Parasit Penyebab Penyakit Dapat Menumpang Mikroplastik
Mikroplastik bisa membawa parasit penyebab penyakit ke lingkungan laut dan memiliki konsekuensi buruk bagi satwa liar dan manusia. Parasit yang ditemukan bisa menumpang plastik, antara lain, tokso, crypto, dan giardia,
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Sampah terlihat saat peneliti dari Ecoton mengambil sampel air Sungai Kalimas di Taman Petekan Riverside, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (8/7/2020). Pengambilan sampel air untuk meneliti kandungan mikroplastik dan uji kualitas air dari Sungai Kalimas. Dari hasil penelitian diketahui, Sungai Kalimas tercemar oleh limbah mikroplastik dan klorin.
JAKARTA, KOMPAS — Mikroplastik telah masuk ke rantai makanan laut dan dapat menimbulkan ancaman bagi satwa liar yang mengakumulasi partikel ini. Riset terbaru menemukan, mikroplastik bisa membawa parasit penyebab penyakit ke lingkungan laut, dengan konsekuensi penting bagi satwa liar dan kesehatan manusia.
Kajian yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports pada Selasa (26/4/2022) ini mengungkapkan bagaimana patogen yang ditularkan melalui air menyebar di lingkungan. Emma Zhang, peneliti dari Department of Pathology, Microbiology, and Immunology University of California (UC) Davis School of Veterinary Medicine sekaligus penulis pertama makalah ini, dan tim menemukan bahwa patogen dari darat dapat menumpang pada potongan plastik mikroskopis ke laut.
Dalam kajian ini, para peneliti fokus pada tiga parasit yang merupakan kontaminan umum dalam air laut dan makanan laut, yaitu protozoa bersel tunggal Toxoplasma gondii (tokso), Cryptosporidium (crypto), dan giardia. Parasit ini banyak ditemukan di saluran air ketika kotoran dari hewan yang terinfeksi, dan kadang-kadang manusia, mencemari lingkungan.
Crypto dan giardia bisa menyebabkan penyakit gastrointestinal yang dapat mematikan pada anak kecil dan individu dengan gangguan kekebalan. Sementara tokso dapat menyebabkan infeksi seumur hidup pada manusia dan dapat berakibat fatal bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah. Infeksi pada ibu hamil juga dapat menyebabkan keguguran atau kebutaan dan penyakit saraf pada bayi.
Selain itu, tokso juga menginfeksi berbagai satwa laut dan membunuh spesies yang terancam punah, termasuk berang-berang Laut Selatan, lumba-lumba Hector, dan anjing laut biarawan Hawaii.
Menempel di plastik
Untuk menguji apakah parasit ini dapat menempel pada permukaan plastik, para peneliti menempatkan partikel mikroplastik dan serat dalam gelas kimia air laut di laboratorium selama dua minggu. Langkah ini penting untuk menginduksi pembentukan biofilm atau lapisan lengket bakteri dan zat seperti gel yang melapisi plastik saat memasuki perairan tawar atau laut.
Para peneliti juga menyebut lapisan lengket ini sebagai eco-corona. ”Kami kemudian menambahkan parasit ke dalam botol uji dan menghitung berapa banyak yang menempel di mikroplastik atau tetap mengambang bebas di air laut selama periode tujuh hari,” tulis Zhang.
Kami percaya bahwa mikroplastik yang mengapung di permukaan berpotensi melakukan perjalanan jarak jauh, menyebarkan patogen jauh dari sumber aslinya di darat dan membawanya ke daerah yang tidak dapat mereka jangkau sebelumnya.
Dengan metode ini, peneliti menemukan bahwa sejumlah besar parasit menempel pada mikroplastik dan jumlah ini meningkat dari waktu ke waktu. Begitu banyak parasit yang mengikat biofilm lengket sehingga, gram demi gram, plastik memiliki parasit dua hingga tiga kali lebih banyak daripada air laut.
