Daerah Bisa Lebih Berisiko, Percepat Vaksinasi Masyarakat Adat
Daerah bisa lebih berisiko dengan meluasnya Omicron, terutama karena keterbatasan vaksinasi dan fasilitas kesehatan. Pemerintah diminta mempercepat vaksinasi, termasuk di masyarakat adat.
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 varian Omicron melonjak dan melampaui puncak kasus harian varian Delta. Meluasnya penyebaran Omicron yang sangat menular di daerah bisa berdampak besar karena ketimpangan cakupan vaksinasi dan keterbatasan fasilitas kesehatan. Pemerintah diminta mempercepat vaksinasi, termasuk di kalangan masyarakat adat yang cakupannya masih rendah.
Ketua Tanggap Darurat Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN) Annas Radin Syarif di Jakarta, Selasa (8/2/2022), mengkhawatirkan dampak meluasnya Omicron di masyarakat adat. ”Selama gelombang sebelumnya, dampak pandemi di masyarakat adat relatif kecil. Hal ini karena sebagian komunitas melakukan karantina mandiri sejak dini, dengan menutup pintu masuk,” katanya.
Namun situasi saat ini sudah berbeda. Menurut Anas, kebanyakan masyarakat, termasuk masyarakat adat di berbagai daerah, saat ini sudah melonggarkan protokol kesehatan. Bahkan, sebagian beranggapan pandemi sudah selesai. ”Di sisi lain, vaksinasi di kalangan masyarakat adat masih terbatas. Khawatir jika Omicron ini meluas di masyarakat adat,” ucap Annas.
Sejauh ini upaya vaksinasi kepada masyarakat adat masih menghadapi berbagai kendala, terutama terkait penerimaan terhadap vaksin. ”Ada sebagian masyarakat adat yang masih menolak vaksinasi, terutama masyarakat adat yang tertutup. Dibutuhkan pendekatan dan dialog dengan tokoh-tokoh adatnya. Namun, sebagian masyarakat adat sangat terbuka dan menerima vaksin,” katanya.
Dia mencontohkan, untuk masyarakat Baduy di Banten, dari sekitar 11.000 jiwa, yang sudah mendapatkan vaksinasi belum sampai 10 persen. ”Terutama Baduy Dalam, masih sangat sedikit yang divaksin. Selain penerimaan mereka, akses ke tempat vaksin juga menjadi kendala, terutama bagi warga lanjut usia,” katanya.
Baca juga: Optimalkan Isolasi Mandiri untuk Mengurangi Beban Fasilitas Kesehatan
Fenomena serupa juga terjadi di masyarakat adat Kajang Dalam di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. ”Untuk masyarakat adat yang cenderung tertutup, salah satu strategi yang kami sarankan adalah mempercepat vaksinasi di Kajang Luar dan desa-desa di sekitar Kajang Dalam,” ujarnya.
Vaksinasi di kalangan masyarakat adat masih terbatas. Khawatir jika Omicron ini meluas di masyarakat adat.
Menurut Annas, Kementerian Kesehatan sebenarnya telah mendukung upaya percepatan vaksinasi ke sejumlah masyarakat adat, antara lain dengan memprioritaskan vaksin satu dosis Johnson & Johnson. Namun, pelaksanaannya di daerah sering kali menghadapi kendala. Karena itu, vaksin harus dikawal dan dipastikan bisa sampai ke masyarakat adat yang lokasinya sering kali cukup jauh dari kota.
Risiko di daerah
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, dampak meluasnya Omicron di daerah bisa lebih besar dibandingkan di Jakarta dan sekitarnya. Selain faktor cakupan vaksinasi dan antibodi karena infeksi sebelumnya lebih rendah, daerah memiliki kapasitas fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan lebih terbatas.
”Gelombang Omicron ini bisa menjadi ancaman bagi daerah yang cakupan vaksinasinya masih rendah dan sebelumnya selamat dari gelombang Delta,” kata Dicky. Upaya pembatasan diperlukan bukan hanya di daerah yang mengalami lonjakan kasus, melainkan terutama juga diperlukan untuk mencegah daerah lain mengalami lonjakan kasus.
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengingatkan, semakin banyaknya kasus Covid-19, secara proporsional akan makin banyak juga yang sakit sedang atau berat, atau setidaknya membuat beban pelayanan kesehatan makin meningkat. Apalagi sudah mulai banyak petugas kesehatan yang tertular Covid-19.
Laporan Kementerian Kesehatan menunjukkan, korban jiwa per hari cenderung meningkat. Jika pada 7 Januari 2022, penambahan korban jiwa karena Covid-19 dalam sehari 5 orang, pada Senin (7/2/2022) bertambah 82 dalam sehair dan pada Selasa menjadi 83 dalam sehari. ”Jumlah korban telah meningkat lebih dari 15 kali dalam sebulan,” kata Tjandra.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, PPKM Level 3 Diberlakukan di 41 daerah
Hingga saat ini, mayoritas korban jiwa masih berasal dari Jakarta, yaitu 40 orang, disusul Jawa Tengah 8 orang, Bali dan Jawa Timur masing-masing 5 orang, dan sisanya tersebar di berbagai daerah lain.
