SpotX Berkomitmen Terjun di Bisnis Platform Pemantau Iklan Video
Oleh
Caecilia Mediana
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konten iklan berbentuk video dipercaya masih akan terus diminati konsumen. Kemunculan platform internet diyakini mampu meningkatkan distribusi dengan lebih tepat sasaran. Meski begitu, pemilik penerbit media tetap perlu mengontrol sejauh mana iklan ditonton konsumen dan berdampak pada bisnis mereka.
Berangkat dari premis itulah, Vice President International and Current Interim MD SpotX Area Jepang dan Asia Pasifik Alex Merwin optimistis bisnis Supply Side Platform (SSP) milik SpotX akan tetap dicari orang.
SSP berupa platform yang diintegrasikan ke dalam sistem penerbit media. SSP memiliki dua fungsi utama. Fungsi pertama adalah memantau berapa banyak iklan yang ditonton secara terprogram. Fungsi kedua, membantu penerbit media menentukan nilai tarif iklan.
Dengan demikian, pemilik penerbit media dapat memaksimalkan pendapatan iklan video. ”Mereka juga bisa bertindak apabila terjadi kesalahan ataupun kecurangan selama penayangan iklan,” ujar Alex yang ditemui hari Kamis (4/5) di Jakarta.
Menurut dia, sebagian besar pemilik penerbit tidak mendapat akses memonitor iklan. Rata-rata 65 persen impresi dihasilkan tanpa diikuti pengukuran.
SpotX berasal dari Amerika Serikat. Lama operasional mencapai 10 tahun. Tiga tahun lalu, SpotX masuk pasar Singapura, Thailand, dan Vietnam. Setahun terakhir perusahaan ini masuk ke Indonesia.
RTL Group, perusahaan konten hiburan asal Eropa, memiliki saham mayoritas di SpotX sejak tahun 2014. Saat ini, SpotX menerima sekitar 9 miliar permintaan iklan per hari. Kemudian, SpotX terintegrasi dengan lebih dari 600 penerbit di seluruh dunia, antara lain Mediacorp, KLN, dan CNN.
Alex mengatakan, peluang masuk untuk beroperasi di Indonesia adalah besarnya konsumsi internet melalui perangkat bergerak.
”Televisi masih jadi rujukan tontonan masyarakat. Mereka mulai menaruh perhatian lebih ke iklan digital melalui perangkat internet bergerak. Meski harus diakui, belanja iklan digital baru berkisar 10-12 persen,” ujarnya.