Peneliti juga menemukan, mikrofiber yang berasal dari pakaian dan jaring ikan mengandung parasit dalam jumlah yang lebih banyak daripada mikrofiber yang berasal dari kosmetik. Hasil ini penting karena mikrofiber adalah jenis mikroplastik yang paling umum ditemukan di perairan laut, di pesisir pantai, dan bahkan di makanan laut.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Sampah berupa kantong plastik transparan melayang-layang di kolom air di Perairan Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Minggu (27/1/2019). Sampah plastik ini rentan dimakan langsung oleh penyu maupun paus yang mengiranya sebagai ubur-ubur. Sampah plastik juga rentan terfragmentasi menjadi bagian kecil-kecil (mikroplastik) sehingga bisa dimakan/termakan ikan.
Tidak seperti patogen lain yang biasa ditemukan di air laut, patogen yang diteliti Zhang dan tim ini berasal dari hewan darat dan inang manusia. Kehadiran mereka di lingkungan laut sebelumnya terutama karena pencemaran limbah tinja yang berakhir di laut. Studi ini menunjukkan bahwa mikroplastik juga dapat berfungsi sebagai sistem transportasi untuk parasit ini.
Menurut para peneliti, patogen ini tidak dapat bereplikasi di laut. Namun, dengan menumpang plastik secara mendasar dapat mengubah cara patogen ini bergerak di perairan laut. ”Kami percaya bahwa mikroplastik yang mengapung di permukaan berpotensi melakukan perjalanan jarak jauh, menyebarkan patogen jauh dari sumber aslinya di darat dan membawanya ke daerah yang tidak dapat mereka jangkau sebelumnya,” tulis Zhang.
Di sisi lain, plastik yang tenggelam akan memusatkan patogen di dasar laut, tempat hidup kerang, remis, tiram, abalon, dan berbagai hewan lain yang makan dengan memfilter air. Selain itu, lapisan biofilm yang lengket dapat menyamarkan plastik sintetis di air laut dan hewan yang biasanya memakan bahan organik mati dapat menelannya secara tidak sengaja.
Dengan temuan ini, para penulis menyimpulkan, cemaran plastik memudahkan patogen untuk mencapai kehidupan laut dalam dengan beberapa cara, bergantung pada apakah partikel plastik tenggelam atau mengapung. Mikroplastik yang mengapung di permukaan dapat menempuh jarak yang jauh, menyebarkan patogen jauh dari sumbernya di darat.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Pantai tercemar sampah di sekitar Pelabuhan Kamal di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Selasa (8/6/2021). Tanggal 8 Juni dikenal dengan Hari Laut Sedunia. Sebagai kawasan tangkapan ikan, Selat Madura tercemar oleh limbah yang sebagian besar didominasi limbah rumah tangga melalui sungai yang bermuara ke selat. Sejumlah penelitian menemukan kandungan mikroplastik pada air dan sedimen di selat tersebut.
Sementara itu, plastik yang tenggelam dapat mengonsentrasikan patogen di lingkungan benthos, dekat dasar laut. Di situlah hewan penyaring makanan seperti zooplankton, kerang, kerang, tiram, abalon, dan kerang lainnya hidup, meningkatkan kemungkinan mereka menelan plastik dan patogen.
”Kita mengubah jaring makanan alami dengan memperkenalkan bahan buatan manusia yang juga dapat memperkenalkan parasit mematikan,” sebut Karen Shapiro, ahli penyakit menular di UC Davis School of Veterinary Medicine, dalam keterangan yang dirilis UC Davis.
Anggota tim penulis sekaligus ahli polusi plastik dan asisten profesor ekologi di University of Toronto, Chelsea Rochman, dalam keterangan tertulis mengungkapkan, ada beberapa cara manusia dapat membantu mengurangi dampak mikroplastik di laut. Serat mikro biasanya ditumpahkan di mesin cuci dan dapat mencapai saluran air melalui sistem air limbah.
”Pekerjaan ini menunjukkan pentingnya mencegah sumber mikroplastik ke lautan kita,” kata Rochman. ”Strategi mitigasi termasuk filter pada mesin cuci, filter pada pengering, sel bioretensi atau teknologi lain untuk mengolah air hujan, dan praktik manajemen terbaik untuk mencegah pelepasan mikroplastik dari industri plastik dan lokasi konstruksi.”