Covid-19 Berkepanjangan Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Dampak Covid-19 berkepanjangan terbukti meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Peningkatan risiko ini bahkan bisa dialami oleh mereka dengan Covid-19 gejala ringan.
Tingkat kematian akibat Covid-19 secara global berkisar 1-2 persen, yang artinya sebagian besar pasien bisa disembuhkan. Meskipun demikian, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa penyakit ini bisa memicu berbagai masalah kesehatan jangka panjang, salah satunya meningkatkan risiko komplikasi jantung.
Analisis mendalam data kesehatan di Amerika Serikat menemukan, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 memiliki risiko 55 persen lebih tinggi untuk mengalami komplikasi kardiovaskular berkepanjangan. Komplikasi tersebut termasuk gangguan irama jantung, peradangan jantung, pembekuan darah, stroke, penyakit arteri koroner, serangan jantung, gagal jantung, atau bahkan kematian.
Temuan ini menambah panjang daftar Covid-19 berkepanjangan yang harus diwaspadai. Apalagi, risiko komplikasi masalah jantung ini bisa dialami individu yang sebelumnya sehat dan hanya mengalami infeksi Covid-19 dengan gejala ringan.
Kajian efek jangka panjang Covid-19 ini dilakukan tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Washington University di St Louis dan Veterans Affairs St Louis Health Care System. Hasilnya dipublikasikan di jurnal Nature Medicine pada Senin (7/2/2022).
”Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular yang serius dan kematian. Jantung tidak beregenerasi atau dengan mudah pulih setelah kerusakan. Ini adalah penyakit yang akan memengaruhi orang seumur hidup,” kata Ziyad Al-Aly, asisten profesor kedokteran di Washington University, yang merupakan penulis senior laporan ini, dalam keterangan tertulis.
Penyakit kardiovaskular—istilah umum yang mengacu pada berbagai kondisi jantung, trombosis, dan stroke—merupakan penyebab utama kematian di dunia. Pada 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 17,9 juta orang yang meninggal dunia karena penyakit jantung yang 85 persen di antaranya disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperkirakan bahwa satu dari empat orang Amerika meninggal karena penyakit jantung setiap tahun. Di Indonesia, penyakit jantung juga menjadi penyebab kematian nomor satu, dengan tren korban yang cenderung meningkat.
”Untuk orang-orang yang jelas-jelas berisiko terkena penyakit jantung sebelum terinfeksi SARS-CoV-2, temuan ini menunjukkan bahwa Covid-19 dapat memperbesar risiko tersebut,” kata Al-Aly.
Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular yang serius dan kematian. Jantung tidak beregenerasi atau dengan mudah pulih setelah kerusakan. Ini adalah penyakit yang akan memengaruhi orang seumur hidup.
Meskipun demikian, orang yang tidak pernah memiliki masalah jantung dan dianggap berisiko rendah juga bisa mengalami masalah jantung setelah infeksi Covid-19. Kajian ini menunjukkan peningkatan risiko kerusakan jantung bisa terjadi pada orang muda dan orang tua; pria dan wanita; semua ras; orang dengan obesitas dan orang tanpa obesitas; penderita diabetes dan yang tidak; orang dengan penyakit jantung sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Meningkat 55 persen
Dalam kajian ini, para peneliti menganalisis catatan medis data yang dikelola oleh Departemen Urusan Veteran AS. Para peneliti membuat kumpulan data yang mencakup informasi kesehatan dari 153.760 orang positif Covid-19 pada kurun 1 Maret 2020 hingga 15 Januari 2021.
Pemodelan statistik digunakan untuk membandingkan kejadian kardiovaskular dalam kelompok Covid-19 dengan dua kelompok kontrol yang tidak terinfeksi, yaitu kelompok kontrol (lebih dari 5,6 juta veteran) yang tidak memiliki Covid-19 pada periode waktu yang sama dan kelompok kontrol (lebih dari 5,8 juta orang) yang memanfaatkan jaminan kesehatan veteran pada periode Maret 2018 hingga Januari 2019 atau jauh sebelum virus SARS-CoV-2 menyebar.
Studi itu tidak termasuk data infeksi yang melibatkan varian Delta dan Omicron yang mulai menyebar dengan cepat pada paruh kedua tahun 2021. Selain itu, sebagian besar data yang dianalisis dalam penelitian ini juga belum memperhitungkan faktor vaksinasi karena vaksin belum tersedia secara luas pada saat data dikumpulkan.
