Penemuan Bulu Harimau Jawa Perlu Konfirmasi Studi Genetik dan Lapangan
Peneliti menemukan jejak genetik harimau jawa di daerah Sukabumi, Jawa Barat.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harimau jawa atau Panthera tigris sondaica merupakan salah satu hewan endemik Indonesia yang sudah dinyatakan punah pada tahun 1980-an. Namun, selama ini banyak laporan masyarakat terkait perjumpaan dengan harimau jawa. Terbaru, peneliti menemukan jejak genetik harimau jawa di daerah Sukabumi, Jawa Barat.
Temuan jejak genetik harimau jawa di daerah Sukabumi ini merupakan hasil penelitian para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Yayasan Bentang Edukasi Lestari (BEL) Foundation serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jabar. Hasil studi ini diterbitkan di Cambridge University Press, 21 Maret 2024.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis sehelai bulu yang ditemukan masyarakat di Desa Cipendeuy, daerah Sukabumi selatan pada 2019. Temuan jejak kaki dan bekas cakar seperti harimau di sekitar lokasi semakin memperkuat bahwa bulu tersebut milik harimau jawa.
”Pada 4 Maret 2022, BKSDA menyerahkan sampel rambut tersebut ke Pusat Penelitian Biologi BRIN untuk dianalisis secara genetik, serta beberapa helai rambut harimau sumatera dari Sumatera Utara untuk perbandingan,” tulis para peneliti dalam laporan tersebut.
Analisis genetik DNA harimau merupakan alat yang ampuh untuk menjawab pertanyaan konservasi dan memperjelas ketidakpastian taksonomi. Ini sekaligus untuk merekonstruksi filogeografi dan demografi serta menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.
Para peneliti kemudian membandingkan sampel tersebut dengan DNA dari bulu harimau sumatera, macan tutul jawa (Panthera pardus melas), dan spesimen harimau jawa di museum yang dikumpulkan pada tahun 1930. Semua sampel tersebut diketahui asal-usulnya.
Untuk verifikasi, peneliti menggunakan sampel rambut dari spesimen harimau berumur 60-100 tahun di Museum Zoology Bogor (MZB) dan dari koleksi tambahan harimau sumatera. Semua sampel diekstraksi dan diamplifikasi menggunakan metode yang sama. Klarifikasi juga dilakukan dengan menggunakan data sekuens sitokrom subspesies P. tigris dari GenBank.
Hasil analisis menunjukkan, sampel bulu yang diduga harimau jawa memiliki DNA yang sama dengan spesimen harimau jawa dari museum. Namun, DNA-nya berbeda dengan subspesies harimau lain dan macan tutul jawa.
Bulu yang diduga milik harimau jawa memiliki kemiripan DNA sebesar 97,06 persen dengan harimau sumatera dan 96,87 persen dengan harimau bengal. Sementara spesimen museum harimau jawa mempunyai kemiripan sebesar 98,23 persen dengan harimau sumatera.
”Pohon filogenetik menunjukkan bahwa dugaan bulu harimau jawa dan spesimen museum harimau jawa termasuk dalam kelompok yang sama. Kelompok ini dipisahkan dari subspesies Sumatera berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB,” ungkap peneliti.
Meski telah dikonfirmasi bahwa sampel bulu tersebut merupakan milik harimau jawa, para peneliti belum dapat memastikan keberadaan harimau jawa di alam liar. Sebab, hal ini masih memerlukan konfirmasi melalui studi genetik dan lapangan lebih lanjut.