Paparan Jangka Panjang Polusi Udara Tingkatkan Risiko Penyakit Autoimun
Paparan jangka panjang polusi udara dari kendaraan bermotor dan industri meningkatkan risiko penyakit autoimun.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Paparan jangka panjang polusi udara dari kendaraan bermotor dan industri meningkatkan risiko penyakit autoimun, khususnya rheumatoid arthritis, jaringan ikat, dan penyakit radang usus. Riset juga menunjukkan, paparan polusi udara meningkatkan risiko infeksi Covid-19.
Hasil penelitian tentang kaitan polusi dan autoimun dipublikasikan secara daring di jurnal akses terbuka Rheumatic & Musculoskeletal Diseases (RMD) Open, bagian dari British Medical Journal (BMJ), dan dirilis pada Rabu (16/3/2022). Giovanni Adami dari Rheumatology Unit, Department of Medicine, University of Verona, Italia, menjadi penulis pertama kajian ini.
Menurut Adami dan tim, polusi udara dari knalpot kendaraan dan industri dapat memicu kekebalan adaptif. Tubuh bereaksi terhadap entitas penyebab penyakit tertentu. Tetapi, terkadang respons adaptif ini gagal sehingga memicu peradangan sistemik, kerusakan jaringan, dan akhirnya penyakit autoimun.
Contoh penyakit autoimun termasuk rheumatoid arthritis; lupus eritematosus sistemik; penyakit radang usus, seperti kolitis ulserativa; penyakit jaringan ikat, seperti osteoartritis; dan sklerosis multipel.
Paparan jangka panjang terhadap lalu lintas dan polusi udara industri dikaitkan dengan risiko rheumatoid arthritis sekitar 40 persen lebih tinggi, risiko penyakit radang usus 20 persen lebih tinggi, dan risiko penyakit jaringan ikat 15 persen lebih tinggi.
Selama dekade terakhir, insiden maupun prevalensi penyakit autoimun terus meningkat, tetapi selama ini penyebabnya tidak sepenuhnya diketahui, Dalam kajian ini, Giovanni dan tim berupaya mencari kaitan antara polusi udara dan peningkatan risiko penyakit autoimun.
Untuk memahami hal ini, peneliti menggali database risiko fraktur nasional Italia (DeFRA) dan menganalisis informasi medis komprehensif terkait 81.363 pria dan wanita yang diajukan oleh lebih dari 3.500 dokter antara Juni 2016 dan November 2020.
Sebagian besar database ini adalah wanita (92 persen) dengan usia rata-rata 65 tahun, dan 17.866 (22 persen) memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan yang menyertai. Setiap peserta dihubungkan ke stasiun pemantauan kualitas udara terdekat yang dijalankan oleh Institut Perlindungan dan Penelitian Lingkungan Italia melalui kode pos tempat tinggal mereka.
Sekitar 9.723 orang (12 persen) didiagnosis dengan penyakit autoimun antara 2016 dan 2020. Peneliti kemudian melihat data cemaran partikel halus (PM 10 dan PM 2.5) di sekitar tempat tinggal responden. Tingkat 30µg/m3 untuk PM 10 dan 20µg/m3 untuk PM 2.5 adalah ambang batas yang umumnya dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia.
Informasi kualitas udara diperoleh dari 617 stasiun pemantau di 110 provinsi Italia. Rata-rata paparan jangka panjang antara tahun 2013 dan 2019 adalah 16 g/m3 untuk PM 2.5 dan 25 g/m3 untuk PM 10.
Dalam kajian ini ditemukan, paparan PM 2.5 tidak terkait dengan peningkatan risiko diagnosis penyakit autoimun. Tetapi, PM 10 dikaitkan dengan peningkatan risiko sebesar 7 persen untuk setiap peningkatan kadar 10µg/m3 setelah memperhitungkan faktor-faktor yang berpotensi berpengaruh.
Selain itu, paparan jangka panjang terhadap PM 10 di atas 30 g/m3 dan PM 2.5 di atas 20 g/m3 juga dikaitkan dengan masing-masing risiko penyakit autoimun 12 persen dan 13 persen lebih tinggi.
Paparan jangka panjang terhadap PM 10 secara khusus dikaitkan dengan peningkatan risiko rheumatoid arthritis, sedangkan paparan jangka panjang terhadap PM 2.5 dikaitkan dengan peningkatan risiko rheumatoid arthritis, penyakit jaringan ikat, dan penyakit radang usus.
Secara keseluruhan, paparan jangka panjang terhadap lalu lintas dan polusi udara industri dikaitkan dengan risiko rheumatoid arthritis sekitar 40 persen lebih tinggi, risiko penyakit radang usus 20 persen lebih tinggi, dan risiko penyakit jaringan ikat 15 persen lebih tinggi.
Adami menyebutkan, penelitian mereka merupakan studi observasional, dan karena itu, tidak dapat menentukan penyebabnya. Adapun keterbatasan yang mungkin memengaruhi temuan mereka di termasuk kurangnya informasi tentang tanggal diagnosis dan awal gejala penyakit autoimun.
Terkait Covid-19
Temuan Adami dan tim ini menambah bukti tentang dampak buruk polusi udara secara jangka panjang bagi kesehatan. Sebelumnya, riset di jurnal Occupational & Environmental Medicine pada Januari 2022 lalu menyebutkan, paparan jangka panjang polusi udara juga dapat meningkatkan risiko infeksi Covid-19.
Kajian yang ditulis Giovanni Veronesi dari Research Center in Epidemiology and Preventive Medicine, University of Insubria, Italia dan tim menemukan, kenaikan tahunan rata-rata 1 g/m3 terkait dengan peningkatan 5 persen dalam tingkat infeksi Covid-19. Ini setara dengan tambahan 294 kasus per 100.000 orang per tahun.
Para peneliti menyebutkan, paparan polusi udara dalam jangka panjang meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan kardiovaskular melalui peradangan terus-menerus dan mengganggu kekebalan. Oleh karena itu, jalur yang sama ini mungkin terlibat dalam hubungan antara polusi udara dan tingkat infeksi Covid-19 yang lebih tinggi.
”Temuan kami memberikan bukti empiris pertama yang kuat untuk jalur hipotesis yang menghubungkan paparan jangka panjang terhadap polusi udara dengan kejadian Covid-19, dan layak digeneralisasikan di masa depan dalam konteks yang berbeda,” tulis Veronesi.
Tim peneliti merekomendasikan, upaya untuk lebih mengurangi tingkat polusi udara dapat membantu mengurangi beban kesehatan masyarakat dari Covid-19.