Baca juga: Covid-19 Meningkatkan Komplikasi Jantung Berkepanjangan
Para peneliti menganalisis kesehatan jantung selama periode satu tahun. Data menunjukkan, penyakit jantung, termasuk gagal jantung dan kematian, meningkat empat persen lebih banyak pada orang yang terinfeksi Covid-19.
”Beberapa orang mungkin berpikir empat persen adalah angka yang kecil, tetapi ternyata tidak, mengingat besarnya pandemi,” kata Al-Aly. ”Itu berarti sekitar tiga juta orang di AS yang menderita komplikasi kardiovaskular akibat Covid-19.”
Dengan lebih dari 380 juta orang secara global telah terinfeksi virus sejak pandemi dimulai, menurut Al-Aly, setidaknya infeksi Covid-19 berkontribusi pada 15 juta kasus baru penyakit jantung di seluruh dunia.
Baca juga: Melindungi Jantung di Masa Pandemi
Dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kelompok kontrol tanpa infeksi, orang yang tertular Covid-19 sebanyak 72 persen lebih mungkin menderita penyakit arteri koroner, 63 persen lebih mungkin mengalami serangan jantung, dan 52 persen lebih mungkin mengalami stroke.
Secara keseluruhan, mereka yang terinfeksi virus memiliki kemungkinan 55 persen lebih besar daripada mereka yang tidak menderita Covid-19 untuk menderita masalah kardiovaskular utama yang merugikan, yang meliputi serangan jantung, stroke, dan kematian.
”Temuan kami menyoroti konsekuensi kardiovaskular jangka panjang yang serius dari infeksi Covid-19 dan menekankan pentingnya mendapatkan vaksinasi untuk mencegah keparahan dan kerusakan jantung,” kata Al-Aly.
Hingga dua tahun
Komplikasi penyakit jantung yang dialami mantan pasien Covid-19 ini juga dilaporkan di Indonesia. ”Banyak yang mengalami gangguan kardiovaskular setelah Covid-19. Harus saya sampaikan, saya memang tidak secara khusus mengumpulkan data ini, tetapi sebagai praktisi yang menangani masalah ini, memang (temuan riset di AS) ini benar adanya,” kata Sunu Budhi Raharjo, dokter jantung di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Sunu, yang juga mendalami masalah disritmia atau detak jantung yang tidak normal, mengatakan, gejala Covid-19 berkepanjangan yang banyak ditemukan adalah fibrilasi atrium, yaitu gangguan irama jantung yang ditandai dengan denyut jantung tidak beraturan dan cepat.
”Gangguan irama jantung ini, dari yang saya saksikan, tidak hanya dari pasien Covid-19 yang sebelumnya dirawat di rumah sakit, tapi bisa dari yang bergejala ringan,” katanya.
Menurut Sunu, gangguan ini bisa muncul setelah pasien dinyatakan sembuh. ”Dari hitungannya satu bulan setelah sembuh, sampai sekarang, artinya setelah dua tahun juga masih ada,” ujarnya.
Baca juga: Risiko Kesehatan Mengintai Saat Bekerja Malam Hari
Hingga saat ini para ilmuwan masih belum konklusif soal faktor-faktor apa yang bisa memicu terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskular setelah infeksi Covid-19. Namun, menurut Sunu, keterlambatan penanganan saat terinfeksi Covid-19 berpeluang lebih besar bisa memicu komplikasi ini.
Sebagaimana dilaporkan dalam kajian di Nature Medicine, selain fibrilasi atrium, risiko lain bagi penderita Covid-19 berkepanjangan yang juga meningkat adalah gagal jantung dan acute coronary diseases atau jantung koroner yang bisa memicu kematian.
Temuan penelitian di Nature Medicine soal dampak Covid-19 terhadap peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler ini menjadi alarm untuk tidak meremehkan penyakit ini. Termasuk juga kita tidak boleh meremehkan varian Omicron yang kerap kali dinarasikan gejala yang ditimbulkannya bisa lebih ringan dari Delta.
Sekalipun bisa selamat dari dampak langsung Covid-19, mereka yang terinfeksi bisa berisiko mengalami berbagai komplikasi penyakit, termasuk terhadap meningkatnya risiko penyakit jantung. Maka, pencegahan dari penularan dan infeksi Covid-19, dengan menerapkan protokol kesehatan hingga vaksinasi, tetap menjadi senjata terbaik dalam meredam dampak pandemi.