Melawan Awan Hujan di Mandalika
Gelaran MotoGP Pertamina Grand Prix of Indonesia 2022 sempat terganggu akibat hujan. Karena itu, penyelenggaraan kegiatan luar ruang perlu lebih memperhatikan kondisi iklim, musim, dan cuaca di setiap daerah.
Pergelaran MotoGP Pertamina Grand Prix of Indonesia 2022 tuntas diselenggarakan pada Minggu (20/3/2022). Meski terganggu hujan deras yang membasahi lintasan Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, pebalap Red Bull KTM, Miguel Oliveira, keluar sebagai juara. Perhatian terhadap iklim dan musim suatu wilayah jadi pelajaran berharga dari perlombaan ini.
Di tengah tertundanya balapan akibat hujan deras, munculnya sosok seorang perempuan pawang hujan menjadi perhatian pebalap, tim, dan penonton. Kesuksesan ajang balap motor ini memang jadi pertaruhan banyak pihak hingga segala cara dilakukan penyelenggara untuk mewujudkannya, termasuk menggunakan jasa pawang hujan.
Namun, pengelolaan cuaca selama penyelenggaraan MotoGP tersebut tidak hanya dilakukan oleh pawang hujan. Pendekatan sains dan teknologi untuk memodifikasi cuaca juga dilakukan dengan melibatkan tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan penerbang dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
Sejak sebelum seri kedua MotoGP di tahun 2022 itu diselenggarakan di Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 18-20 Maret 2022, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi adanya potensi gangguan cuaca selama acara berlangsung, yaitu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Baca juga : Hujan Diperkirakan Turun di Mandalika Hingga Hari Minggu
Hujan itu dipicu adanya pusat tekanan rendah yang berpotensi tumbuh menjadi siklon tropis di wilayah Nusa Tenggara Barat. Pada Kamis (17/3/2022), pusat tekanan rendah itu masih ada di Laut Flores di ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Lalu, pusat tekanan rendah ini terus bergerak ke barat hingga pada Sabtu (19/3/2022) sudah ada di selatan Pulau Lombok.
Pusat tekanan rendah itu akan menjadi daerah konvergensi atau pusat pertumbuhan awan hujan. Angin pun akan bergerak atau berputar di sekitar pusat tekanan rendah tersebut.
Kondisi itu membuat Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) NTB dan BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang ditandai oleh hujan lebat pada pagi, siang, atau sore hari yang disertai kilat dan petir. Cuaca ekstrem itu berpotensi memicu banjir dan longsor di sejumlah wilayah di NTB, termasuk di seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah, tempat sirkuit berada.
Pada Minggu (20/3/2022), saat puncak acara MotoGP Pertamina Grand Prix, pusat tekanan rendah itu masih berada di selatan Pulau Lombok meski makin menjauh dari pesisir. Akibatnya, bukan hanya hujan deras yang akan jadi tantangan, tetapi juga arah angin yang dominan dari utara.
Lihat juga : Ragam Persiapan MotoGP di Mandalika
Akurat
Prediksi ini terbukti cukup akurat. Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BRIN atau dulu disebut Balai Besar TMC Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) Budi Harsoyo dari Mandalika, Minggu (20/3/2022), mengatakan, pada 18-19 Maret pagi hari hujan terjadi merata di seluruh NTB.
”Hujan pagi hari itu terjadi untuk seluruh wilayah Pulau Lombok, tidak terkecuali Sirkuit Mandalika,” katanya.
Berdasar data prakiraan cuaca itu, modifikasi cuaca harus dilakukan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan sebuah pesawat Cassa 212-200 dari Skadron 4 Pangkalan Angkatan Udara Abdul Rachman Saleh, Malang. Kegiatan ini dilakukan pada 17-20 Maret 2022.
Modifikasi cuaca itu, lanjut Budi, dilakukan dengan cara mencegat awan-awan hujan yang terindikasi radar bergerak menuju Sirkuit Mandalika untuk dijatuhkan di luar lintasan balap. Proses menjatuhkan awan hujan lebih cepat itu dilakukan dengan menyemai atau menebarkan partikel hirgroskopik atau partikel penyerap air pada awan yang sedang berkembang.
Hujan pagi hari itu terjadi untuk seluruh wilayah Pulau Lombok, tidak terkecuali Sirkuit Mandalika.
Partikel higroskopik yang digunakan itu umumnya berupa garam dapur yang ditaburkan langsung dari pesawat atau garam kalsium klorida yang ditabur melalui suar. Kehadiran partikel hirgroskopik di awan itu, seperti dikutip dari Kompas, 2 Maret 2020, akan mengganggu keseimbangan awan.
Kehadiran partikel higroskopok itu akan menambah inti kondensasi di awan hingga awan menjadi cepat jenuh dan hujan pun turun lebih cepat dibanding kondisi normal. Dengan demikian, hujan dari awan tersebut bisa dijatuhkan di tempat yang diinginkan atau dicegah jatuh di tempat tertentu.
