Semakin tinggi tingkat kebugaran fisik anak, semakin baik mereka dapat berkonsentrasi dan semakin tinggi kualitas hidup terkait kesehatan mereka.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Permainan tradisional tantang duku, dibawakan Jumat (2/4/2022) oleh anak-anak di Desa Jambi Tulo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.
Dua tahun masa pandemi Covid-19, selama itu pula anak-anak kita kemungkinan telah terbiasa dengan kegiatan pembelajaran jarak jauh dan asyik dengan perilaku sedenteri. Pembatasan kegiatan di luar ruangan maupun keterbatasan ketersediaan ruangan di rumah untuk berolahraga acap kali menjadi alasan pembenar.
Tanpa disadari hal ini menjebak anak pada obesitas dan ”mager” alias malas bergerak. Hasil penelitian terbaru menunjukkan, dampak malas bergerak pada anak ini bukan hanya pada masalah fisik. Melatih sensor motorik serta-merta akan memengaruhi kemampuan berkonsentrasi, berbahasa, dan kualitas hidup mereka.
Hal itu ditunjukkan dalam hasil studi oleh Departemen Ilmu Olahraga dan Kesehatan di Universitas Teknik Munich (TUM). Hasil penelitian dipublikasi dalam jurnal Clinical Medicine pada 22 Februari 2022. Mereka membandingkan anak-anak yang berolahraga dan anak-anak yang kurang bergerak.
Pemangku kepentingan yang berbeda dapat bekerja sama dan membantu memotivasi anak-anak untuk lebih aktif secara atletik.
Penelitian ini melibatkan 3.285 anak perempuan dan 3.248 anak laki-laki dari Distrik Berchtesgadener Land di Bavaria. Kriteria kuncinya adalah kekuatan dan daya tahan fisik, kemampuan untuk berkonsentrasi dan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan, sebagaimana ditentukan oleh para ilmuwan menurut prosedur pengujian standar internasional.
Telah menjadi pengetahuan bersama bahwa gerakan secara teratur membuat anak-anak tetap sehat dan bugar. Manfaat olahraga telah dibuktikan dalam banyak riset. Tim peneliti di TUM tersebut mencoba melangkah maju dengan menemukan bukti korelasi antara kebugaran fisik, konsentrasi, dan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan untuk siswa sekolah dasar.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga melintasi mural olahraga anak yang menghiasi sebuah gedung sekolah dasar di Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (14/3/2022).
Hasil penelitian menunjukkan, semakin tinggi tingkat kebugaran fisik anak, maka makin baik mereka dapat berkonsentrasi dan kian tinggi kualitas hidup terkait kesehatan mereka. Sementara anak laki-laki lebih baik dalam tes kebugaran, anak perempuan tampil lebih baik dalam hal konsentrasi dan nilai kualitas hidup.
Pada saat yang sama, dalam semua tes untuk kebugaran fisik, anak-anak yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki hasil jauh lebih buruk daripada anak-anak dengan berat badan kurang dan anak-anak dengan berat badan normal. Anak-anak obesitas juga memiliki nilai yang secara signifikan lebih buruk untuk kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan secara keseluruhan, kesejahteraan fisik, harga diri, serta terkait persahabatan di sekolah.
Kemampuan bahasa
Hasil penting lain dari penelitian ini siswa sekolah dasar dengan kebugaran fisik yang baik dan kemampuan berkonsentrasi yang baik lebih mungkin untuk masuk ke sekolah tata bahasa menengah.
”Hal ini berarti semakin penting untuk mendorong perkembangan motorik pada anak sejak dini, karena hal ini juga dapat berdampak positif pada perkembangan kebugaran mental,” kata Prof Renate Oberhoffer-Fritz, dari Kepala Preventive Pediatrics and Dekan Departemen Ilmu Olah Raga dan Kesehatan di TUM, dalam siaran pers TUM, Selasa (5/4/2022).
Karena itu, ia mengatakan kolaborasi antara orangtua, sekolah, komunitas, dan klub atletik sangat penting dalam hal menciptakan berbagai kemungkinan yang komprehensif dan tepat. Di Jerman, kolaborasi ini sudah ada contohnya.
Dr Thorsten Schulz, ketua tim studi di TUM, memaparkan berdasarkan hasil penelitian, sejak tahun 2019 Kantor Administrasi Distrik Pertanahan Berchtesgadener telah memberikan semua siswa kelas satu di wilayah tersebut voucer satu tahun keanggotaan dalam olahraga klub.
Ia menyebutkan hal ini merupakan contoh yang bagus tentang bagaimana pemangku kepentingan yang berbeda dapat bekerja sama dan membantu memotivasi anak-anak untuk lebih aktif secara atletik.
Data dikumpulkan berdasarkan tes yang sesuai dengan usia yang diakui secara internasional dan standar. Jadi kekuatan dan daya tahan fisik diukur menurut kriteria pedoman FitnessGram, kemampuan berkonsentrasi ditentukan menggunakan tes d2-R dan kualitas hidup terkait kesehatan (HRQOL) diukur menggunakan kuesioner KINDL.