Covid-19 Meningkatkan Komplikasi Jantung Berkepanjangan
Orang yang pernah terinfeksi Covid-19 memiliki 55 persen risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi kardiovaskular berkepanjangan, termasuk radang jantung, pembekuan darah, stroke, gagal jantung, hingga kematian.
Oleh
AHMAD ARIF
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Orang yang pernah terinfeksi Covid-19 memiliki 55 persen risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi kardiovaskular berkepanjangan. Komplikasi tersebut termasuk gangguan irama jantung, radang jantung, pembekuan darah, stroke, penyakit arteri koroner, serangan jantung, gagal jantung, atau bahkan kematian.
Risiko komplikasi masalah jantung ini bahkan bisa dialami individu yang sebelumnya sehat dan yang mengalami infeksi Covid-19 ringan. Hasil penelitian ini menjadi alarm tentang pentingnya upaya pencegahan kasus penularan dan vaksinasi guna mencegah keparahan dan menghindari dampak Covid-19 berkepanjangan.
Analisis mendalam dari data kesehatan di Amerika Serikat inidilakukan tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis dan Veterans Affairs St Louis Health Care System dan dipublikasikan di jurnal Nature Medicine, Senin (7/2/2022).
”Kami ingin membangun penelitian kami sebelumnya tentang efek jangka panjang Coviod-19 dengan melihat lebih dekat apa yang terjadi di jantung orang-orang,” kata penulis senior Ziyad Al-Aly, asisten profesor kedokteran di Universitas Washington.
Menurut Al-Aly, hasil penelitian ini menunjukkan data yang mengkhawatirkan. ”Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular yang serius dan kematian. Jantung tidak beregenerasi atau dengan mudah pulih setelah kerusakan. Ini adalah penyakit yang akan memengaruhi orang seumur hidup.”
Lebih dari 380 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus sejak pandemi dimulai. ”Akibatnya, sejauh ini infeksi Covid-19 berkontribusi pada 15 juta kasus baru penyakit jantung di seluruh dunia,” kata Al-Aly.
Penyakit kardiovaskular-istilah umum yang mengacu pada berbagai kondisi jantung, trombosis, dan stroke-merupakan penyebab utama kematian di dunia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperkirakan bahwa satu dari setiap empat orang Amerika meninggal karena penyakit jantung setiap tahun. Selain itu, penyakit jantung juga butuh perawatan yang mahal.
”Untuk orang-orang yang jelas-jelas berisiko terkena penyakit jantung sebelum terinfeksi SARS-CoV-2, temuan ini menunjukkan bahwa Covid-19 dapat memperbesar risiko tersebut,” kata Al-Aly, yang juga Direktur Pusat Epidemiologi Klinis dan Kepala Layanan Penelitian dan Pendidikan di Sistem Perawatan Kesehatan St Louis Urusan Veteran.
Namun, menurut kajian ini, orang yang tidak pernah memiliki masalah jantung dan dianggap berisiko rendah juga mengalami masalah jantung setelah Covid-19. Kajian ini menunjukkan peningkatan risiko kerusakan jantung pada orang muda dan orangtua; pria dan wanita; kulit hitam, kulit putih dan semua ras; orang dengan obesitas dan orang tanpa obesitas; penderita diabetes dan mereka yang tidak; orang dengan penyakit jantung sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Meningkat 55 persen
Dalam kajian ini, para peneliti menganalisis catatan medis dalam database yang dikelola oleh Departemen Urusan Veteran AS. Para peneliti membuat kumpulan data terkontrol yang mencakup informasi kesehatan dari 153.760 orang yang dites positif Covid-19 sekitar 1 Maret 2020, hingga 15 Januari 2021, dan yang selamat dari 30 hari pertama penyakit tersebut.
Sebagian besar data yang dianalisis dalam penelitian ini menunjukkan, pasien yang divaksinasi sebelum infeksi sangat kecil. Ini karena vaksin belum tersedia secara luas pada saat data dikumpulkan.
