Langit cerah diperkirakan akan terjadi di Jakarta dan sekitarnya hingga akhir Maret 2024.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Langit dan cuaca yang cerah terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya dalam dua hari terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan kondisi ini akan berlangsung sampai akhir Maret 2024.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto, dihubungi di Jakarta, Rabu (20/4/2024), mengatakan, kondisi langit yang cerah diperkirakan masih akan terjadi sampai 30-31 Maret 2024. Meski begitu, kondisi ini masih akan tetap disertai dengan hujan ringan ataupun cuaca cerah berawan.
”Dari prakiraan cuaca baru nanti, pada 1 April akan masuk lagi aktivitas MJO (Madden-Julian Oscillation). Pada saat itu baru akan terjadi hujan, namun intensitasnya tidak sehebat atau selevel dengan kondisi minggu lalu,” tuturnya.
Terkait dengan cuaca dan langit cerah di wilayah Jakarta dan sekitarnya, Guswanto menyampaikan, salah satu penyebabnya adalah karena wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian barat, telah berada pada fase 6 atau fase kering MJO. Kondisi ini menyebabkan pembentukan awan hujan menjadi berkurang.
Selain itu, saat ini tengah terjadi peristiwa titik subsolar planet Bumi melewati garis ekuator. Hal itu menyebabkan daerah yang berada di sekitar garis ekuator akan mengalami konvergensi antartropik. Daerah konvergensi antartropik (DKAT) merupakan daerah bersuhu paling tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Daerah ini memiliki kelembaban yang tinggi.
Langit dan cuaca cerah di Jakarta juga bisa disebabkan punahnya tiga bibit siklon tropis yang terjadi di wilayah Indonesia pekan lalu. Tiga bibit siklon itu adalah bibit siklon tropis 91S, 94S, dan 93P. Pergerakan bibit siklon tersebut menjauhi Indonesia turut berpengaruh dengan tidak adanya pertumbuhan awan hujan di Indonesia, khususnya di sekitar Pulau Jawa.
Kondisi langit yang cerah diperkirakan masih akan terjadi sampai 30-31 Maret 2024. Meski begitu, kondisi ini masih akan tetap disertai dengan hujan ringan ataupun cuaca cerah berawan.
Meski begitu, Guswanto mengimbau masyarakat untuk tetap waspada akan risiko terjadinya bencana hidrometeorologi. Langit cerah serta curah hujan yang menurun bukan berarti tanpa hujan sepanjang hari.
”Hujan masih akan terjadi, yang disebabkan oleh awan-awan lokal. Itu biasanya ditandai dengan siang hari yang panas, kemudian sore hari turun hujan. Ini biasanya akan terjadi karena pembentukan awan di daerah pegunungan,” tuturnya.
Dengan fenomena cuaca ini, masyarakat diharapkan tetap tenang dan waspada di musim pancaroba sekarang. Potensi bencana hidrometeorologi masih akan terjadi akibat hujan yang turun secara sporadis. Hujan pun masih bisa disertai dengan kilat, petir, serta angin kencang.
Masyarakat juga perlu mewaspadai terjadinya hujan orografis atau hujan yang terjadi di sekitar daerah pegunungan. Banjir bandang dan longsor patut diantisipasi di wilayah tersebut.
”Kami harap masyarakat juga tetap meng-update info cuaca dari sumber resmi, seperti BMKG. Di lain sisi, masyarakat juga perlu waspada dengan situasi saat ini yang sudah mulai memasuki musim kemarau,” kata Guswanto.
Kemarau
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, awal musim kemarau pada 2024 diprediksi mengalami kemunduran dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Wilayah dengan awal kemarau diprediksi mundur adalah sebagian Sumatera Utara, sebagian Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, sebagian besar Kalimantan, sebagian Bali, NTB, sebagian NTT, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Tengah, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, dan sebagian Maluku.
Kondisi saat ini, baru 20 zona musim atau 2,86 persen zona musim (ZOM) di Indonesia yang sudah masuk musim kemarau pada Januari-Februari 2024. Sementara puncak musim kemarau di Indonesia diprediksi terjadi pada Juli dan Agustus 2024. Pada saat itu, 534 zona musim atau 77 persen zona musim sudah mengalami musim kemarau.
Sejumlah persiapan diharapkan sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi musim kemarau pada 2024. Antisipasi perlu ditingkatkan di wilayah yang akan terdampak musim kemarau, khususnya wilayah yang memiliki sifat musim kemarau di bawah normal dengan kondisi lebih kering dari biasanya. Wilayah tersebut diprediksi rentan mengalami risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, serta kekurangan sumber air.
Pemerintah daerah pun diharapkan dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan seperti saat ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lain di masyarakat. Selain itu, tindakan antisipasi juga diperlukan pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau atas normal yang cenderung lebih basah dari biasanya, terutama untuk tanaman pertanian atau hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi.