JAKARTA, KOMPAS — Kewirausahaan sosial bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah gizi buruk di Indonesia. Hal itu disebabkan kewirausahaan sosial memacu pertumbuhan ekonomi sehingga pembangunan infrastruktur dan lingkungan sehat dapat diciptakan.
Hal itu mengemuka dalam acara Konsorsium Indonesia Bergizi yang diprakarsai Japfa Foundation, Jumat (8/12), di Jakarta. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka anak yang mengalami stunting (bertubuh pendek karena kurang gizi kronis) 9 juta.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy menegaskan, soal stunting berpengaruh pada daya saing bangsa. Anak dengan stunting mengalami penurunan tingkat kognitif. Konsep kewirausahaan sosial menekankan pada penyelesaian soal secara komunal. ”Kewirausahaan sosial mengajak semua pihak terlibat mengatasi gizi buruk,” ujarnya.
Ketua Japfa Foundation, Andi Prasetyo, mengatakan, pertumbuhan pembiayaan dan kontribusi swasta serta donor lambat untuk mengatasi gizi buruk, terutama stunting. Di seluruh dunia, dana Rp 388 triliun dianggarkan pemerintah dan lembaga donor untuk menerapkan program pencegahan gizi buruk. ”Dana yang tersedia kurang untuk mengatasi stunting. Ini dilihat dari subsidi donor,” ucapnya.
Untuk itu, perlu pengembangan kewirausahaan sosial. Pada konsep itu, keuntungan yang didapat dari bisnis lebih bersifat kontribusi sosial. Kewirausahaan sosial memiliki visi dan misi sosial, tak hanya menjalankan bisnis semata. Saat ini pola donasi dari generasi milenial berubah, tak hanya berdonasi melalui kotak amal, tetapi juga mendanai usaha sosial untuk mengatasi masalah yang ada di masyarakat.
Andi menambahkan, solusi masalah kesehatan tak selalu berupa program sosial yang bergantung pada donasi. Pendekatan kewirausahaan sosial bisa jadi solusi sekaligus mendorong perekonomian masyarakat. Itu bisa terwujud jika ada kewirausahaan sosial di satu kelurahan.
”Pertumbuhan ekonomi tinggi akan berbanding lurus dengan daya beli pemerintah dan masyarakat. Itu akan berkontribusi pada pembangunan infrastruktur dan penciptaan lingkungan lebih sehat,” ujarnya. (DD10)