayi berusia 9-12 bulan mulai mengucapkan ”mama” atau ”papa”, menuruti perintah sederhana, dan mulai membeo. Pada umur 12 bulan, bayi mulai mengerti banyak kata. Menjelang usia dua tahun, anak mulai punya banyak kosakata. Pada usia ini, anak senang mendengarkan cerita, sekitar separuh pembicaraannya dapat dimengerti. Sudah tentu perkembangan pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bicara ini tidak seragam untuk semua bayi dan anak. Seorang ibu tentulah orang yang paling dekat dengan bayi dan anaknya sehingga peran ibu amat penting dalam mendeteksi dini gangguan pendengaran, penglihatan, dan keterlambatan bicara.
Dewasa ini banyak ibu yang bekerja sehingga hanya mempunyai waktu terbatas bersama bayi atau anaknya. Namun, kesempatan bersama bayi dan anak perlu dimanfaatkan dengan baik. Pengasuhan bayi dan anak tak dapat sepenuhnya diserahkan kepada nenek atau pengasuh. Ikatan bayi dan anak dengan orangtua harus tetap dijaga. Tumbuh kembang anak penting dalam pertumbuhan anak menjadi orang dewasa. Gangguan pendengaran, penglihatan, dan keterlambatan bicara yang tidak dikoreksi akan memengaruhi kemampuan belajar anak, bahkan kemampuan kognitifnya setelah dewasa.
Karena itulah, kesehatan bayi dan anak perlu menjadi perhatian orangtua. Pemantauan tumbuh kembang anak, baik menyangkut pertumbuhan fisik maupun perkembangan kemampuan intelektual, harus diperhatikan dengan baik.
Di masa depan, kehidupan akan semakin kompetitif. Tugas kita sebagai orangtua untuk mengasuh dan mendidik anak kita agar mampu menjadi pribadi yang mandiri. Kita juga berharap keturunan kita dapat memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Semoga Anda sekeluarga dalam keadaan sehat selalu.