Melampaui Delta
Kasus Covid-19 varian Omicron kian melonjak dan melampaui gelombang kasus varian Delta. Masyarakat diminta tidak panik dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah akan berupaya terus mempercepat vaksinasi Covid-19 di seluruh Indonesia.
Hal ini dikatakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat meninjau Gerai Vaksinasi Presisi di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, pada Selasa (8/2/2022) pagi. Budi didampingi Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Suharyanto serta Pelaksana Tugas Wali Kota Bekasi Tri Adhianto.
Budi menambahkan, persentase kenaikan kasus Omicron di Provinsi DKI Jakarta, yang berbatasan dengan Bekasi, sudah melampaui jumlah kasus di Juli 2022. Kasus di Tangerang Selatan, Banten, dan Depok, Jawa Barat, yang juga bertetangga dengan DKI Jakarta, mulai mencatatkan kenaikan lebih tinggi dibandingkan Juli 2021.
Berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19 Tangerang Selatan, hingga Selasa (8/2/2022), total kasus aktif di daerah itu mencapai 14.554 orang. Sementara di Kota Depok, Jawa Barat, hingga 7 Februari 2022, jumlah kasus aktifnya mencapai 13.898 kasus.
Meski terjadi lonjakan kasus signifikan, angka kematian dan tingkat keparahan dari varian Omicron lebih rendah. Maka, masyarakat diminta tak panik dan lebih disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan. ”Yang kedua, vaksinasi mesti dipercepat,” kata Budi Gunadi.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Listyo Sigit Prabowo, mengatakan, Polri menggelar vaksinasi serentak di 34 wilayah Polda di 34 provinsi. Pihaknya menargetkan memvaksin 1 juta orang tiap hari.
Menurut Suharyanto, masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan tak bergejala disarankan menjalani isolasi mandiri. Keputusan untuk isolasi mandiri harus dilakukan dengan bijaksana agar tak menularkan penyakit itu ke anggota keluarga lainnya.
”Begitu ada gejala, misalnya demam, batuk, dan pilek, jangan panik. Segera menuju tempat isolasi terpusat,” katanya. Tempat isolasi terpusat yang dikelola pemerintah memiliki total 16.000 tempat tidur, yang umumnya masih kosong. Tempat tidur ini tersebar antara lain di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Wisma Atlet Pademangan, Rusun Daan Mogot, dan Rusun Penggilingan, Jakarta.
Pelaksana Tugas Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, kini tersedia 1.100 tempat tidur bagi pasien Covid-19 di rumah sakit di Bekasi. ”Keterisiannya 50 persen. Isolasi terpusat juga sudah kami siapkan 49 tempat tidur,” tuturnya.
Level PPKM
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, Kementerian Dalam Negeri meningkatkan jumlah daerah yang masuk kategori pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level tiga Covid-19 di wilayah Jawa dan Bali. Peningkatan ini dilakukan karena jumlah kasus positif Covid-19 varian Omicron terus meningkat.
Aturan tersebut tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2022 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level 2, dan Level 1 Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali. Seluruh wilayah DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Bali masuk level 3. Sementara provinsi lainnya masuk pada kategori level satu hingga tiga. Instruksi ini berlaku pada 8 Februari hingga 14 Februari 2022.
Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Safrizal ZA, dalam keterangan pers, mengatakan, daerah yang berada pada level 3 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 2 daerah menjadi 41 daerah.
”Peningkatan jumlah daerah yang berada pada level 3 tidak semata-mata karena meningkatnya jumlah kasus positif yang salah satunya disebabkan oleh kasus Omicron, tetapi juga karena faktor menurunnya tracing yang dilakukan dan mulai bertambahnya tingkat bed ocupancy rate rumah sakit,” kata Safrizal, Selasa (8/2/2022).
Sementara itu, produsen vaksin asal China, Sinovac Biotech Ltd, mengembangkan vaksin Covid-19 multivarian. Pengembangan vaksin berbasis inactivated virus itu diharapkan dapat melawan berbagai varian SARS-CoV-2.
Baca juga: Sinovac Mengembangkan Vaksin Covid-19 Multivarian
Vice President Sinovac Biotech Weining Meng mengatakan, vaksin berplatform virus inactivated masih efektif melawan varian Covid-19. Melalui pengembangan itu, vaksin Coronavac buatan Sinovac mampu meningkatkan respons kekebalan terhadap berbagai varian yang akan muncul.
”Jadi, nanti ada vaksin multivarian. Kami mengembangkannya untuk mencakup sebanyak mungkin varian agar Coronavac makin efektif (melawan Covid-19),” ujarnya. (OKA/IDO/VAN/FRN/PDS/TAM)