SEMARANG, KOMPAS — Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia kembali digelar pada 10-13 Agustus 2017 di Kota Semarang, Jawa Tengah. Pergelaran ke-15 kali ini mengangkat tema peningkatan kompetensi dokter spesialis kulit dan kelamtin memasuki era global.
Kongres yang diselenggarakan tiga tahunan tersebut dihadiri sekitar 2.000 dermatolog dari Indonesia dan Asia Pasifik. Kegiatan kongres nasionak Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) XV, antara lain orasi ilmiah, pameran farmasi, serta seminar dengan pembicara dari dalam dan luar negeri.
Ketua Umum Pengurus Pusat Perdoski Syarief Hidayat mengatakan, kompetensi dokter spesialis kulit dan kelamin harus ditingkatkan seiring perkembangan pasar. Pesatnya globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan sektor kecantikan di dunia terus berkembang. Kondisi itu harus diiringi kompetensi dermatologis yang memumpuni.
”Indonesia dapat bersaing jika mempunyai dokter spesialis kulit dan kelamin yang kompeten,” kata Syarief dalam acara jumpa media pembukaan kongres nasional Perdoski XV, Jumat (11/8).
Menurut Syarief, kompetensi itu mencakup pendidikan, kurikulum, dan institusi yang terakreditasi. Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 1.400 dokter spesialis kulit dan kelamin. Jumlah itu harus ditingkatkan karena potensi perkembangan sektor kecantikan di Indonesia cukup besar. Selain itu, dokter didorong bekerja sama dengan sektor industri.
Director Scientific and Regulatory Affairs L\'Oreal Indonesia Dewi Rijah Sari mengatakan, dalam lima tahun terakhir industri kecantikan di Indonesia tumbuh rata-rata 10 persen dengan nilai transaksi mencapai Rp 46 triliun per tahun. Adapun peningkatan jumlah konsumen baru mencapai 3 juta orang setiap tahun.
Namun, kata Dewi, kondisi itu mendapat tantangan besar karena peredaran kosmetik ilegal di pasaran kian marak. Berbagai produk kecantian diperjualbelikan secara bebas melalui media sosial. Padahal, efek samping dan keamanan produk belum tentu terjamin. ”Dokter dan industri kecantikan berperan penting untuk mengkampanyekan kesadaran keamanan kosmetika," katanya. (KRN)SEMARANG, KOMPAS - Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia kembali digelar pada 10-13 Agustus 2017 di Kota Semarang, Jawa Tengah. Pergelaran ke-15 kali ini mengangkat tema peningkatan kompetensi dokter spesialis kulit dan kelamin memasuki era global.
Kongres yang diselenggarakan 3 tahunan tersebut dihadiri sekitar 2.000 dermatolog dari Indonesia dan Asia Pasifik. Kegiatan kongres nasionak Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) XV, antara lain orasi ilmiah, pameran farmasi, serta seminar dengan pembicara dari dalam dan luar negeri.
Pesatnya globalisasi dan perkembangan teknologi mengakibatkan sektor kecantikan di dunia terus berkembang. Kondisi itu harus diiringi kompetensi dermatologis yang memumpuni.
Ketua Umum Pengurus Pusat PERDOSKI Syarief Hidayat mengatakan, kompetensi dokter spesialis kulit dan kelamin harus ditingkatkan seiring perkembangan pasar. Sebab, pesatnya globalisasi dan perkembangan teknologi mengakibatkan sektor kecantikan di dunia terus berkembang. Kondisi itu harus diiringi kompetensi dermatologis yang memumpuni.
"Indonesia dapat bersaing jika mempunyai dokter spesialis kulit dan kelamin yang kompeten," kata Syarief dalam acara jumpa media pembukaan kongres nasional PERDOSKI XV.
Menurut Syarief, kompetensi itu mencakup pendidikan, kurikulum, dan institusi yang terakreditasi. Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 1.400 dokter spesialis kulit dan kelamin. Jumlah itu harus ditingkatkan karena potensi perkembangan sektor kecantikan di Indonesia cukup besar. Selain itu, dokter didorong bekerjasama dengan sektor industri.
Director Scientific and Regulatory Affairs L\'Oreal Indonesia Dewi Rijah Sari mengatakan, dalam lima tahun terakhir industri kecantikan di Indonesia tumbuh rata-rata 10 persen dengan nilai transaksi mencapai Rp 46 triliun per tahun. Adapun peningkatan jumlah konsumen baru mencapai 3 juta orang setiap tahun.
Namun, kata Dewi, kondisi itu mendapat tantangan besar karena peredaran kosmetik ilegal di pasaran kian marak. Berbagai produk kecantian diperjualbelikan secara bebas melalui media sosial. Padahal, efek samping dan keamanan produk belum tentu terjamin. "Dokter dan industri kecantikan berperan penting untuk mengkampanyekan kesadaran keamanan kosmetika," katanya.