Rekomendasi Terbaru WHO Obat untuk Pasien Covid-19
Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan penggunaan obat antivirus oral nirmatrelvir dan ritonavir untuk pasien Covid-19 ringan dan sedang. Plasma konvalesen, ivermectin, dan hydroxychloroquine tidak direkomendasikan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan penggunaan obat antivirus oral nirmatrelvir dan ritonavir untuk pasien Covid-19 ringan dan sedang, tetapi pasien berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Pasien berisiko itu meliputi mereka yang tidak divaksinasi, lanjut usia, atau memiliki masalah dengan sistem kekebalan.
Rekomendasi ini diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (22/4/2022), di Geneva, Swiss. Obat antiretroviral oral yang dikembangkan oleh Pfizer ini dinilai merupakan ”pilihan terapi terbaik untuk pasien berisiko tinggi hingga saat ini” dalam pernyataan tertulis WHO.
Dalam pengumuman ini, WHO juga mendesak adanya kejelasan pasokan dan transparansi harga dalam kesepakatan bilateral yang dibuat oleh produsen.” (Ketersediaan) Obat yang bisa menyelamatkan jiwa ini masih menjadi tantangan besar bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” tulis WHO.
Hal ini bisa memberikan panduan yang tepercaya dan berbasiskan bukti ilmiah dalam mengatasi Covid-19 sehingga membantu dokter membuat keputusan yang lebih baik dengan pasien mereka.
Kurangnya transparansi di pihak produsen membuat sulit bagi organisasi kesehatan masyarakat untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang ketersediaan obat serta negara mana yang terlibat dalam kesepakatan bilateral dan apa yang mereka bayar. Selain itu, perjanjian lisensi antara Pfizer dan Medicines Patent Pool (MPP) yang didukung PBB membatasi jumlah negara yang dapat memperoleh manfaat dari produksi obat generik.
Bukti ilmiah
Para ahli yang tergabung dalam WHO Guideline Development Group (Kelompok Pengembangan Pedoman WHO) juga menuliskan alasan rekomendasi ini di jurnal The BMJ pada hari yang sama. Menjadi penulis pertama paper ini adalah Arnav Agarwal dari Department of Health Research Methods, Evidence, and Impact, McMaster University, Kanada.
Para ahli ini menjelaskan bahwa obat ini merupakan pilihan yang lebih baik saat ini untuk mencegah lebih banyak rawat inap. Selain itu, obat ini memiliki potensi bahaya yang lebih sedikit daripada obat antivirus molnupiravir, dan lebih mudah diberikan daripada pilihan intravena, seperti remdesivir dan perawatan antibodi.
Meski demikian, para ahli ini merekomendasikan penggunaannya hanya pada pasien dengan gejala ringan. Mereka tidak membuat rekomendasi untuk pasien dengan Covid-19 yang parah atau kritis karena sejauh ini belum ada data uji coba tentang nirmatrelvir/ritonavir untuk kelompok ini.
Rekomendasi ini didasarkan pada data baru dari dua uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan 3.100 pasien. Dalam uji coba ini, bukti dengan kepastian tinggi menunjukkan, nirmatrelvir/ritonavir mengurangi rawat inap (84 lebih sedikit rawat inap per 1.000 pasien). Bukti dengan kepastian rendah menunjukkan tidak ada perbedaan penting dalam kematian, dan bukti dengan kepastian tinggi menunjukkan efek sampingnya hanya sedikit atau tidak ada sama sekali.
Dalam pembaruan pedoman yang sama, WHO juga membuat rekomendasi bersyarat (lemah) untuk menggunakan obat antivirus remdesivir untuk pasien dengan Covid-19 yang tidak parah dengan risiko rawat inap tertinggi. Hal ini didasarkan pada data baru dari lima uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan 2.700 pasien dan menggantikan rekomendasi sebelumnya terhadap pengobatan dengan remdesivir pada semua pasien dengan Covid-19 terlepas dari tingkat keparahan penyakitnya.
Panel mencatat bahwa obat antivirus harus diberikan sedini mungkin dalam perjalanan penyakit dan mengakui beberapa implikasi biaya dan sumber daya yang dapat membuat akses ke negara berpenghasilan rendah dan menengah menjadi sulit. Panel ahli ini juga menyebutkan, akses ke obat ini tidak mudah, terutama terkait dengan akses ke tes diagnostik SARS-CoV-2, terutama bagi mereka yang menargetkan fase awal penyakit.
Rekomendasi ini adalah bagian dari pedoman yang terus dikembangkan oleh WHO dengan dukungan metodologis dari MAGIC Evidence Ecosystem Foundation. Diharapkan hal ini bisa memberikan panduan yang tepercaya dan berbasiskan bukti ilmiah dalam mengatasi Covid-19 sehingga membantu dokter membuat keputusan yang lebih baik dengan pasien mereka.
Pedoman yang terus diperbarui juga memungkinkan peneliti untuk memperbarui ringkasan bukti yang telah diperiksa sebelumnya dan ditinjau oleh rekan sejawat saat informasi baru tersedia.
Panduan hari ini menambah rekomendasi bersyarat sebelumnya untuk penggunaan molnupiravir untuk pasien berisiko tinggi dengan Covid-19 yang tidak parah dan untuk penggunaan sotrovimab atau casirivimab-imdevimab (perawatan antibodi monoklonal) pada pasien tertentu. Hal ini sekaligus menentang penggunaan plasma konvalesen, ivermectin, dan hydroxychloroquine pada pasien Covid-19 terlepas dari tingkat keparahan penyakitnya.
Sementara untuk pasien dengan Covid-19 yang parah, WHO sangat merekomendasikan kortikosteroid, dengan penambahan IL-6 receptor blocker atau baricitinib.