Mikrobiota usus berperan dalam fungsi otak dan pengaturan suasana hati. Stres bisa mengubah komposisi mikrobiota usus, sehingga meningkatkan serta mengurangi metabolit tertentu yang berperan dalam aktivitas otak.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·5 menit baca
Kecemasan adalah perasaan takut, khawatir, dan gelisah. Ini umumnya merupakan reaksi normal terhadap stres, yang akan hilang setelah semua beres. Misalnya, cemas ketika menghadapi masalah di tempat kerja, menjelang ujian, atau sebelum membuat keputusan penting. Meski demikian, kecemasan dapat memberi dorongan energi atau membantu untuk fokus.
Pada gangguan kecemasan, ketakutan tidak bersifat sementara, melainkan berlangsung dalam jangka waktu lama dan bisa bertambah buruk seiring waktu. Kondisi itu dapat mengganggu pekerjaan, tugas sekolah, serta hubungan dengan orang lain. Gangguan kecemasan tidak mematikan, tapi bisa mengurangi kualitas hidup.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada 3,6 persen penduduk dunia mengalami gangguan kecemasan di tahun 2015. Sebagaimana depresi, gangguan kecemasan lebih umum terjadi pada perempuan daripada laki-laki, yakni 4,6 persen dibanding 2,6 persen.
Diperkirakan jumlah orang yang hidup dengan gangguan kecemasan di dunia ada 264 juta. Meningkat 14,9 persen dari 2005 sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk dan penuaan.
Penyebab kecemasan belum sepenuhnya diketahui. Faktor-faktor seperti genetika, biologi dan kimia otak, stres, dan lingkungan mungkin berperan.
Sementara itu, jumlah penduduk dunia yang mengalami depresi pada 2015 diperkirakan 4,4 persen. Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat pada aktivitas yang pernah dinikmati. Hal ini dapat menurunkan kemampuan untuk berfungsi serta kualitas hidup sehari-hari.
Prevalensi depresi bervariasi menurut usia, memuncak pada masa dewasa tua. Yakni, di atas 7,5 persen pada perempuan dan di atas 5,5 persen pada laki-laki berusia 55-74 tahun. Depresi juga terjadi pada anak-anak dan remaja di bawah usia 15 tahun, tetapi pada tingkat yang lebih rendah daripada kelompok usia lebih tua.
Jumlah total orang yang hidup dengan depresi di dunia adalah 322 juta. Meningkat 18,4 persen sejak tahun 2005. Depresi dapat memicu bunuh diri. Lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun di dunia.
4-etilfenil sulfat
Brittany D Needham dari Divisi Biologi dan Rekayasa Biologi, Institut Teknologi California (Caltech), Amerika Serikat, dan tim peneliti internasional, dalam penelitian pada tikus di laboratorium mendapatkan, ada metabolit yang diproduksi oleh bakteri di usus tikus, beredar lewat darah ke seluruh tubuh termasuk otak, dan mengubah fungsi sel-sel otak, sehingga meningkatkan kecemasan.
Dalam laporan di Nature, 14 Februari 2022, dipaparkan, metabolit atau produk sampingan mikroba usus itu disebut 4-etilfenil sulfat (4EPS). Setelah diproduksi mikroba di usus, 4EPS diserap ke aliran darah dan beredar ke seluruh tubuh.
Penelitian ini membandingkan dua kelompok tikus laboratorium. Satu kelompok, ususnya dikolonisasi dengan bakteri yang direkayasa secara genetik untuk menghasilkan 4EPS. Sedangkan kelompok kontrol dikolonisasi dengan bakteri yang identik, namun tidak memiliki kemampuan menghasilkan 4EPS.
Tikus-tikus itu lantas diperkenalkan ke arena baru. Didapatkan, tikus dengan 4EPS menghabiskan lebih sedikit waktu untuk menjelajahi daerah baru dan lebih banyak bersembunyi dibandingkan dengan tikus tanpa 4EPS. Pemindaian otak tikus 4EPS menunjukkan, beberapa daerah otak yang terkait dengan ketakutan dan kecemasan lebih aktif di samping perubahan dalam aktivitas otak dan konektivitas fungsional.
