Volume Sampah Diturunkan
Pemerintah menargetkan pengurangan volume sampah di Tanah Air sebanyak 30 persen pada 2025. Perlu komitmen kuat pemerintah dan keterlibatan masyarakat.
JAKARTA, KOMPAS Indonesia menargetkan penurunan sampah 30 persen pada 2025. Langkah ini bisa tercapai bila dikerjakan banyak pihak melalui gerakan komunitas masyarakat maupun produsen sampah.
Tahun ini, timbulan sampah diproyeksi 66,5 juta ton dan akan meningkat hingga 2025 mencapai 70,8 juta ton jika tanpa upaya pengurangan timbulan sampah. Untuk itu, warga diminta berkontribusi dalam pengurangan timbulan sampah melalui praktik kecil, seperti membawa kantong belanja, mengurangi pemakaian kemasan styrofoam dan sedotan plastik, hingga membawa botol minuman.
Di fase hulu, pemerintah menyiapkan mekanisme extended producer responsibility (EPR) agar produsen bertanggung jawab atas sampah dari hasil produksinya, seperti kemasan makanan atau minuman dan kosmetik. Langkah lain ialah, pemerintah menyiapkan cukai pada kantong plastik.
”Kampanye dan regulasi juga pada industri agar kelola sampah. Kita dorong penyusunan peta jalan EPR dan disiapkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” kata Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Bahan Beracun Berbahaya (B3), dan Limbah B3, Kementerian LHK, Jumat (9/2), di Jakarta.
Ia hadir dalam jumpa pers ”Say No To Plastic Bags: Kampanye Satu Pulau Satu Suara Bersama Pemerintah Stop Pencemaran Sampah Plastik di Laut”. Kampanye itu dilatarbelakangi kegelisahan terhadap ancaman sampah plastik pada pariwisata di Bali. Pembicara lain ialah, Melati Wijsen (pencetus Bye Bye Plastic Bags dan One Island One Vote), Suzy Hutomo (aktivis lingkungan founder SustainableSuzy.com dan Executive Chairwoman The Body Shop Indonesia), Saraswati Putri (dosen Ilmu Filsafat Lingkungan Universitas Indonesia), dan Rika Anggraini (GM Corporate Affairs and Sustainability The Body Shop Indonesia).
Gerakan komunitas
Rosa Vivien mengatakan gerakan komunitas ini membantu pemerintah pusat dan daerah mengubah pandangan warga tentang sampah. Selain mengampanyekan pengurangan sampah, gerakan itu bisa diarahkan untuk memandang sampah bisa dimanfaatkan secara ekonomi.
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Jakstranas) ditetapkan dalam Peraturan Presiden pada 23 Oktober 2017. Di lampiran Jakstranas ada tahap per tahun pada proyeksi timbulan sampah, target penurunan, dan pengelolaan.
Tahun 2018, proyeksi timbulan sampah 66,5 juta ton serta target pengurangan sampah 12 juta ton (18 persen) dan penanganan sampah 73 persen (48,5 juta ton). Pada 2025, proyeksi sampah 70,8 juta ton serta target pengurangan 30 persen (20,9 juta ton) dan penanganan sampah 70 persen (49,9 juta ton).
Di Hari Peduli Sampah Nasional, 21 Februari 2018, KLHK akan mengumpulkan pemerintah daerah yang menyusun kebijakan dan strategi daerah. Itu untuk menyinergikan peran pusat dan daerah dalam pengurangan dan pengelolaan sampah.
Saraswati Putri mengatakan, masalah plastik juga terkait harga produk plastik yang murah. Jadi, orang tak berpikir panjang saat membuang sedotan atau kantong keresek meski baru dipakai sekali. Padahal, ongkosnya pada lingkungan lebih besar untuk mengumpulkan sampai memusnahkannya. ”Pemerintah harus punya visi bagaimana mengelola barang murah, tetapi punya risiko kesehatan dan lingkungan. Itu butuh persepsi,” katanya.
Suzy Hutomo mengatakan, pihaknya menerapkan EPR dalam mengelola lebih dari 100 tokonya. Caranya, dengan strategi poin demi memancing keterlibatan konsumen. Setahun, toko kosmetik itu mendapat 1,3 juta kemasan dari konsumen. (ICH)