Ekuinoks Maret Tiba, Saatnya Hari Tanpa Bayangan di Khatulistiwa
Ekuinoks Maret jatuh pada Rabu (20/3/2024). Saat ini, wilayah sekitar khatulistiwa akan menikmati hari tanpa bayangan.
Ekuinoks Maret jatuh pada Rabu (20/3/2024) pukul 03.06 waktu universal (UTC) atau pukul 10.06 WIB. Peristiwa ini ditandai dengan posisi Matahari yang tepat berada di atas garis khatulistiwa dan memunculkan fenomena hari tanpa bayangan. Momen ini juga jadi tanda datangnya musim semi di belahan Bumi utara dan awal musim gugur di Bumi selatan.
Setiap tahun, ekuinoks Maret terjadi antara tanggal 19-21 Maret. Fenomena astronomi tahunan ini memiliki arti penting dalam hidup manusia. Selain membawa perubahan musim yang turut mengubah kebiasaan dan pola hidup, banyak budaya menjadikan ekuinoks Maret sebagai patokan berbagai perayaan yang menjadi simbol kebahagiaan.
Saat Matahari tepat berada di khatulistiwa, maka masyarakat yang tinggal di sekitar garis ekuator Bumi itu akan bisa menikmati ”hari tanpa bayangan”. Saat tengah hari, ketika Matahari benar-benar di atas kepala, bayangan benda akan jatuh tegak lurus di bawahnya sehingga seolah-olah bayangannya hilang atau tidak ada bayangan.
Meski ekuinoks Maret jatuh pada Rabu, profesor riset astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, seperti ditulis Kompas, 20 Maret 2018, mengatakan, fenomena ini bisa dinikmati lebih kurang dua hari dari waktu jatuhnya ekuinoks Maret.
Namun, peristiwa ini hanya bisa dialami oleh masyarakat yang tinggal di sekitar garis khatulistiwa, seperti Pontianak, Kalimantan Barat; Bonjol Pasaman, Sumatera Barat; Parigi Moutong, Sulawesi Tengah; dan Pulau Kayoa, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Dikutip dari Time and Date, Matahari di atas kepala pada 18-22 Maret 2024 di Pontianak terjadi pukul 11.49-11.50 dan di Bonjol antara pukul 12.20-12.21. Untuk memudahkan, waktu Matahari di atas kepala, atau disebut waktu istiwa, itu jatuh 5-10 menit sebelum waktu azan shalat Dzuhur.
Saat Matahari di atas khatulistiwa, maka semua tempat di Bumi akan mengalami waktu siang dan malam yang sama panjang, yaitu sekitar 12 jam. Karena itulah, fenomena ini dalam bahasa Latin di sebut equinox, yang artinya ’malam yang sama’.
Namun, sejatinya panjang waktu siang dan malam saat ekuinoks Maret tidak persis 12 jam, tetapi sedikit bervariasi tergantung jaraknya dari khatulistiwa. Saat ini, banyak tempat di muka Bumi memiliki waktu siang yang sedikit lebih panjang dibandingkan waktu malam. Kondisi ini dipicu oleh pemantulan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi serta definisi Matahari terbit dan tenggelam yang digunakan.
Baca juga: Ekuinoks September Tiba, Hari Tanpa Bayangan Kembali Terjadi
Saat ekuinoks Maret Rabu (20/3/2024), siang hari di New York, Amerika Serikat, memiliki panjang 12 jam 10 menit; Mekkah, Arab Saudi, 12 jam 7 menit; dan Longyearbyen, Norwegia, yang berada di lingkar Arktik memiliki siang selama 12 jam 37 menit. Adapun Melbourne, Australia, yang berada di belahan Bumi selatan menikmati siang selama 12 jam 8 menit.
Sementara mereka yang tinggal di khatulistiwa akan bisa menikmati waktu siang lebih panjang dari waktu malam sepanjang tahun. Inilah kelebihan tinggal di dekat ekuator, yaitu tidak mengalami perubahan waktu siang dan malam yang ekstrem seperti di negara empat musim. Hari ini, panjang waktu siang di Jakarta, Kupang, Banda Aceh, atau Manado sama, yaitu 12 jam 6 menit.
