Waspadai Peningkatan Kasus Covid-19 di Jawa dan Bali
Peningkatan kasus Covid-19 di Jawa dan Bali, di tengah tren penurunan kasus secara nasional, perlu diantisipasi sejak dini.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekalipun tren kasus Covid-19 mingguan cenderung menurun, kasus harian, terutama di Jawa dan Bali, meningkat. Situasi ini perlu diwaspadai sejak dini agar tidak semakin membesar, khususnya mengendalikan penyebaran subvarian BA.2 Omicron yang menyebabkan peningkatan kasus Covid-19 di beberapa negara.
Kasus harian Covid-19 di Indonesia pada Rabu (13/4/2022) bertambah 1.551 kasus, meningkat dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang sebanyak 1.455 kasus. Meski demikian, dibandingkan dengan Rabu (6/4/2022) pekan lalu dengan 2.400 kasus, terjadi penurunan cukup signifikan. Penambahan kasus harian ini terutama terjadi di Jakarta yang bertambah dua kali lipat menjadi 699 kasus baru setelah beberapa hari sebelumnya ada di kisaran 200-300 kasus baru.
Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, kasus konfirmasi Covid-19 mingguan di Indonesia menurun signifikan. Jika minggu sebelumnya sekitar 3.000 kasus, saat ini sekitar 2.500 kasus.
Kasus kematian juga menurun 33 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Begitu pula tingkat keterisian perawatan rumah sakit dan isolasi yang sebesar 6,67 persen. Sementara angka positif mingguan sebesar 4,6 persen dan angka positif harian 3 persen atau di bawah ambang maksimal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 persen.
Sekalipun demikian, menurut Nadia, terdapat lima provinsi dengan kasus Covid-19 meningkat, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, dan Bali. Peningkatan kasus positif ini akan meningkatkan risiko laju penularan yang lebih tinggi sekalipun tidak setinggi seperti sebelumnya. Misalnya, di DKI Jakarta peningkatannya 0,1 persen, Jawa Tengah di bawah 0,1 persen, begitu pula dengan Bangka Belitung, Kalimantan Utara, dan Bali yang berada di bawah 0,1 persen.
”Namun, kalau kita melihat angka-angka ini, kita harus waspada bahwa setidaknya ada lima provinsi yang terjadi angka peningkatan positif Covid-19,” ucap Nadia.
Menanggapi situasi ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan, perlu data lebih jelas untuk tahu bahwa memang ada kenaikan kasus Covid-19 di Jawa dan Bali, atau masih merupakan variasi data mingguan yang bukan tidak mungkin akan berubah lagi.
”Kita perlu meningkatkan kegiatan surveilans, seperti tes, surveilans sindromik, dan juga genome sequencing supaya dapat data yang lebih tepat lagi dengan keadaan di lapangan,” kata Tjandra. Dia juga mengingatkan, kita harus tetap perlu waspada dan mengamati serta menganalisis secara mendalam bagaimana perkembangan kasus di hari-hari mendatang.
Tren kasus
Sementara itu, menurut laporan epidemiologi mingguan WHO, secara global hingga 10 April 2022, jumlah kasus baru Covid-19 terus menurun selama tiga pekan berturut-turut. Penurunan kasus mencapai 24 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Jumlah kematian mingguan baru juga melanjutkan tren menurun, yaitu berkurang 18 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
WHO juga menilai, meskipun sejak awal 2022 di banyak negara jumlah tes berkurang, pandemi Covid-19 masih berlanjut dengan penularan yang intens dan tingkat kematian yang tinggi, terutama pada populasi berisiko yang tidak divaksinasi. Varian Omicron yang sangat menular telah menggantikan semua varian yang beredar di hampir semua negara dan telah menjadi dominan secara global.
Terdapat lima provinsi dengan kasus Covid-19 yang meningkat, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, dan Bali.
Selain itu, WHO juga mencatat adanya peningkatan kasus baru di wilayah Pasifik Barat, terutama di China, Eropa, dan Amerika Serikat. Tren ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi sejumlah faktor, termasuk dominasi subvarian Omicron BA.1 dan BA.2 yang lebih cepat menyebar dibandingkan dengan subvarian Omicron lainnya. Selain itu, pelonggaran kegiatan masyarakat dan menurunnya kekebalan juga turut memengaruhi.
”Deteksi rekombinan yang muncul dari garis keturunan Delta-Omicron dan Omicron baru-baru ini membutuhkan pemantauan ketat berkelanjutan,” sebut WHO.
WHO saat ini sedang menelusuri puluhan kasus Covid-19 dari dua subvarian Omicron yang sangat menular untuk menilai apakah mereka lebih menular atau berbahaya. WHO juga telah menambahkan subvarian BA.4 dan BA.5 ke daftar pemantauan, selain juga BA.1.1 dan BA.3. WHO telah mulai melacak subvarian ini karena adanya mutasi tambahan yang perlu dipelajari lebih lanjut untuk memahami kemampuannya menghindari kekebalan yang terbentuk.