Siap Mudik? Mari Cegah ”Microsleep”, Penyebab Kecelakaan di Perjalanan
Berkendara untuk mudik Lebaran membutuhkan banyak persiapan. Hal yang penting, cegah pengendara mengantuk di perjalanan.
Akhir pekan ini diperkirakan sudah mulai terjadi arus mudik Lebaran 2024. Anda mungkin salah satunya yang memilih kendaraan pribadi sebagai pilihan untuk perjalanan mudik.
Berbagai persiapan pun perlu dilakukan, mulai dari kesiapan kendaraan yang akan digunakan, bekal di perjalanan, dan buah tangan untuk sanak saudara di kampung halaman. Namun, persiapan yang tidak kalah penting yaitu kesiapan si pengendara.
Sebelum memutuskan untuk berangkat dengan kendaraan pribadi, pastikan pengendara atau sopir dalam kondisi yang fit. Istirahat yang cukup sangat penting sebelum mengendarai kendaraan untuk waktu yang panjang.
Risiko mengantuk di perjalanan cukup tinggi apabila sebelumnya tidak istirahat ataupun tidak tidur dengan cukup. Menyetir dalam kondisi mengantuk sangat berbahaya karena meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas. Sopir yang mengantuk masih menjadi salah satu penyebab tertinggi kecelakaan lalu lintas.
Baca juga: Panduan Mudik dengan Kendaraan Pribadi
Staf pengajar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Alfian Nur Rosyid, kondisi mengantuk ketika berkendara dapat memicu terjadinya microsleep atau kondisi ketika seseorang tertidur secara singkat 1-15 detik. Dalam periode waktu yang sangat singkat itu, biasanya seseorang tidak sadar jika terlelap.
Kondisi microsleep bisa ditandai dengan tidur sekejap mata, kepala terangguk, menguap, mata berkedip-kedip lambat, mata yang semakin menutup, serta kehilangan kesadaran. Pada saat mengalami microsleep, seseorang tampak terjaga tetapi otak tidak bekerja sebentar sehingga terjadi gangguan kognitif dan kurangnya kesadaran terhadap sekitar.
”Microsleep bisa juga terjadi dengan kondisi mata yang terbuka, tetapi gelombang otak melambat sehingga tidak lagi bisa berkonsentrasi dan tidak sadar. Itu kenapa orang yang mengalami microsleep pada beberapa detik sebelumnya akan lupa kejadian yang terjadi,” katanya dalam seminar web yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, akhir Maret 2024.
Hindari berkendara di malam hari yang biasanya digunakan untuk waktu tidur.
Kondisi microsleep bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti kurang tidur, gangguan tidur, kelelahan, dan aktivitas yang monoton. Pengendara yang kurang tidur sebelum melakukan perjalanan panjang akan berisiko mengantuk ketika berkendara.
Selain itu, gangguan tidur juga bisa membuat kualitas tidur menurun sehingga dapat pula menyebabkan kondisi mengantuk di esok hari. Kelelahan pun dapat membuat seseorang menjadi mengantuk.
Risiko mengantuk lainnya bagi pengendara bisa disebabkan aktivitas yang monoton. Ketika berkendara di perjalanan yang panjang sering kali ditemui jalanan lurus tanpa ada gangguan. Aktivitas yang monoton ini membuat seseorang rentan mengantuk, apalagi jika sebelumnya dalam kondisi yang kurang istirahat.
AAA Foundation for Traffic Safety’s mencatat, 16,5 persen kecelakaan lalu lintas yang fatal terjadi karena sopir yang mengantuk. Di Indonesia, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga mencatat sebagian besar penyebab kecelakaan lalu lintas, terutama di jalan tol, terjadi akibat pengemudi yang lelah dan mengantuk.
Baca juga: Menghadapi Tantangan Lonjakan Pemudik Pascapandemi
Karena itulah, berkendara dalam kondisi mengantuk harus dihindari. Berkendara saat mengantuk tidak hanya membahayakan diri sendiri. Ketika terjadi kecelakaan akan berbahaya pula bagi orang yang berada di dalam kendaraan dan orang yang ada di kendaraan lain.
Mencegah “microsleep”
Alfian menyampaikan, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya microsleep saat berkendara. Pastikan ketika sudah mulai mengantuk, sopir bisa berhenti atau beristirahat terlebih dahulu. Jangan paksakan diri untuk tetap mengemudi dalam kondisi mengantuk.
”Kalau di jalan mengantuk, diharapkan menepi atau berisitirahat sebentar di rest area. Bisa tidur sebentar untuk membuat tubuh kembali lebih segar,” katanya.
Selain itu, usahakan sebelum melakukan perjalanan jauh bisa beristirahat cukup setidaknya tujuh jam di malam hari dengan kualitas tidur yang baik pula. Dengan begitu, ketika keesokan hari berangkat mudik pengemudi memiliki kondisi tubuh yang bugar.
Untuk mencegah mengantuk di jalan, pengemudi bisa juga sambil mendengarkan musik di kendaraan dengan pengeras suara, bukan dengan headset atau headphone. Pilih ritme lagu yang cepat dan bersemangat.
Selain itu, minta teman atau anggota keluarga lain yang bersama di kendaraan untuk mengajak berbicara. Mengobrol dapat membantu diri untuk tidak bosan dengan aktivitas atau pemandangan yang monoton di jalanan.
Alfian menyarankan agar sambil mengendarai kendaraan bisa sesekali menggerakkan tubuh, seperti tangan, kaki, kepala, atau leher. Kondisi tubuh yang diam terlalu lama bisa membuat tubuh mengantuk.
Apabila mengendarai mobil, bisa juga sambil minum kopi ataupun camilan ringan. Namun, hindari makanan yang terlalu berat karena justru bisa memicu rasa kenyang yang membuat diri menjadi mengantuk.
”Sebaiknya ketika berkendara juga pilih waktu yang biasa terjaga, seperti di pagi, siang, atau sore hari. Hindari berkendara di malam hari yang biasanya digunakan untuk waktu tidur. Sebelum berangkat pun pastikan sudah tidur cukup dan berkualitas di malam harinya,” kata Alfian.
Kualitas tidur
Pengajar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Umum Pusat Persahabatan, Andika Chandra Putra, menambahkan, tidur yang berkualitas tidak sekadar mempertimbangkan lama waktu tidur. Tidur yang berkualitas juga dipengaruhi oleh efisiensi tidur, kontinuitas dalam tidur, siklus tidur, dan kondisi tubuh saat bangun pagi.
Tidur yang efisien berarti sebagian besar waktu saat sudah berada di tempat tidur digunakan untuk tidur. Sering kali orang masih susah tidur sekalipun sudah berada di tempat tidur. Kualitas tidur juga dilihat dari kontinuitas tidur. Usahakan seminimal mungkin terbangun di malam hari di tengah-tengah waktu tidur.
Baca juga: Kenali Macam Gangguan Tidur, Mulai dari ”Ngorok” sampai Gerak-gerak Kaki
Tidur yang berkualitas juga ditunjukkan dengan perasaan yang segar dan siap ketika bangun pagi. Jika tubuh terasa lemas saat bangun pagi, itu bisa menjadi tanda tidur yang tidak berkualitas.
Jadi, apakah sudah siap untuk melakukan perjalanan mudik? Pastikan diri dan keluarga, terutama pengendara, benar-benar dalam kondisi fit dan prima sebelum melakukan perjalanan mudik. Keselamatan perjalanan tetap harus diutamakan.