Pemodelan statistik digunakan untuk membandingkan hasil kardiovaskular dalam kumpulan data Covid-19 dengan dua kelompok orang lain yang tidak terinfeksi virus. Kelompok kontrol dengan lebih dari 5,6 juta pasien yang tidak memiliki Covid-19 selama jangka waktu yang sama, dan kelompok kontrol lebih dari 5,8 juta orang yang menjadi pasien dari Maret 2018 hingga Januari 2019, jauh sebelum virus menyebar dan pandemi mereda.
Studi ini tidak termasuk data infeksi yang melibatkan varian Delta dan Omicron virus, yang mulai menyebar dengan cepat pada paruh kedua tahun 2021.
Pasien Covid-19 dalam penelitian ini sebagian besar adalah pria kulit putih yang lebih tua. Namun, para peneliti juga menganalisis data yang mencakup wanita dan orang dewasa dari segala usia dan ras.
Para peneliti menganalisis kesehatan jantung selama periode satu tahun. Data menunjukkan, penyakit jantung, termasuk gagal jantung dan kematian, meningkat 4persen lebih banyak orang dibandingkan mereka yang tidak terinfeksi Covid-19.
”Beberapa orang mungkin berpikir 4 persen adalah angka yang kecil, tetapi ternyata tidak mengingat besarnya pandemi,” kata Al-Aly. ”Itu berarti sekitar 3 juta orang di AS yang menderita komplikasi kardiovaskular akibat Covid-19.”
Dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kelompok kontrol tanpa infeksi, orang yang tertular Covid-19 sebanyak 72 persen lebih mungkin menderita penyakit arteri koroner, 63 persen lebih mungkin mengalami serangan jantung, dan 52 persen lebih mungkin mengalami stroke.
Secara keseluruhan, mereka yang terinfeksi virus memiliki kemungkinan 55 persen lebih besar daripada mereka yang tidak menderita Covid-19 untuk menderita masalah kardiovaskular utama yang merugikan, yang meliputi serangan jantung, stroke, dan kematian.
”Temuan kami menyoroti konsekuensi kardiovaskular jangka panjang yang serius dari infeksi Covid-19 dan menekankan pentingnya mendapatkan vaksinasi untuk mencegah keparahan dan kerusakan jantung,” kata Al-Aly.
Andi Khomeini Takdir, dokter penyakit dalam di beberapa rumah sakit Jakarta, yang tidak terlibat kajian ini, dihubungi Selasa (8/2/2022) mengatakan, hasil kajian ini menjadi alarm untuk mewaspadai dampak Covid-19 berkepanjangan. ”Covid-19 merupakan penyakit 1.001 wajah yang dampaknya pada setiap orang bisa berbeda-beda dan bisa berkepanjangan,” katanya.
Andi mencontohkan, kalau seseorang punya komorbid, walaupun masih berpeluang sembuh, risiko penyakitnya tambah parah. ”Banyak kasus, pasien yang punya komorbid hipertensi akan meninggi tekanan darahnya. Obat yang sebelumnya dipakai jadi tidak mempan,” katanya.
Dia juga menemukan banyakan pasien dengan komorbid diabetes yang semakin parah setelah terinfeksi Covid-19. ”Covid-19 ini bisa merusak pembuluh darah di pankreas, menyebabkan produksi insulin menurun. Sebelum Covid-19 hanya butuh satu suntikan insulin saja, setelahnya gula darahnya konsisten tinggi sehingga butuh empat kali suntikan baru bisa normal,” katanya.
Andi mencontohkan, pasiennya setelah tiga bulan terinfeksi Covid-19 harus injeksi insulin secara rutin. Padahal, sebelumnya cukup dengan minum obat. ”Artinya, derajat keparahan sakitnya meningkat,” katanya.
Dengan situasi ini, Andi menyarankan agar semua pihak tetap berupaya mencegah lonjakan kasus Covid-19. ”Pencegahan dari infeksi masih merupakan jalan yang terbaik. Sebaiknya masyarakat tetap berupaya memakai masker dan menghindari kerumunan untuk mencegah tertular, jangan meremehkan dan beranggapan Omicron dampaknya ringan,” katanya.