Pengobatan Tuberkulosis pada Anak Bisa Dipersingkat
Riset terbaru menemukan, durasi pengobatan untuk anak-anak dengan tuberkulosis minimal dapat dipersingkat menjadi empat bulan, dua bulan lebih singkat dibandingkan pedoman lama Organisasi Kesehatan Dunia.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Riset terbaru menemukan, durasi pengobatan tuberkulosis pada anak-anak dapat dipersingkat minimal menjadi empat bulan, dua bulan lebih singkat dibandingkan pedoman lama Organisasi Kesehatan Dunia. Hal ini bisa mengurangi beban keluarga dan sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia.
Uji coba internasional yang dipimpin University College London (UCL) dengan mengeksplorasi efektivitas pengobatan tuberkulosis (TBC) pada anak-anak ini dipublikasikan di The New England Journal of Medicine pada Kamis (10/3/2022). Hasil temuan kajian ini telah mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengubah pedoman global penanganan penyakit Uji coba internasional yang dipimpin University College London (UCL) dengan mengeksplorasi efektivitas pengobatan tuberkulosis (TBC) pada anak-anak ini dipublikasikan diThe New England Journal of Medicinepada Kamis (10/3/2022). Hasil temuan kajian ini telah mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengubah pedoman global penanganan penyakit TBC.
Diana Gibb, peneliti utama dari UCL, dalam keterangan tertulis yang dikeluarkan UCL mengatakan, hampir seperempat anak dengan TBC meninggal. Sebagian besar atau sekitar 90 persen di antaranya meninggal karena mereka tidak didiagnosis dan memulai pengobatan dengan tepat, bukan oleh lamanya pengobatan.
Para peneliti dari UCL bekerja dengan mitra di Afrika Selatan, Uganda, Zambia dan India dalam konsorsium SHINE. Percobaan kontrol acak dilakukan untuk menilai apakah anak-anak dengan TBC ringan atau minimal dapat diobati secara efektif dengan pengobatan yang lebih singkat.
Tuberkulosis minimal adalah TBC paru atau kelenjar getah bening yang tidak berat, di mana bakteri TBC tidak mudah ditemukan dalam dahak melalui pemeriksaan mikroskopis (smear negatif). Pada tahun 2020, diperkirakan 1,1 juta anak jatuh sakit karena TBC secara global dan tidak seperti pasien dewasa atau sekitar dua pertiga memiliki penyakit yang tidak parah.
Meskipun anak-anak lebih mungkin menderita TB minimal, sampai sekarang lamanya pengobatan mereka didasarkan pada hasil uji coba pada orang dewasa yang memerlukan konsumsi kombinasi obat-obatan setiap hari selama enam bulan. Karena anak-anak yang menjalani pengobatan TBC sering tinggal di rumah dan berhenti sementara dari sekolah, hal ini juga meningkatkan beban sosial.
"Pengobatan yang lebih singkat untuk anak-anak dengan TBC yang tidak parah memungkinkan penghematan rata-rata 17 dollar AS per anak, yang dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan penapisan dan menemukan sejak dini anak-anak dengan TBC," kata Gibb.
Melalui serangkaian uji coba, tim SHINE menemukan bahwa pengobatan selama empat bulan menggunakan obat standar yang sama, sama bermanfaatnya dengan pengobatan enam bulan untuk anak-anak dengan TBC minimal.
Menghabiskan lebih sedikit waktu untuk perawatan akan berarti lebih sedikit kunjungan ke klinik serta membuat anak lebih mudah menyelesaikan pengobatan secara lengkap. Penghematan untuk program TBC dapat digunakan untuk meningkatkan akses pada penapisan dan tes diagnostik untuk penyakit tersebut serta pelatihan petugas kesehatan.
Penulis pertama laporan ini, Anna Turkova dari UCL mengatakan,"orang-orang berpikir bahwa anak dengan TBC pasti sakit parah—itu tidak benar. Diketahui bahwa dua pertiga anak dengan TBC setiap tahun mengalami TBC yang tidak parah dan oleh karena itu dapat diobati dengan pengobatan yang lebih singkat."
Pengobatan yang lebih singkat untuk anak-anak dengan TBC yang tidak parah memungkinkan penghematan rata-rata 17 dollar AS per anak, yang dapat digunakan untuk meningkatkan cakupan penapisan dan menemukan sejak dini anak-anak dengan TBC
Dalam uji coba ini, peneliti melibatkan 1.204 anak berusia dua bulan hingga 16 tahun dengan TB tidak berat yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok untuk menjalani pengobatan selama empat atau enam bulan. Sebanyak 11 persen dari anak-anak itu hidup dengan HIV. Semua anak diikuti selama 18 bulan setelah pendaftaran untuk melihat apakah pengobatan mereka berhasil.
Hasilnya, anak-anak dengan pengobatan yang lebih singkat bisa pulih sebaik mereka yang mendapatkan pengobatan standar enam bulan, terlepas dari kelompok usia, negara, atau status HIV. Sementara itu, efek samping pengobatan serupa pada kedua kelompok.
Pedoman WHO
Temuan SHINE ini telah ditinjau oleh Kelompok Pengembangan Pedoman WHO. Akhirnya, pada Agustus 2021, WHO merekomendasikan bahwa pada anak-anak dan remaja dengan TBC yang tidak parah dan diduga rentan terhadap obat, harus menggunakan rejimen pengobatan empat bulan daripada standar enam bulan. Pertimbangan dalam menentukan kelayakan rejimen pengobatan yang lebih pendek ini akan dijelaskan dalam pedoman konsolidasi lengkap WHO yang rencananya akan keluar pada bulan Maret 2022 ini.
Anggota tim peneliti dari University Teaching Hospital, Zambia Chishala Chabala mengatakan, anak-anak sering datang dengan penyakit ringan. "Jika mereka didiagnosis tepat waktu, mereka sekarang dapat diobati dengan pengobatan yang lebih singkat. Hasil SHINE adalah kesempatan untuk meningkatkan pengobatan anak-anak dengan TBC," kata dia.
Priyanka Anand Kulkarni dari BJ Medical College, Pune, India yang juga terlibat dalam kajian ini menambahkan, bagi orang tua, sangat sulit untuk mengelola dan memotivasi anak-anak untuk menyelesaikan pengobatannya secara penuh. Apalagi, anak-anak yang hidup dengan HIV dan TBC menghadapi masalah karena harus menjalani pengobatan untuk kedua penyakit tersebut. Pengobatan TBC yang lebih singkat akan membantu mengurangi masalah ini.