Di daerah otak yang berubah, tim menemukan perubahan pada sel-sel oligodendrosit. Sel-sel ini penting karena menghasilkan protein yang disebut mielin. Protein ini bertindak sebagai lapisan pelindung di sekitar neuron dan serabut saraf yang disebut akson, seperti isolasi pada kabel listrik. Tim menemukan, 4EPS mengganggu pematangan oligodendrosit sehingga menghasilkan lebih sedikit mielin. Akibatnya, isolasi akson menjadi lebih tipis.
4EPS mengganggu pematangan oligodendrosit sehingga menghasilkan lebih sedikit mielin. Akibatnya, isolasi akson menjadi lebih tipis.
Ketika tikus dengan 4EPS diobati dengan obat yang dapat meningkatkan produksi mielin dalam oligodendrosit, produksi mielin tikus menjadi normal, dan perilaku cemas berkurang.
Pada penelitian di tahun 2013 di laboratorium yang sama diketahui, molekul 4EPS ada pada tingkat lebih tinggi terutama pada model tikus autisme dan skizofrenia. Penelitian pada sampel darah manusia dari 231 individu ditemukan, pada anak-anak dengan autisme tingkat 4EPS sekitar tujuh kali lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak normal.
Endocannabinoid
Sebelumnya, konsorsium ilmuwan dari Institut Pasteur, Institut Kesehatan dan Riset Medis Nasional (Inserm) dan Pusat Riset Sains Nasional (CNRS), Perancis, melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa ketidakseimbangan dalam komunitas bakteri usus dapat menyebabkan pengurangan metabolit lipid yang penting bagi fungsi otak sehingga memicu perilaku seperti depresi.
Penelitian yang diterbitkan di Nature Communications pada 11 Desember 2020 tersebut menguatkan bukti bahwa mikrobiota usus yang sehat berkontribusi pada fungsi otak normal. Sebaliknya, perubahan mikrobiota usus akibat stres kronis dapat menyebabkan perilaku seperti depresi.
Metabolit lipid tersebut dikenal sebagai endocannabinoid. Berkurangnya metabolit ini menghambat koordinasi sistem komunikasi dalam tubuh secara signifikan. Para peneliti menemukan, minimnya atau ketiadaan endocannabinoid di hipokampus, wilayah otak utama yang terlibat dalam pembentukan ingatan dan emosi, menghasilkan perilaku seperti depresi.
Para peneliti, Grégoire Chevalier dan kolega, menggunakan tikus dengan stres ringan kronis yang tidak dapat diprediksi (UCMS) sebagai model tikus depresi, dan memasukkan mikrobiota tinja dari tikus model ke tikus normal. Delapan minggu setelah mendapat transplantasi mikrobiota tikus UCMS, tikus penerima menunjukkan perilaku seperti depresi.
Metabolisme asam lemak tikus penerima berubah, ditandai dengan berkurangnya bahan pembentukan lipid untuk endocannabinoid sehingga mengakibatkan gangguan aktivitas sistem endocannabinoid di otak. Neurogenesis (produksi sel-sel saraf) pada tikus penerima pun berkurang.
Transplantasi mikrobiota menyebabkan perubahan komposisi komunitas mikroba dalam usus tikus normal. Hal itu ditandai dengan penurunan beberapa spesies bakteri Lactobacillus.
Penelitian menunjukkan, pemberian Lactobacillus mampu mengembalikan tingkat normal metabolit lipid dan pembentukan sel-sel saraf di hipokampus, sehingga mengurangi perilaku seperti depresi. Karena bakteri dapat berfungsi sebagai antidepresan, maka pengobatan dengan probiotik tersebut dikenal sebagai psikobiotik.
Selain itu, peningkatan kadar endocannabinoid setelah pemberian obat penghambat enzim pendegradasi metabolit lipid, atau pemberian asam arakidonat yang merupakan prekursor (bahan pembentuk) endocannabinoid, bisa meringankan perilaku seperti depresi yang dipicu mikrobiota dan gangguan neurogenesis hipokampus pada tikus penerima.
Mikrobiota usus terbukti berperan dalam fungsi otak dan pengaturan suasana hati. Pada penderita kecemasan dan depresi, selain meningkatkan kemampuan mengelola stres dan minum obat, bisa dicoba memanfaatkan bakteri baik Lactobacillus yang banyak terdapat antara lain dalam yogurt, keju, tempe, miso, kimchi, ataupun suplemen probiotik untuk memperbaiki suasana hati.