Selama dua tahun mengitari Bumi, sejumlah instrumen di Satelit Lapan A2/Orari telah menghasilkan data yang menarik, baik berupa citra maupun data pergerakan kapal. Meski masih berupa satelit mikro dan eksperimental, dengan kualitas data yang diperoleh, hal ini telah membuat para perekayasa Indonesia yakin mampu membuat satelit operasional yang lebih besar dan rumit.
Satelit Lapan A2/Orari diluncurkan dari Bandar Antariksa Satish Dhawan Sriharikotta, India, 28 September 2015. Kini, satelit yang setelah meluncur dinamai Indonesia OSCAR-86 itu melintasi wilayah Indonesia dari barat ke timur sebanyak 14 kali dalam satu hari.
Kamera luar angkasa digital yang dilekatkan di satelit itu memiliki resolusi 2.048 x 2.044 piksel. Dengan ketinggian satelit yang mencapai 650 kilometer di atas permukaan laut, kamera mampu memotret permukaan bumi dengan resolusi 4 meter dan lebar sapuan 7 kilometer.
Kemampuan pengendalian yang dimiliki para perekayasa dan saintis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) membuat kamera bisa diarahkan pada posisi tepat untuk memperoleh citra dengan kualitas terbaik. Dengan kualitas gambar yang diperoleh, kamera di IO 86 mampu memantau perubahan tata guna lahan sejumlah lokasi.
”Kualitas kamera lebih bagus dibandingkan dengan yang digunakan di satelit pendahulunya, Lapan A1/TUBSat,” kata Kepala Pusat Teknologi Satelit Lapan Mujtahid, Kamis (28/9).
Berikut sejumlah citra yang pernah diambil kamera Lapan A2/Orari.
Selain untuk pencitraan Bumi, salah satu instrumen penting dalam satelit Lapan A2/Orari adalah automatic identification system (AIS) untuk memantau pergerakan kapal di laut dan operasi keamanan laut. Data AIS yang diperoleh Lapan A2/Orari dan satelit Lapan A3/IPB, yang diluncurkan pada 2016, banyak diminati industri ataupun negara lain.
Namun, belum ada aturan yang mendukung pemanfaatan data, khususnya oleh pihak swasta, dan pertukaran data dengan negara lain membuat data AIS yang diperoleh belum bisa dimanfaatkan secara optimal.
Berikut data pergerakan kapal yang diperoleh AIS di satelit Lapan A2/Orari.
Besarnya manfaat satelit bagi pembangunan dan pentingnya kemandirian teknologi satelit membuat perekayasa Lapan berharap dukungan pemerintah yang lebih besar sehingga percepatan dan penguasaan teknologi satelit dapat dilakukan. ”Jangan kita sampai kalah dengan negara-negara tetangga,” kata Kepala Perekayasa Program Pengembangan Satelit Pusteksat Lapan Wahyudi Hasbi.
Kini, selain mengelola satelit Lapan A2/Orari dan Lapan A3/IPB, perekayasa Lapan juga sedang menyiapkan satelit Lapan A4 dan Lapan A5. Selain itu, juga sedang direncanakan pembuatan satelit operasional dengan seri B yang lebih besar. Namun, proyek besar itu butuh dukungan pendanaan yang besar dan konsisten dari pemerintah.