Konsumsi Alkohol Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung, Khususnya pada Wanita
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, khususnya di kalangan wanita.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, khususnya di kalangan wanita. Masyarakat perlu lebih memiliki kesadaran terkait gaya hidup ini dan konsumsi alkohol perlu menjadi bagian dari penilaian kesehatan rutin di masa depan.
Studi terbaru tentang dampak konsumsi alkohol terhadap risiko penyakit jantung ini belum diterbitkan di jurnal. Namun, temuan ini merupakan salah satu studi yang akan dipresentasikan oleh peneliti di acara Sesi Ilmiah Tahunan American College of Cardiology di Atlanta, Georgia, pada 6-8 April 2024.
Studi yang dilakukan peneliti di Lembaga Penelitian Kesehatan Kaisar Permanente, Amerika Serikat, ini menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner. Bahkan, risiko wanita terkena penyakit jantung mencapai 68 persen dibandingkan pria yang hanya 33 persen.
”Jika menyangkut pesta minuman keras, baik pria maupun wanita dengan konsumsi alkohol berlebih memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung,” kata Jamal Rana, ahli jantung di The Permanente Medical Group yang juga penulis utama studi tersebut dikutip dari Sciencedaily, Rabu (3/4/2024).
Dalam studi ini, para peneliti fokus pada subyek orang dewasa berusia 18-65 tahun. Studi ini merupakan salah satu penelitian terbesar dan paling beragam yang meneliti hubungan antara alkohol dan penyakit jantung.
Para peneliti menggunakan data sebanyak lebih dari 430.000 orang yang menerima perawatan di organisasi kesehatan terpadu Kaiser Permanente Northern California. Data tersebut di antaranya 243.000 pria dan 189.000 wanita. Peserta rata-rata berusia 44 tahun dan tidak menderita penyakit jantung pada awal penelitian.
Para peneliti menganalisis hubungan antara tingkat konsumsi alkohol peserta dalam penilaian rutin dari tahun 2014-2015 dan diagnosis penyakit jantung koroner selama periode empat tahun berikutnya. Setelah itu, peneliti menyesuaikan data tersebut dengan memperhitungkan usia, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan faktor risiko kardiovaskular lainnya.
Para peneliti pun cukup terkejut dengan hasil penelitian ini. Sebab, risiko penyakit jantung jarang terjadi pada wanita berusia muda dan lebih banyak ditemukan untuk kasus wanita dengan usia yang lebih tua.
Alkohol telah terbukti meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan perubahan metabolisme yang berhubungan dengan peradangan dan obesitas.
”Bagi perempuan, kami menemukan risiko yang lebih tinggi secara konsisten, bahkan tanpa pesta minuman keras. Saya tidak menyangka hasil ini terjadi pada perempuan dalam kelompok usia yang lebih muda,” ungkap Rana.
Menurut Rana, alkohol telah terbukti meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan perubahan metabolisme yang berhubungan dengan peradangan dan obesitas. Ia pun mengimbau agar masyarakat perlu lebih memiliki kesadaran terkait gaya hidup ini dan konsumsi alkohol perlu menjadi bagian dari penilaian kesehatan rutin di masa depan.
Menghambat kehamilan
Dalam studi terpisah lainnya, peneliti juga menemukan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan juga bisa menghambat proses pembuahan atau kehamilan wanita. Studi ini dipimpin peneliti dari Louisville University, AS, dan telah diterbitkan di jurnal Human Reproduction pada 2021 lalu.
Temuan ini didapat setelah peneliti menganalisis wanita berusia 19-41 tahun disertai laporan selama maksimal 19 siklus menstruasi. Para wanita tersebut membuat buku harian yang melaporkan berapa banyak alkohol yang mereka minum dan jenisnya serta memberikan sampel urine pada hari pertama dan kedua setiap siklus menstruasi untuk memeriksa kehamilan.
Profesor Epidemiologi dari Louisville University Kira Taylor mengatakan, meminum alkohol dalam jumlah banyak selama setiap fase siklus menstruasi secara signifikan dikaitkan dengan penurunan kemungkinan terjadinya pembuahan dibandingkan dengan mereka yang bukan peminum alkohol.
”Hasil studi ini menjadi penting karena beberapa wanita yang mencoba untuk hamil mungkin percaya bahwa mengonsumsi alkohol aman bagi mereka. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak boleh diartikan bahwa meminum alkohol dapat digunakan untuk mencegah kehamilan karena alkohol bukanlah alat kontrasepsi,” katanya.