Burung Hantu Marak Diperdagangkan
JAKARTA, KOMPAS — Perdagangan burung hantu secara bebas marak di sejumlah pasar hewan di Jakarta akhir-akhir ini. Berdasarkan pantauan Kompas di Pasar Ikan Jatinegara, Pasar Burung Pramuka, dan Pasar Hewan Barito, Jakarta, Kamis (29/6), burung hantu tersebut ada yang diperdagangkan secara terbuka, ada yang berdasarkan pemesanan.Di Pasar Ikan Jatinegara, misalnya, beberapa jenis burung hantu diperjualbelikan. Ada burung hantu jenis celepuk, ada pula jenis Tyto alba, dan harganya bervariasi. Burung hantu jenis celepuk harganya sekitar Rp 200.000 per ekor, sedangkan burung hantu Tyto alba sekitar Rp 450.000 hingga Rp 600.000 per ekor tergantung ukurannya. Santoso, pedagang satwa di Pasar Ikan Jatinegara, misalnya, menjual lima burung hantu dari berbagai jenis di kiosnya. Dia mengatakan, setiap bulan, pasti ada yang membeli burung hantu di kiosnya.Di Pasar Hewan Barito, Kompas mendapati ada pedagang yang menjual burung jenis hingkik. Terdapat empat ekor burung hantu hingkik berumur sekitar 2,5 bulan yang dijual dengan harga Rp 200.000 per ekor.Tidak semua pedagang burung hantu memajang barang dagangan mereka di kiosnya. Pras (42), pedagang di Pasar Burung Pramuka, misalnya, memilih menyimpang burung hantu yang hendak dijual di rumahnya. "Takut kalau di sini. Biasanya ada pemeriksaan," ujarnya. Tidak semua burung hantu termasuk satwa yang dilindungi. Burung hantu jenis celepuk ataupun Tyto alba tidak termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Meskipun demikian, perdagangan burung hantu secara bebas dinilai bisa mengancam keseimbangan ekosistem. Burung hantu termasuk predator tikus yang sering kali menjadi hama bagi tanaman padi. Hasil riset terbaru yang dilakukan Vincent Nijman dan Anne-Isola Nekaris dari Oxford Wildlife Trade Research Group di Inggris menunjukkan, ada peningkatan permintaan burung hantu sebagai satwa peliharaan di Indonesia. Hal ini dampak dari film Harry Potter. Dalam film ini, ada burung hantu bernama Hedwig-jenis burung hantu salju-yang bertugas mengantar surat-surat. Riset ini dimuat dalam jurnal Global Ecology and Conservation edisi 11 bulan Juli 2017 yang berjudul The Harry Potter effect: The rise in trade of owls as pets in Java and Bali, Indonesia. Danu (24), salah satu pembeli burung hantu di Pasar Ikan Jatinegara, mengatakan, dirinya membeli burung hantu karena terinspirasi dari film Harry Potter. (D04/D09)