Sepertiga Warga Lansia Alami Gangguan Kesehatan Baru Setelah Terinfeksi Covid-19
Hampir sepertiga warga lanjut usia mengalami setidaknya satu kondisi kesehatan baru yang memerlukan perhatian medis setelah sembuh dari Covid-19. Temuan ini menambah panjang data tentang bahaya Covid-19 berkepanjangan.
Oleh
AHMAD ARIF
Β·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Aktivitas tenaga kesehatan setelah mengecek kesehatan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot Candrabhaga di Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (10/2/2022). Sebanyak 13 pasien Covid-19 dirawat untuk menjalani isolasi mandiri di stadion tersebut. Sementara tersedia 49 tempat tidur dan bisa dimaksimalkan hingga 200 tempat tidur untuk menampung pasien Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS β Hampir sepertiga warga lanjut usia yang terinfeksi Covid-19 mengalami setidaknya satu kondisi kesehatan baru yang memerlukan perhatian medis dalam beberapa bulan setelah infeksi awal. Beban kesehatan baru setelah infeksi ini meliputi gagal napas, kelelahan, tekanan darah tinggi, dan kesehatan mental.
Temuan ini dipublikasikan para peneliti dari Harvard TH Chan School of Public Health dan Optum Global Advantage di jurnal The BMJ pada Rabu (9/2/2022). Laporan dalam jurnal ini bisa diakses secara daring di www.bmj.com.
Dalam kajian ini, para peneliti menggunakan catatan asuransi kesehatan untuk mengidentifikasi 133.366 orang berusia 65 tahun atau lebih yang didiagnosis Covid-19 sebelum 1 April 2020. Data kesehatan mereka dibandingkan dengan tiga kelompok populasi pembanding yang tidak terpapar Covid-19.
Kelompok pembanding pertama dari tahun 2020 sebanyak 87.337, kelompok pembanding historis kedua sebanyak 88.070 dari tahun 2019, dan kelompok pembanding historis ketiga adalah mereka dengan penyakit saluran pernapasan bawah akibat virus sebanyak 73.490.
Para peneliti kemudian mencatat setiap kondisi persisten atau gejala yang baru muncul mulai 21 hari setelah diagnosis Covid-19 (periode akut) dan menghitung risiko kondisi yang dipicu oleh Covid-19 selama beberapa bulan berdasarkan usia, ras, jenis kelamin, dan apakah pasien dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
Hasilnya menunjukkan bahwa di antara individu yang didiagnosis dan Covid-19 pada tahun 2020, sebanyak 32 persen di antaranya mencari perawatan medis pada periode akut untuk satu atau lebih kondisi kesehatan baru. Jumlah ini 11 persen lebih tinggi daripada kelompok pembanding tahun 2020.
Sementara dibandingkan dengan kelompok pembanding tahun 2020, pasien Covid-19 memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami berbagai kondisi kesehatan termasuk gagal napas dengan tambahan 7,55 per 100 orang, kelelahan dengan tambahan 5,66 per 100 orang, tekanan darah tinggi dengan tambahan 4,43 per 100 orang, dan diagnosis kesehatan mental dengan tambahan 2,5 per 100 orang.
Temuan serupa juga terjadi pada kelompok pembanding tahun 2019. Namun, dibandingkan dengan kelompok dengan penyakit saluran pernapasan bawah akibat virus, hanya kegagalan pernapasan, demensia, dan kelelahan yang menunjukkan peningkatan risiko, masing-masing 2,39, 0,71, dan 0,18 per 100 orang.
Kompas/Priyombodo (PRI)
Petugas vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis pertama ke warga lansia di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (24/2/2021). Vaksinasi massal bagi warga lansia ini menyasar para penghuni rumah susun Tzu Chi.
Sebagian besar individu yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 memiliki peningkatan risiko kesehatan yang nyata. Risiko beberapa kondisi juga meningkat pada laki-laki, ras kulit hitam, dan usia 75 tahun ke atas.
Sebagaimana dijelaskan para peneliti, studi ini bersifat observasional sehingga tidak dapat menentukan penyebab dari kondisi kesehatan baru yang muncul. Para peneliti mengakui sejumlah keterbatasan, termasuk fakta bahwa beberapa orang yang diagnosis mungkin tidak benar-benar mewakili kondisi baru yang dipicu oleh infeksi Covid-19.
Sebagian besar individu yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 memiliki peningkatan risiko kesehatan yang nyata. Risiko beberapa kondisi juga meningkat pada laki-laki, ras kulit hitam, dan usia 75 tahun ke atas.
Namun, para peneliti memperingatkan bahwa dengan lebih dari 357 juta orang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia, jumlah orang yang selamat dengan gejala jangka panjang setelah infeksi akut akan terus bertambah.
Laporan penelitian ini juga menguatkan sejumlah penelitian terkait dampak Covid-19 berkepanjangan atau long Covid. Kajian tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Washington University di St. Louis dan Veterans Affairs St. Louis Health Care System dan dipublikasikan di jurnal Nature Medicine pada 7 Februari 2022 menyebutkan, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 memiliki risiko 55 persen lebih tinggi untuk mengalami komplikasi kardiovaskular berkepanjangan.
Komplikasi tersebut termasuk gangguan irama jantung, radang jantung, pembekuan darah, stroke, penyakit arteri koroner, serangan jantung, gagal jantung atau bahkan kematian. Risiko komplikasi masalah jantung ini bahkan bisa dialami individu yang sebelumnya sehat dan yang mengalami infeksi Covid-19 ringan.
Dokter jantung di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Sunu Budhi Raharjo juga mengatakan, dirinya menemukan sejumlah kasus komplikasi penyakit jantung yang dialami mantan pasien Covid-19 di Indonesia.
Sunu, yang juga mendalami masalah disritmia atau detak jantung yang tidak normal, mengatakan, gejala Covid-19 berkepanjangan yang banyak ditemukan adalah fibrilasi atrium (AF), yaitu gangguan irama jantung yang ditandai dengan denyut jantung tidak beraturan dan cepat. Gangguan ini bisa dialami oleh pasien hingga dua tahun setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.