Waspadai Kaitan Covid-19 dengan Hepatitis pada Anak
Selain hipotesis yang mengarah pada adenovirus, kemungkinan kaitan hepatitis akut dengan SARS-CoV-2 tidak bisa diabaikan. Upaya mencegah infeksi Covid-19 pada anak jadi bagian penting dari mitigasi risiko hepatitis.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus hepatitis akut parah pada anak-anak terus meluas. Selain hipotesis yang mengarah pada adenovirus, kemungkinan kaitan penyakit ini dengan SARS-CoV-2 tidak bisa diabaikan sehingga upaya untuk mencegah infeksi Covid-19 pada anak menjadi bagian penting dari upaya pengurangan risiko hepatitis.
”Sampai sekarang penyebab hepatitis pada anak ini belum bisa disimpulkan, termasuk mekanisme penularannya. Ada sejumlah hipotesis yang masih terus diselidiki,” kata Ketua Komite Ahli Hepatitis dan Infeksi Saluran Pencernaan Kementerian Kesehatan David Handojo Muljono di Jakarta, Senin (16/5/2022).
Menurut David, hipotesis pertama adalah hepatitis ini disebabkan infeksi adenovirus disertai suatu kofaktor penyulit atau komplikasi yang mengubah infeksi ringan menjadi berat dan mencetuskan perubahan imunopatologi. Perubahan dari pembatasan yang dilakukan pada anak selama pandemi Covid-19 ke situasi bebas di luar rumah menyebabkan paparan mendadak terhadap adenovirus, yang mencetuskan reaksi imun tubuh pemicu kerusakan hati.
”Kemungkinan lainnya yang juga diperhitungkan adalah varian baru adenovirus. Tetapi, ini juga masih diselidiki,” katanya.
David menambahkan, ada hipotesis lain berupa reaksi imun pada hati. Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan beberapa kasus yang menunjukkan banyaknya sel radang (limfosit) pada sinusoid jaringan hati, tanpa ditemukannya virus.
Hipotesis ini membawa pada hipotesis berikutnya, yaitu kemungkinan kaitannya dengan infeksi SARS-CoV-2 atau infeksi-infeksi lain yang memicu reaksi imun. ”Seperti diketahui, saat terjadi Covid-19, imunitas bisa terkuras sehingga gampang sakit, termasuk ketika terinfeksi oleh adenovirus atau kelompok virus umum yang sebelumnya tidak memicu masalah kesehatan serius,” kata David.
Di sisi lain, Covid-19 bisa memicu reaksi imunitas berlebihan, sebagaimana terjadi dengan badai sitokin, yang bisa merusak jaringan hati. ”Sekalipun peran paparan langsung Covid-19 kemungkinan amat kecil (unlikely) karena sebagian besar kasus tidak menunjukkan hasil SARS-CoV-2 positif, dampak tidak langsungnya perlu diperhitungkan,” katanya.
Sekalipun peran paparan langsung Covid-19 kemungkinan amat kecil ( unlikely) karena sebagian besar kasus tidak menunjukkan hasil SARS-CoV-2 positif, dampak tidak langsungnya perlu diperhitungkan.
Sementara dugaan ada kaitan hepatitis ini dengan vaksinasi Covid-19 tidak memiliki dasar. ”Mayoritas kasus terjadi pada anak-anak yang belum divaksin dan jenis adenovirus yang digunakan untuk vaksin Covid-19 berbeda tipenya dengan yang ditemukan. Bagi suatu virus DNA, perubahan (mutasi) tidak terjadi dalam waktu singkat,” katanya.
Epidemiolog di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, sejak awal pandemi telah ditemukan bahwa infeksi SARS-CoV-2 bisa memicu hepatitis pada anak-anak ataupun dewasa.
”Sebelum ramai kasus hepatitis misterius pada anak, kasus hepatitis pada kelompok anak juga meningkat di India ketika mereka mengalami lonjakan kasus varian Delta tahun lalu. Temuan di Israel, 98 persen kasus hepatitis pada anak saat ini ternyata pernah terinfeksi Covid-19,” katanya.
Studi kasus di Amerika Serikat yang diterbitkan dalam Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition edisi Mei 2022 juga menemukan ada anak perempuan berusia tiga tahun yang sebelumnya sehat mengalami gagal hati akut beberapa minggu setelah pulih dari infeksi Covid-19 ringan.
”Pasien ini memiliki temuan biopsi hati dan tes darah yang konsisten dengan jenis hepatitis autoimun yang mungkin dipicu infeksi Covid-19,” tulis Anna Peters, ahli gastroenterologi anak di Pusat Medis Rumah Sakit Anak Cincinnati, yang menjadi penulis utama studi.
Meskipun belum bisa dibuktikan Covid-19 secara langsung menyebabkan penyakit hati dalam kasus ini, menurut Perters dan tim, ada kemungkinan virus SARS-CoV-2 telah memicu ”respons imun abnormal” yang kemudian menyerang hati.
Mitigasi risiko
Dicky mengatakan, meski masih harus menanti hasil penyelidikan mengenai penyebab hepatitis ini, mitigasinya bisa dilakukan.
”Mitigasinya merupakan kombinasi mencegah penularan hepatitis dan Covid-19. Artinya, protokol kesehatan yang bisa dilakukan untuk mencegah Covid-19 dan vaksinasi harus dilakukan untuk mencegah infeksi pada anak, ditambah dengan pencegahan untuk hepatitis dari fekal dan oral, seperti menghindari paparan dari makanan kotor,” ungkapnya.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menunjukkan, 348 kasus hepatitis pada anak ini dilaporkan di 21 negara, dengan 26 anak yang membutuhkan transplantasi hati.
Di Indonesia, menurut laporan Kementerian Kesehatan pada Jumat (13/5/2022), dugaan kasus hepatitis akut pada anak mencapai 18 kasus, di mana 9 kasus masuk status yang ditangguhkan klasifikasinya, 7 discarded, 1 dalam proses verifikasi, dan 1 terduga.
Tujuh kasus discarded terdiri dari 1 orang positif hepatitis A, 1 orang positif hepatitis B, 1 orang positif tifoid, 2 orang demam berdarah dengue, dan 2 lainnya berusia lebih dari 16 tahun. Selain itu, dari hasil investigasi kontak tidak ditemukan adanya penularan langsung dari manusia ke manusia.
David mengatakan, dari sejumlah kasus hepatitis di beberapa negara ini, gejala atau keluhan yang menyertai pada anak-anak ini antara lain mual, muntah akut, diare akut, malaise/letargi, kehilangan nafsu makan, demam, nyeri bagian perut, arthralgia/myalgia, gatal, kuning pada sklera mata dan kulit, buang air kecil berwarna seperti teh, perubahan warna feses, serta sesak napas.