Fasilitas penitipan hewan sebaiknya diawasi oleh dokter hewan untuk memantau kesehatan hewan yang dititipkan.
Oleh
ALBERTUS SUBUR TJAHJONO
·3 menit baca
Tempat penitipan hewan kesayangan menjadi andalan pemudik untuk menitipkan anabul. Pemilik anabul atau ”anak bulu”—sebutan untuk hewan kesayangan, terutama anjing dan kucing—perlu memperhatikan dengan teliti aspek kesehatan fisik dan psikis anabul sebelum dititipkan.
Persiapan penitipan hewan kesayangan dimulai dari perencanaannya. Penitipan hewan kesayangan tidak bisa mendadak, setidaknya sebulan sebelum menitipkan, pemilik anabul sudah mulai merencanakannya. Hewan yang akan dititipkan perlu dipastikan dulu sehat dan bebas dari penyakit.
Tempat penitipan hewan umumnya mensyaratkan hewan sehat. Umumnya hewan yang dititipkan diminta bersih terlebih dahulu dari kutu dan caplak. Kutu dan caplak pada kucing dan anjing dengan mudah berpindah dari hewan satu ke hewan lainnya di tempat penitipan.
Oleh karena itu, pemilik anabul perlu berkonsultasi kepada dokter hewan untuk meminta rekomendasi obat kutu dan caplak yang cocok untuk anabulnya.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah hewan yang akan dititipkan sudah divaksinasi untuk mencegah penularan penyakit karena virus. Vaksinasi juga tidak bisa mendadak karena sebelum divaksin, hewan harus sehat setelah diperiksa dokter hewan apakah layak divaksin.
Penyakit virus pada kucing yang umum di Indonesia di antaranya feline panleukopenia, feline rhinotracheitis, dan feline calicivirus disease. Pada anjing, canine parvovirus disease yang dikenal sebagai penyakit parvo adalah penyakit menular yang umum di Indonesia.
Penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan vaksinasi. Namun, jika belum terlindungi dengan vaksin, kucing dan anjing akan mudah tertular penyakit virus tersebut dan dapat mematikan. Belum lagi penyakit menular lainnya seperti rabies, yang juga dapat dicegah dengan vaksinasi.
Tempat penitipan paling ideal adalah tempat penitipan anabul yang diawasi oleh dokter hewan. Salah satu rujukan untuk penitipan hewan yang ideal adalah di Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) milik Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University di Bogor, Jawa Barat.
Fasilitas penitipan hewan peliharaan ini diklaim merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara. Hewan peliharaan yang dapat dititipkan antara lain anjing, kucing, kelinci, kura-kura, iguana, kuda, sapi, domba, kambing, dan babi.
Pentingnya dokter hewan sebagai pengawas karena umumnya hewan kesayangan akan stres jika berada di lokasi baru, seperti tempat penitipan hewan. Stres akan memicu gejala yang menyertainya, seperti mulai tidak mau makan dan minum atau muntah.
Hal itu disebabkan perubahan lingkungan yang sebelumnya nyaman selama di rumah menjadi asing di tempat penitipan hewan.
Penelitian tentang stres pada kucing sehat, misalnya, dilakukan Judi L Stella dari The Ohio State University, Amerika Serikat.
Bersama sejumlah rekannya, ia melaporkan riset berjudul ”Perilaku Sakit sebagai Respons terhadap Peristiwa Eksternal yang Tidak Biasa pada Kucing Sehat dan Kucing dengan Sistitis Interstisial”. Penelitiannya dimuat di Journal of the American Veterinary Medical Association, 1 Januari 2011.
”Kucing yang sehat—atau mamalia sehat lainnya—dapat merasakan stres akibat gangguan lingkungan dan sebagai akibatnya menunjukkan perilaku sakit,” kata Stella, seperti dikutip Science Daily, 4 Januari 2011.
Tim peneliti menemukan, kucing yang sehat memiliki kemungkinan sama seperti kucing yang sakit kronis untuk menolak makanan, sering muntah, dan meninggalkan kotoran di luar kotak kotorannya sebagai respons terhadap perubahan dalam rutinitasnya.
Kucing yang sehat—atau mamalia sehat lainnya—dapat merasakan stres akibat gangguan lingkungan dan sebagai akibatnya menunjukkan perilaku sakit.
Anjing juga dapat stres jika berada di tempat baru, seperti terungkap dalam penelitian Justyna Wojtaś dan rekan-rekan lainnya dari University of Life Sciences in Lublin, Polandia.
Penelitian itu berjudul ”Penginapan Anjing di Hotel Hewan Peliharaan–Tingkat Kortisol Saliva dan Adaptasi terhadap Kondisi Baru” dimuat dalam Journal of Applied Animal Welfare edisi Juni 2020.
Kortisol adalah hormon stres yang kadarnya lebih tinggi saat stres. ”Menginap di hotel merupakan situasi stres bagi anjing, terbukti dengan peningkatan kadar kortisol air liur. Tingkat kortisol air liur tertinggi diamati pada hari masuk ke hotel,” tulis Justyna Wojtaś dkk dalam abstrak penelitiannya.
Oleh karena itu, untuk mengurangi stres, ada baiknya pemilik anabul mencari tempat penitipan dengan kekhususan hewan tertentu, seperti khusus anjing atau kucing. Penitipan hewan khusus kelinci sudah ada di Indonesia, seperti di The Buntel di Rukan City Garden Maisonette, Cengkareng, Jakarta Barat.
Pengawasan dokter hewan
Dengan kompleksnya masalah selama penitipan hewan, pengawasan dokter hewan diperlukan untuk memantau kondisi anabul yang dititipkan.
Dokter hewan yang berjaga akan memantau perkembangan anabul ketika dititipkan, apakah anabul mulai tidak mau makan dan minum atau mulai menunjukkan gejala sakit lainnya seperti muntah atau kelainan saat buang kotoran.
Jika ada dokter hewan, langkah darurat perawatan bisa segera dilakukan pada anabul. Oleh karena itu, pemilik hewan perlu memastikan apakah tempat penitipan hewan memiliki dokter hewan yang juga bertugas menjaga kesehatan hewan yang dititipkan.