Sebagian Besar Negara Arab Merayakan Idul Fitri pada Rabu
Sebagian besar negara Arab sudah menetapkan Idul Fitri pada Rabu (10/4/2024). Indonesia kemungkinan besar juga sama.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·4 menit baca
Meski hilal belum teramati, sebagian besar negara Arab telah menetapkan Idul Fitri pada Rabu (10/4/2024). Kondisi itu terjadi karena mereka umumnya mengawali Ramadhan pada 11 Maret 2024 sehingga Selasa (9/4/2024) sudah masuk hari ke-30 Ramadhan. Dengan demikian, Rabu esok dipastikan sudah masuk 1 Syawal 1445 Hijriah.
Data Program Pengamatan Hilal Pusat Astronomi Internasional (ICOP IAC) yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, hingga Selasa siang menyebut sudah ada 20 negara Arab dan Afrika yang menetapkan Idul Fitri pada Rabu.
Negara-negara yang telah menetapkan Idul Fitri pada Rabu adalah Arab Saudi, Turki, Yaman, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Mesir. Ada pula Aljazair, Bahrain, Irak, Kuwait, Palestina, Lebanon, Suriah, dan Tunisia. Keputusan yang sama diambil negara Senegal, Sudan, Burkina Faso, Pantai Gading, Nigeria, dan Mauritania. Selain itu, dua negara memutuskan ber-Idul Fitri lebih dulu pada Selasa (9/4/2024), yaitu Mali dan Nigeria.
Sementara dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan, belum ada negara yang menetapkan secara resmi hari raya Idul Fitri. Negara-negara ini umumnya baru akan mengamati hilal pada Selasa petang karena mereka mengawali Ramadhan pada 12 Maret 2024 atau sehari lebih lambat dibandingkan negara-negara Arab.
Proses penentuan awal bulan hijriah di negara-negara Arab umumnya juga menggunakan metode rukyat, terutama untuk ketiga bulan yang terkait ibadah wajib, yaitu Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Negara-negara ini memulai Ramadhan pada 11 Maret sehingga pengamatan hilal yang selalu dilakukan setiap tanggal 29 dalam kalender hijriah jatuh pada Senin (8/4/2024).
Pemerintah Arab Saudi pun mendorong warganya untuk ikut mengamati hilal pada Senin petang. Namun, karena tidak ada kesaksian melihat hilal, Mahkamah Agung Arab Saudi, seperti dikutip dari Arab News, 8 April 2024, menetapkan Idul Fitri jatuh pada Rabu dan Selasa ini adalah hari terakhir Ramadhan.
Tidak terlihatnya hilal itu wajar mengingat konjungsi atau kesegarisan Matahari, Bulan, dan Bumi, yang menjadi penanda fase Bulan baru, baru terjadi pada Senin (8/4/2024) pukul 18.21 waktu universal atau pukul 21.21 waktu lokal Arab Saudi. Sementara data Time and Date menunjukkan maghrib di Mekkah pada Senin petang itu terjadi pada pukul 18.38 waktu setempat.
Itu berarti konjungsi baru terjadi hampir 3 jam setelah maghrib. Dengan demikian, posisi Bulan pada Senin petang waktu Arab Saudi masih dibawah ufuk sehingga wajar bila hilal tidak terlihat atau tidak bisa diamati.
Kebersamaan sebagian besar umat Islam di seluruh dunia dalam ber-Idul Fitri kali ini masih bersifat kebetulan atau diselamatkan oleh posisi hilal.
Karena hilal tidak tampak, usia bulan Ramadhan 1445 di Arab Saudi digenapkan menjadi 30 hari dan Idul Fitri dipastikan jatuh pada Rabu. Dalam kalender hijirah, umur satu bulan hanya 29 hari atau 30 hari, tidak bisa kurang atau lebih dari ketentuan tersebut.
Kondisi berbeda terjadi di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Mereka mengawali Ramadhan pada 12 Maret sehingga 29 Ramadhan jatuh pada Selasa (9/4/2024) ini. Karena itu, pengamatan hilal di negara-negara ini baru akan dilakukan pada Selasa petang.
Waktu konjungsi awal Syawal yang terjadi sama di seluruh dunia, yaitu Senin (8/4/2024) pukul 18.41 waktu universal atau Selasa pukul 01.21 WIB. Akibatnya, posisi hilal di seluruh Indonesia pada Selasa petang nanti menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sudah memiliki tinggi antara 4,88 derajat dan 7,63 derajat serta elongasi atau jarak sudut Bulan-Matahari antara 8,39 derajat dan 10,22 derajat. Adapun umur Bulan sudah mencapai 14,30 jam-17,43 jam sejak terjadinya konjungsi.
Dengan demikian, sesuai standar baru Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang menyebut hilal bisa diamati jika memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat, maka posisi hilal di seluruh wilayah Indonesia seharusnya sudah bisa diamati pada Selasa petang.
Namun, cuaca baik mendung atau hujan akan menjadi kendala utama mengingat di sejumlah daerah saat ini masih terjadi hujan, bahkan sampai memicu banjir. Untuk meningkatkan potensi melihat hilal Syawal itu, Kementerian Agama telah menyiapkan pengamatan hilal di 120 lokasi.
Jika hilal pada Selasa petang bisa diamati, Indonesia akan ikut bergabung dengan negara-negara Arab yang sudah lebih dulu memutuskan Idul Fitri pada Rabu. Bedanya, umat Islam Indonesia akan merayakan Ramadhan tahun ini sebanyak 29 hari saja, atau kurang sehari dibandingkan dengan yang dialami masyarakat Arab.
Hasil pengamatan hilal pada Selasa petang itu juga diyakini akan sesuai dengan penentuan Idul Fitri yang dilakukan dengan metode hisab seperti yang tertera dalam kalender hijriah yang dikeluarkan oleh pemerintah dan sejumlah organisasi massa Islam yang juga menggunakan metode rukyat.
Penentuan hari raya Idul Fitri pada Rabu itu diyakini juga akan dilakukan negara-negara Asia Tenggara lain dan juga negara-negara Asia Selatan. Meski secara resmi mereka belum mengumumkan hari Idul Fitri, kalender mereka juga menetapkannya pada Rabu.
Meski demikian, kesamaan hari raya Idul Fitri 1445 H/2024 ini bukan dipicu oleh adanya kesamaan kriteria dalam penentuan awal bulan kalender hijriah. Artinya, kebersamaan sebagian besar umat Islam di seluruh dunia dalam ber-Idul Fitri kali ini masih bersifat kebetulan atau diselamatkan oleh posisi hilal.
Karena itu, Idul Fitri kali ini bisa dijadikan momentum oleh umat Islam di seluruh dunia untuk segera menentukan kriteria tunggal awal bulan kalender hijriah yang bisa digunakan baik mereka yang menggunakan metode rukyat maupun hisab. Semoga cita-cita itu bisa segera tercapai.