Pembedahan Mengurangi Kejang pada Penyandang Epilepsi
JAKARTA KOMPAS &mdash Tidak semua kejang pada kasus epilepsi efektif diatasi dengan obat epilepsi Untuk itu pembedahan dinilai jadi pilihan tepat bagi penyandang epilepsi yang tetap kejang meski mengonsumsi obat Konsultan bedah saraf Prof Zainal Muttaqin dari Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi
JAKARTA, KOMPAS — Tidak semua kejang pada kasus epilepsi efektif diatasi dengan obat epilepsi. Untuk itu, pembedahan dinilai jadi pilihan tepat bagi penyandang epilepsi yang tetap kejang meski mengonsumsi obat. Konsultan bedah saraf Prof Zainal Muttaqin dari Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi, Semarang, dalam seminar epilepsi, Sabtu (15/4), di Jakarta, mengatakan, obat jadi upaya lini pertama mengatasi epilepsi. Sekitar 70 persen dari kasus epilepsi teratasi kejangnya dengan minum obat secara teratur. "Namun, obat epilepsi ada batasannya. Ada 30 persen penyandang epilepsi sulit diobati. Kejangnya muncul meski minum obat secara teratur," ujarnya.Hasil riset menunjukkan, jenis epilepsi dengan sumber di otak samping pada lobus temporalis akan kebal terhadap obat. Jika pasien epilepsi mengonsumsi dua jenis atau lebih obat epilepsi selama 1-2 tahun tetapi kejangnya tak terkendali, maka perlu pembedahan. Bagi penyandang epilepsi itu, pembedahan dianjurkan tidak menanti terjadi kebal terhadap obat. Tingkat keberhasilan bebas bangkitan sampai 90 persen.Menurut Zainal, tiap kali muncul kejang pada penyandang epilepsi, sel otaknya berkurang 50 karena rusak. Jika bangkitannya tak terkontrol dan kerap muncul, 10 miliar sel otak yang dibawa sejak lahir akan berkurang. Karena itu, pembedahan pada penyandang epilepsi berusia di bawah lima tahun bisa mencegah retardasi mental. "Pembedahan sebaiknya dilakukan sebelum muncul gangguan kejiwaan seperti sulit bergaul. Mengatasi soal kejiwaan lebih sulit ketimbang mengatasi kejang," ucap Zainal.Lebih awalEpilepsi merupakan penyakit saraf menahun. Di Indonesia, angkanya diperkirakan 6 dari 1.000 orang atau sekitar 2 juta penyandang epilepsi.Bedah bagi epilepsi dikenal sejak satu abad lalu dan pemakaiannya meningkat sejak 1980-an. Dulu pembedahan jadi pilihan terakhir setelah pasien menerima berbagai jenis terapi anti epilepsi bertahun-tahun tanpa ada kemajuan. Kini pembedahan dianjurkan lebih awal karena hasil riset menunjukkan, semakin awal pembedahan, hasilnya semakin baik.Ada beberapa jenis pembedahan epilepsi, bergantung pada jenis penyakit. Umumnya, bedah bertujuan menghilangkan area penyebab kejang, mengintervensi salur saraf penyebab kejang, atau menanamkan alat khusus pengendali kejang.Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia Ira Hawary mengungkapkan, sebelum pembedahan, pasien harus menjalani pemeriksaan menyeluruh dan mengetahui risiko pembedahan. Pembedahan dilakukan jika risiko lebih rendah daripada manfaatnya.Dengan pembedahan, pasien diharapkan bebas kejang atau frekuensi kejang menurun. Riset tahun 2011 yang dipublikasikan di jurnal the Lancet menunjukkan, hampir separuh pasien epilepsi terbebas dari kejang sampai 10 tahun setelah operasi. (ADH)


