Membaca buku membuat ngabuburit asyik dan produktif. Buku juga bisa menjadi teman perjalanan mudik yang menyenangkan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Ngabuburit menjadi tradisi masyarakat Indonesia saat bulan Ramadhan. Banyak kegiatan biasa dilakukan untuk menanti waktu berbuka puasa, seperti berburu takjil, bermain, jalan-jalan, menonton film, dan berolahraga. Sebagian orang memilih membaca buku yang membuat ngabuburit asyik nan produktif.
Melewati antrean orang-orang yang berburu takjil di sekitar Blok M Square, Jakarta Selatan, Prananda (25) mempercepat langkah kakinya menuju Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Kamis (4/4/2024) sore. Sesampainya di sana, ia sedikit kecewa karena perpustakaan di taman itu telah penuh pengunjung.
”Padahal, tadi jalannya sudah buru-buru. Ternyata masih didahului sama pengunjung lainnya,” ujarnya sambil duduk di depan perpustakaan sembari menunggu ada pengunjung lain keluar dari perpustakaan tersebut.
Dengan ukuran sekitar 3 x 10 meter, kapasitas perpustakaan berdinding kaca itu cukup terbatas. Sore itu terdapat 20-an pengunjung yang sedang membaca buku dengan berbagai tema, seperti pendidikan, sejarah, ekonomi, psikologi, dan agama. Tersedia juga buku-buku fiksi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Setelah menunggu sekitar delapan menit, Prananda masuk ke ruang perpustakaan. Terlebih dahulu ia melepas sepatu dan menitipkan ranselnya. Novel berjudul Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta menemani ngabuburitnya sore itu.
”Kebetulan beberapa bulan terakhir saya sedang tertarik baca novel. Ngabuburit sambil baca buku seperti ini sangat asyik dan produktif,” ujar pengunjung asal Grogol, Jakarta Barat, tersebut.
Prananda tertarik menunggu waktu berbuka puasa di taman itu karena lokasinya strategis. Taman ini berada di samping Stasiun MRT Blok M sehingga mudah diakses menggunakan moda transportasi umum.
”Selain itu, di sini banyak tenant yang menjual makanan. Kalau sudah azan maghrib, bisa langsung keluar untuk berbuka puasa. Jadi, enggak perlu repot-repot,” tuturnya.
Ngabuburit sambil membaca buku telah menjadi tren di beberapa tempat. Sebagian orang kemudian mengistilahkannya dengan ngabuburead, gabungan dari kata ngabuburit dan read (membaca).
Menurut Prananda, keberadaan perpustakaan atau taman baca di tempat umum sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan minat baca masyarakat. Selain mendekatkan warga dengan akses bacaan, suasananya juga lebih ”cair” dibandingkan perpustakaan di gedung-gedung tertutup.
”Jika literasi ingin lebih baik, seharusnya tempat-tempat seperti ini diperbanyak. Sering sekali hoaks gampang menyebar karena masyarakat kurang literasi,” katanya.
Ngabuburit sambil membaca buku telah menjadi tren di beberapa tempat. Sebagian orang kemudian mengistilahkannya dengan ngabuburead, gabungan dari kata ngabuburit dan read (membaca).
Relawan pustakawan Perpustakaan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Verrel, mengungkapkan, selama Ramadhan, pengunjung yang datang pada sore hari meningkat. ”Kebanyakan pengunjung membaca buku, tapi ada juga yang bekerja memakai laptop sambil menunggu waktu berbuka puasa,” ucapnya.
Direktur Utama PT Integrasi Transit Jakarta—selaku pengelola Taman Literasi Martha Christina Tiahahu—Ferdiansyah Roestam mengutarakan, sebagai ruang terbuka hijau, taman itu telah menjadi ikon ruang publik yang mudah diakses masyarakat, khususnya pengguna moda transportasi publik.
Taman literasi menyediakan beragam tenant sebagai destinasi kuliner serta perpustakaan yang bisa digunakan untuk ngabuburit. ”Selain sebagai ruang terbuka hijau, kami juga berharap taman literasi menjadi destinasi masyarakat untuk berkreasi dan berkumpul bersama keluarga dan sahabat,” ujarnya.
Teman mudik
Berjarak sekitar 10 kilometer dari Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Widia (12) juga mengisi ngabuburit dengan membaca buku di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Ia ditemani ibunya, Rosa (38). Mereka berdua sedang menunggu jadwal keberangkatan kereta untuk mudik ke Bandung, Jawa Barat.
”Nanti buka puasanya di stasiun saja sebelum naik ke kereta. Tadi dapat bukunya gratis. Selain untuk ngabuburit, bukunya juga bisa dibaca saat perjalanan menuju Bandung,” ujar Rosa.
Buku yang dibaca Widia diperoleh dari kegiatan Mudik Asyik Baca Buku yang diadakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Selain di Stasiun Gambir, kegiatan ini juga digelar di Stasiun Pasar Senen, Terminal Kalideres, Terminal Kampung Rambutan, dan Terminal Pulogebang pada 2-4 April 2024.
Kepala Badan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Aminudin Aziz menyatakan, membaca buku merupakan sarana yang baik bagi orangtua dan anak untuk berinteraksi. Selain itu, bacaan yang menarik menjadi bahan diskusi bagi anak dan orangtua sekaligus sebagai pengalaman seru bagi keduanya.
Membaca buku juga menjadi alternatif kegiatan edukatif yang menyenangkan dalam perjalanan mudik. ”Daripada pemudik menghabiskan waktu untuk bermain gim pada gawainya masing-masing, kami berikan alternatif lain,” ucapnya.