Bau mulut tidak sedap menimbulkan rasa malu dan cemas. Selain akibat kurangnya kebersihan gigi dan mulut, bau mulut bisa menjadi pertanda adanya penyakit tertentu. Karena itu penting untuk mencari akar masalahnya.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Bau mulut tidak sedap, yang dikenal sebagai halitosis atau fetor oris, bisa menyebabkan rasa malu, khawatir, bahkan kecemasan. Halitosis terjadi pada sekitar 25 persen populasi, atau satu dari empat orang.
Orang yang tidak mengalami masalah pun akan memeriksa bau mulut dan napasnya jika hendak bertemu orang yang dianggap penting. Bau mulut dan napas segar bisa diperoleh lewat penggunaan obat kumur, obat semprot mulut, dan permen mint. Pada sejumlah kasus, efeknya hanya sementara.
Pada bau mulut yang membandel, perlu dicari akar masalahnya. Penyebab bau mulut tak sedap yang paling umum adalah kebersihan gigi yang buruk. Menurut laman Mayo Clinic, jika tidak rajin menyikat dan menggunakan benang gigi setiap hari, partikel makanan tetap berada di mulut, menyebabkan bau seperti belerang.
Lapisan bakteri berupa plak tidak berwarna dan lengket terbentuk di permukaan gigi. Jika tidak disikat, plak dapat mengiritasi gusi dan membentuk kantong berisi plak di antara gigi dan gusi yang menyebabkan infeksi (periodontitis).
Bakteri bisa menempel di lidah dan menghasilkan bau. Gigi palsu yang tidak dibersihkan secara teratur atau tidak terpasang dengan benar dapat menampung partikel makanan dan bakteri penyebab bau.
Cara sederhana mengecek bau mulut adalah mengembuskan napas dari mulut ke telapak tangan dan membaui. Cara lain, menurut artikel di Medical News Today, 10 Januari 2018, dengan menjilat pergelangan tangan, biarkan kering dan baui. Jika baunya tak sedap, kemungkinan besar itu halitosis.
Detektor yang dapat menilai bau dengan lebih tepat antara lain halimeter untuk mendeteksi kadar belerang dalam jumlah rendah. Juga kromatografi gas untuk mengukur tiga senyawa belerang yang mudah menguap, yakni hidrogen sulfida, metil merkaptan, dan dimetil sulfida.
Deteksi lain dengan tes BANA untuk mengukur tingkat enzim spesifik yang dihasilkan bakteri anaerob di mulut serta uji beta-galaktosidase.
Penyebab lain
Selain masalah gigi, penyebab lain adalah makanan. Pemecahan partikel makanan di sekitar gigi dapat meningkatkan jumlah bakteri dan menyebabkan bau tak sedap. Makanan tertentu, seperti bawang merah, bawang putih, rempah-rempah lain, keju, juga bisa menyebabkan bau mulut. Setelah tecerna, makanan memasuki aliran darah, menuju paru-paru, dan memengaruhi bau napas. Merokok bisa menyebabkan bau mulut tidak sedap. Demikian pula sejumlah obat.
Penyebab lain bau mulut adalah mulut kering (xerostomia), di mana produksi air liur menurun. Padahal, air liur membantu membersihkan mulut dan menghilangkan partikel penyebab bau tak sedap. Sementara itu, pada mereka yang sedang diet, saat tubuh memecah lemak akan melepaskan keton yang dapat membuat bau napas tidak sedap.
Bau mulut juga bisa merupakan pertanda ada penyakit, misalnya infeksi atau peradangan kronis pada hidung, sinus, tenggorokan, atau infeksi paru-paru. Penyakit lain penyebab bau mulut adalah penyakit refluks asam lambung kronis (GERD), diabetes, serta beberapa jenis kanker.
Bau mulut kadang-kadang berasal dari batu kecil yang terbentuk di amandel yang tertutup bakteri. Bau mulut juga bisa merupakan pertanda ada penyakit, misalnya infeksi atau peradangan kronis pada hidung, sinus, tenggorokan, atau infeksi paru-paru. Penyakit lain penyebab bau mulut adalah penyakit refluks asam lambung kronis (GERD), diabetes, serta beberapa jenis kanker.
Cara mengatasi
Pada bau mulut akibat penyakit, maka pengobatan akan membantu mengurangi bau mulut. Sementara bau mulut terkait kebersihan gigi dan mulut, menurut Mayo Clinic, bisa dicegah dengan sikat gigi minimal dua kali sehari, terutama setelah makan. Pilih sikat gigi berbulu lembut dan ganti setiap tiga atau empat bulan sekali.
Gunakan pasta gigi yang mengandung fluorida atau antibakteri. Untuk memastikan partikel makanan tidak terselip di sela-sela gigi, gunakan benang gigi (dental floss) paling tidak sehari sekali.
Sikat juga lidah untuk mengurangi bakteri yang menempel. Mereka yang lidahnya berlapis akibat pertumbuhan bakteri berlebihan karena merokok atau mulut kering gunakan sikat khusus pengikis lidah.
Mereka yang menggunakan penahan gigi ataupun gigi palsu juga perlu membersihkan secara menyeluruh setidaknya sehari sekali atau sesuai petunjuk dokter gigi. Jadwalkan periksa rutin ke dokter gigi untuk membersihkan plak gigi atau gigi palsu setidaknya dua kali setahun.
Untuk mencegah mulut kering dan menjaga kelembaban mulut, hindari tembakau atau rokok, alkohol, soda, dan kopi, yang menyebabkan mulut lebih kering. Minum banyak air. Kunyah permen karet atau mengisap permen tanpa gula untuk merangsang air liur. Untuk mulut kering kronis, dokter gigi atau dokter mungkin meresepkan air liur buatan atau obat oral yang merangsang produksi air liur.
Hindari terlalu banyak makan bawang merah dan bawang putih serta makanan manis yang bisa menyebabkan bau mulut. Artikel di WebMD, 22 Oktober 2020, menyarankan untuk mengonsumsi lebih banyak buah, sayuran, dan lebih sedikit daging. Apel, wortel, seledri, serta buah dan sayuran keras lain bisa membantu membersihkan plak penyebab bau dan partikel makanan dari mulut.