Perubahan musim
Ekuinoks Maret, seperti dikutip dari Livescience, Selasa (19/3/2024), adalah tanda akhir musim dingin yang beku dan datangnya musim semi yang hangat di belahan Bumi utara. Karena itu, fenomena ekuinoks Maret itu mereka sebut sebagai titik musim semi vernal/spring equinox.
Sementara mereka yang berada di belahan Bumi selatan menjadikan ekuinoks Maret sebagai akhir musim panas yang membahagiakan dan datangnya musim gugur sehingga disebut juga titik musim gugur atau autumnal/fall equinox.
Setelah hari ini, Matahari akan bergerak semu ke belahan Bumi utara hingga mencapai titik terjauhnya, yang disebut titik balik musim panas atau summer solstice, pada bulan Juni. Perjalanan ini membuat belahan Bumi utara akan mendapatkan paparan sinar Matahari lebih banyak sehingga mengalami waktu siang yang lebih panjang daripada malam.
Kondisi berkebalikan terjadi di belahan Bumi selatan. Karena Matahari bergerak semu ke belahan Bumi utara, maka Bumi selatan akan mendapatkan lebih sedikit pancaran sinar Matahari. Akibatnya, waktu malam akan semakin panjang dan mengalami musim dingin yang puncaknya pada bulan Juni atau saat saudara mereka di Bumi utara sedang mengalami musim panas.
Fenomena ini akan terus berulang setiap tahun hingga menghasilkan variasi musim yang teratur dan konstan. Gerak semu bolak-balik Matahari itu terjadi sebagai akibat sumbu rotasi Bumi yang miring 23,4 derajat terhadap bidang ekliptika atau bidang edar Bumi mengelilingi Matahari.
Sembari berputar pada porosnya, Bumi juga bergerak mengelilingi Matahari. Akibatnya, bagian Bumi yang condong ke Matahari akan berubah-ubah secara bergantian. Saat belahan utara Bumi condong ke Matahari, dia akan mendapat paparan sinar Matahari lebih banyak, sedangkan belahan Bumi selatan mendapat sinar Matahari lebih sedikit. Demikian pula sebaliknya.
Sementara saat di ekuinoks, sumbu rotasi Bumi dalam posisi tegak lurus dengan bidang ekliptika dan arah datangnya sinar Matahari. Akibatnya, seluruh muka Bumi akan mendapat sinaran cahaya Matahari yang sama rata sehingga jumlah waktu siang dan malamnya hampir sama.
Dalam setahun, ekuinoks terjadi dua kali, yaitu ekuinoks Maret saat Matahari bergerak semu dari belahan Bumi selatan ke utara dan ekuinoks September saat Matahari bergerak sebaliknya, yaitu dari belahan Bumi utara ke selatan. Ekuinoks Maret terjadi antara 19-21 Maret, sedangkan ekuinoks September antara 22-24 September setiap tahun.
Tak hanya menentukan perubahan musim, ekuinoks Maret juga digunakan sebagai patokan untuk mengukur panjang tahun tropis, yaitu waktu rata-rata yang diperlukan Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengelilingi Matahari. Dari Maret 2023-Maret 2024, panjang satu tahun tropis adalah 365 hari 5 jam 42 menit 8 detik. Ini merupakan panjang tahun tropis terpendek selama lima tahun terakhir. Tahun terpanjangnya terjadi pada Maret 2021-Maret 2022, yaitu 365 hari 5 jam 55 menit 54 detik alias beda 13-14 menit saja.
Ekuinoks Maret bagi masyarakat Indonesia juga bisa menjadi penanda perubahan musim. Ekuinoks Maret adalah tanda datangnya musim pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau.
Panjang tahun tropis yang bervariasi itulah yang menjelaskan mengapa hari ekuinoks juga bervariasi setiap tahun meski dalam rentang tertentu. Panjang satu tahun dalam kalender Masehi yang digunakan tidak sama persis dengan panjang satu tahun tropis yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu putaran penuh mengelilingi Matahari.
Sementara itu, ekuinoks Maret bagi masyarakat Indonesia juga bisa menjadi penanda perubahan musim. Ekuinoks Maret adalah tanda datangnya musim pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau. Selanjutnya, musim kemarau akan tiba dan mencapai puncaknya sekitar Juli dan Agustus.
Seiring makin dinginnya belahan Bumi selatan, maka tekanan udaranya akan meningkat. Sebaliknya, di Bumi utara yang menghangat, tekanan udaranya akan turun. Akibatnya, angin monsun akan bertiup dari daratan Australia menuju Asia.
