logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiPolusi Logam Berat Merisaukan
Iklan

Polusi Logam Berat Merisaukan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Pencemaran logam berat di Teluk Jakarta dan sejumlah perairan lain di Indonesia sudah jauh melebihi ambang batas. Masyarakat diimbau membatasi konsumsi kerang hijau karena menjadi penyerap utama logam berat. Sejumlah ikan juga terindikasi tercemar. "Hasil penelitian kami, kandungan logam berat di Teluk Jakarta terus naik. Logam berat ini juga sudah mencemari kerang dan ikan sehingga berbahaya jika dikonsumsi," kata Etty Riani, dosen dan peneliti di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), di Jakarta, Minggu (9/7). Logam berat yang ditemukan mencemari perairan dan organisme laut ini, antara lain, merkuri (Hg), timbal (Pb), kromium (Cr), kadmium (Cd), dan timah putih (Sn). "Teluk Jakarta termasuk sangat parah. Pencemaran bahkan terjadi pada sedimen lautnya, kerang, dan beberapa jenis ikan. Pencemaran logam berat di sedimen Teluk Jakarta sampai jarak 2 kilometer (km) dari pantai," kata Etty.Menurut dia, tingginya pencemaran logam berat di Teluk Jakarta terutama disebabkan pembuangan limbah industri yang dibawa 13 aliran sungai yang bermuara ke sana. Hal ini sejalan dengan temuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Reza Cordova, peneliti kimia laut dan ekotoksikologi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, mengatakan, "Penelitian kami pada tahun 2015 dan 2016 di 32 titik di Teluk Jakarta menemukan tingkat toksisitas (pencemaran kimia) di Teluk Jakarta semakin mendekati pantai semakin tinggi," tuturnyaTak aman dikonsumsiIa menambahkan, beberapa biota laut yang tercemar logam berat di Teluk Jakarta, antara lain kerang hijau (Perna viridis) dan ikan barakuda. Hasil penelitian ini menunjukkan, konsentrasi merkuri pada kerang hijau mencapai 27,86-45,41 mg/kg. Padahal, baku mutu yang ditetapkan hanya 1 mg/kg. "Sejak 10 tahun lalu, saya sudah mengingatkan cemaran logam berat pada kerang hijau di Teluk Jakarta sudah pada tingkat tak aman untuk dikonsumsi. Saat ini, konsentrasi logam berat dalam kerang hijau di Teluk Jakarta makin tinggi, tetapi tak ada tindakan pemerintah," kata Etty. Menurut Etty, kerang hijau memiliki sifat menyerap logam berat, terutama merkuri, dan menyimpannya dalam tubuhnya. Tubuh manusia, lanjut Etty, punya kemampuan alami mengekstraksi bahan pencemar. Namun, melihat tingginya kandungan logam berat pada kerang hijau di Teluk Jakarta ini, konsumsi yang disarankan maksimal hanya satu kerang untuk sekali makan. "Itu dengan asumsi bahan makanan yang lain, misalnya sayurnya, tidak tercemar logam berat juga," ujarnya.Menurut dia, terserapnya logam berat ke tubuh organisme di laut dipicu makin tingginya kadar asam perairan akibat pencemaran limbah organik. Etty menambahkan, dari berbagai penelitian lain yang dilakukan di perairan Indonesia, pencemaran logam berat terjadi hampir di semua pantai di Indonesia yang memiliki aktivitas manusia tinggi. Hal ini menunjukkan buruknya pengelolaan limbah berbahaya. Selain di Teluk Jakarta, polusi logam berat juga ditemukan di Teluk Bayur (Sumatera Barat), Lampung, Surabaya, dan Banten. "Di Teluk Bayur, pencemaran Sn yang tinggi bahkan telah menyebabkan perubahan morfologi pada keong. Sementara di Teluk Banten, pencemaran juga ditemukan pada terumbu karang," kata Etty. (AIK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000