”Jika para pembalap beradu kecepatan dengan pembalap lainnya, tim TMC berpacu dengan awan-awan hujan yang bergerak menuju Mandalika,” tambah Budi. Setiap muncul awan hujan baru, tim akan terbang menjatuhkan awan itu sebelum mencapai Mandalika.
Upaya modifikasi cuaca itu dinilai Budi membuahkan hasil. Pada 18-19 Maret 2022, hujan di sekitar Sirkuit Mandalika umumnya terjadi pada pukul 06.00-10.00 Wita. Hujan pagi ini berasal dari awan hujan yang terbentuk sejak dini hari. Untuk awan yang terbentuk malam atau dini hari, teknologi modifikasi cuaca belum bisa dilakukan karena tim belum memiliki pesawat yang bisa melakukan penerbangan malam atau dini hari.
Meski demikian, upaya ini bisa menahan hujan yang jatuh pada siang atau sore hari, waktu ketika latihan dan perlombaan dilakukan. Hujan yang diprediksi jatuh di Mandilka itu diturunkan di selatan Pulau Lombok sehingga tidak terlalu mengganggu kegiatan.
Sementara pada Minggu (20/3/2022), sesuai prediksi BMKG, hujan bakal terjadi mulai pukul 11.00 Wita hingga petang. Menjelang sore, hujan akan makin deras dan disertai dengan petir. Situasi ini mengkhawatirkan karena saat itu adalah sesi puncak atau perlombaan utama MotoGP di Mandalika.
Baca juga : Sirkuit Mandalika Aman untuk Balapan MotoGP
Budi menjelaskan, tim telah berupaya sekuat tenaga untuk mencegah terjadinya hujan di puncak acara MotoGP tersebut. Namun, tantangannya menjadi lebih sulit dibanding dua hari sebelumnya. Pada Jumat dan Sabtu, angin bertiup dari arah tenggara dan selatan, sedangkan pada Minggu, angin berasal dari utara.
Karena angin dari utara, proses semai awan harus dilakukan pada awan yang ada di utara Lombok. Proses ini sangat berisiko karena posisi Posko Tim TMC di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid Lombok (BIL) terletak di sebelah utara Sirkuit Mandalika. Akibatnya, setelah pesawat menyemai awan di utara Lombok, pesawat sudah harus mendarat di BIL sebelum hujan deras melanda BIL.
”Angin yang berembus dari utara itu bisa jadi senjata makan tuan,” katanya. Bagaimanapun, proses modifikasi cuaca adalah teknik yang berbahaya. Jika pesawat umumnya menghindari awan hujan demi pertimbangan keselamatan, pesawat tim TMC justru harus mencari dan mendekati awan hujan.
Selain itu, proses semai awan pada Minggu siang juga baru bisa dilakukan setelah pukul 14.00 Wita atau sejam sebelum pertandingan utama karena adanya notam (notice to airmen) atau pemberitahuan kepada penerbang terkait kedatangan Pesawat Kepresidenan di BIL.
Meski telah berusaha keras, hujan deras akhirnya turun di Sirkuit Mandalika sekitar pukul 14.30 Wita setelah pertandingan Moto2 dan berlangsung sekitar 1 jam. Pertandingan MotoGP yang semula dijadwalkan pukul 15.00 Wita pun akhirnya tertunda.
Menurut Budi, tingginya potensi hujan yang berlangsung pada Minggu, selain karena adanya tekanan rendah di selatan Pulau Lombok, radiasi sinar matahari di daerah itu juga sangat kuat sejak pagi. Kelembaban udara di sekitar arena balapan juga sangat tinggi. Akibatnya, meski sudah tiga kali menyemai garam di awan pada Minggu, hujan tak mampu dibendung. Namun, intensitas atau lama turunnya hujan bisa dikurangi.
Lihat juga : Hujan Deras Tunda MotoGP di Sirkuit Mandalika
Ke depan, penyelenggaraan olahraga luar ruang perlu lebih mencermati persoalan iklim, musim, dan cuaca. Data hujan di NTB selama 2012-2019 menunjukkan curah hujan bulan Maret masih sangat tinggi. Pada beberapa tahun, curah hujan Maret lebih rendah dari Februari, tetapi pada beberapa tahun yang lain curah hujan Maret justru menyamai curah hujan bulan Januari.
Selain itu, wilayah NTB juga memiliki iklim muson tropis. Wilayah dengan iklim ini umumnya mengalami musim pancaroba pada Maret hingga April. Dalam musim pancaroba ini, hujan deras disertai angin kencang masih berpeluang terjadi. Belum lagi, kerentanan perubahan cuaca yang cepat di pulau-pulau kecil juga perlu diperhatikan karena karakter cuaca mereka berbeda dengan pola cuaca pada dataran luas atau benua.
Meski seolah sepele, cuaca nyatanya berperan besar dalam penyelenggaraan acara luar ruang maupun kegiatan masyarakat, termasuk pergelaran MotoGP Pertamina Gran Prix of Indonesia 2022 ini.