Konsentrasi Gas Rumah Kaca di Atmosfer Capai Rekor Tertinggi
Data terbaru dari NOAA mencatat konsentrasi karbon dioksida dan metana, dua sumber utama gas rumah kaca, mencapai rekor tertinggi.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk tahun kedua berturut-turut, para ilmuwan Amerika Serikat mengamati rekor peningkatan konsentrasi metana dan karbon dioksida di atmosfer. Karbon dioksida dan metana merupakan dua sumber utama emisi gas rumah kaca sehingga akan memperparah laju pemanasan global.
Kenaikan konsentrasi metana ini disampaikan para ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada Kamis (7/4/2022). Menurut data mereka, peningkatan tahunan metana atmosfer selama tahun 2021 mencapai 17 bagian per miliar.
Jumlah ini merupakan peningkatan tahunan terbesar yang tercatat sejak pengukuran sistematis dimulai pada tahun 1983. Peningkatan selama tahun 2020 sebesar 15,3 bagian per miliar.
Sementara tingkat metana atmosfer rata-rata 1.895,7 bagian per miliar selama tahun 2021 atau 162 persen lebih besar dari tingkat pra-industri atau 1850-an. Dari pengamatan NOAA, para ilmuwan memperkirakan emisi metana global pada tahun 2021 lebih tinggi 15 persen dibandingkan periode 1984-2006.
Sementara itu, kadar karbon dioksida juga terus meningkat dengan laju yang tinggi secara historis. Rata-rata permukaan global untuk karbon dioksida selama tahun 2021 adalah 414,7 bagian per juta, yang merupakan peningkatan 2,66 ppm dibandingkan rata-rata tahun 2020.
Jumlah ini menandai tahun ke-10 berturut-turut bahwa karbon dioksida meningkat lebih dari 2 bagian per juta, yang merupakan laju peningkatan berkelanjutan tercepat dalam 63 tahun sejak pemantauan dimulai. ”Data kami menunjukkan bahwa emisi global terus bergerak ke arah yang salah dengan kecepatan tinggi,” kata Rick Spinrad, peneliti NOAA.
Data kami menunjukkan bahwa emisi global terus bergerak ke arah yang salah dengan kecepatan tinggi.
Menurut Spinrad, bukti kenaikan dua gas rumah kaca utama ini tidak dapat disangkal lagi dan mengkhawatirkan. ”Kita perlu beradaptasi dengan apa yang sudah ada saat ini dan bersiap untuk apa yang akan datang. Pada saat yang sama, kita tidak bisa lagi menunda tindakan mendesak dan efektif yang diperlukan untuk mengatasi penyebab masalah dari polusi gas rumah kaca,” tuturnya.
Pendorong utama
Polusi karbon dioksida menjadi pendorong utama perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Diperkirakan 36 miliar ton karbon dioksida dikeluarkan ke atmosfer tahun lalu oleh aktivitas manusia, sekitar 640 juta ton metana dikeluarkan selama periode yang sama. Jika waktu tinggal atmosfer metana kira-kira sembilan tahun, beberapa karbon dioksida yang dipancarkan hari ini akan terus menghangatkan planet ini selama ribuan tahun.
”Efek emisi karbon dioksida bersifat kumulatif. Sekitar 40 persen emisi mobil Ford Model T dari tahun 1911 masih mengudara hingga hari ini. Kami setengah jalan untuk menggandakan kelimpahan karbon dioksida yang ada di atmosfer pada awal Revolusi Industri,” kata Pieter Tans, ilmuwan senior di Global Monitoring Laboratory.
Sekalipun karbon dioksida tetap berada di atmosfer lebih lama daripada metana, metana kira-kira 25 kali lebih kuat dalam memerangkap panas di atmosfer, dan memiliki pengaruh jangka pendek yang penting pada laju perubahan iklim.
Metana di atmosfer dihasilkan oleh berbagai sumber, seperti produksi bahan bakar fosil, transportasi dan penggunaan, dari pembusukan bahan organik di lahan basah, dan sebagai produk sampingan dari pencernaan hewan ruminansia seperti sapi. Para ilmuwan memperkirakan, produksi dan penggunaan bahan bakar fosil menyumbang sekitar 30 persen dari total emisi metana.
”Mengurangi emisi metana merupakan alat penting yang dapat kita gunakan saat ini untuk mengurangi dampak perubahan iklim,” katanya.
”Jangan lupa bahwa metana juga berkontribusi pada pembentukan ozon di permukaan tanah yang menyebabkan sekitar 500.000 kematian dini setiap tahun di seluruh dunia,” ujarnya.
Penelitian metana NOAA sebelumnya yang menggunakan analisis isotop karbon stabil dilakukan oleh Institute of Arctic and Alpine Research di University of Colorado. Riset itu menunjukkan, sumber biologis metana, seperti lahan basah atau pertanian ruminansia, merupakan pendorong utama peningkatan pasca-2006.