Karena melewati dataran benua, angin monsun timur ini bersifat kering dan membawa datangnya musim kemarau yang akan berdampak pada 88 persen warga Indonesia di selatan khatulistiwa. Namun, perubahan iklim membuat keajekan pola iklim ini sedikit bergeser.
Perayaan
Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah subtropis atau daerah lintang tinggi, peristiwa ekuinoks Maret memiliki arti yang penting, khususnya bagi 88-90 persen manusia yang tinggal di belahan Bumi utara. Berakhirnya musim dingin dan datangnya musim semi identik dengan berakhirnya udara dingin yang menggigit dan datangnya udara yang lebih hangat.
Kondisi itu memungkinkan bagi orang-orang untuk beraktivitas lebih lama di luar ruang. Mereka juga mulai bisa menikmati hijau dedaunan, bunga-bunga yang mulai menguncup, atau cericit burung di pagi hari. Rumput pun tumbuh kembali sehingga ternak bisa digembalakan di padang rumput dan memakan rumput segar. Aktivitas pertanian juga sudah bisa dijalankan setelah berhenti sementara saat musim dingin.
Karena itu, ekuinoks Maret banyak disambut dengan perayaan di Bumi utara. Ekuinoks Maret adalah awal yang baru, harapan baru, serta kebahagiaan baru.
Baca juga: Fenomena ”Hari Tanpa Bayangan”
Ekuinoks Maret menjadi titik acuan untuk menentukan jatuhnya hari raya Paskah. Claus Tøndering dalam Frequently Asked Question about Calendars (2005) menyebut Konsili Nicea tahun 325 menetapkan perayaan Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah Bulan purnama pertama setelah Matahari mencapai ekuinoks Maret.
Jika Bulan purnama jatuh pada hari Minggu, maka Paskah jatuh pada hari Minggu berikutnya. Ketentuan ini diambil agar peringatan kebangkitan Yesus itu dilaksanakan pada hari dan musim yang sama saat peristiwa itu terjadi, sekitar tahun 30.
Jika ekuinoks Maret terjadi Rabu ini, maka Bulan purnama berikutnya, seperti dikutip dari Time and Date, akan terjadi pada Senin (25/3/2024) mendatang, yang puncaknya terjadi pukul 14.00 WIB. Dengan demikian, Minggu (31/3/2024) adalah hari raya Paskah.
Dalam banyak budaya Kristen, Paskah identik dengan telur paskah, yaitu telur ayam yang dihias sebagai perlambang kesuburan dan kelahiran kembali. Perayaan ini banyak menggunakan telur sebagai media utama, mulai dari menghias telur, mencari telur paskah warna-warni, hingga tarian telur.
Tradisi ini juga memunculkan mitos bahwa orang hanya bisa mendirikan telur dalam posisi seimbang sempurna selama ekuinoks Maret. Kenyataannya, mendirikan telur dengan sempurna itu juga bisa dilakukan di hari-hari lain sepanjang tahun.
Tahun Baru Iran, Nowruz, juga jatuh saat ekuinoks Maret, Rabu (20/3/2024). Perayaan Tahun Baru yang berakar dari kalender Persia ini sudah dilakukan lebih dari 3.000 tahun dan tumbuh dari tradisi Zoroastrianisme. Sebelum perayaan selama 12 hari itu berlangsung, sebagian masyarakat Iran yang merayakannya membeli baju baru dan membersihkan rumah mereka.
Sementara di Jepang, ekuinoks Maret menjadi datangnya perayaan Higan, yaitu pekan kebaktian Buddha untuk menghormati leluhur yang mencapai nirwana. Perayaan ini sekaligus merayakan perpindahan spiritual roh leluhur mereka dari dunia penderitaan ke dunia pencerahan. Ekuinoks Maret dan ekuinoks September ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak zaman Meiji (1868-1912).
Selain itu, 20 Maret juga diperingati sebagai Hari Ekuinoks Bumi. Berbeda dengan peringatan Hari Bumi 22 April yang dirayakan untuk mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian Bumi, maka Hari Ekuinoks Bumi dirayakan sebagai bentuk kesamaan semua manusia di Bumi. Apa pun negara, agama, ataupun budayanya, kita semua sama-sama hidup di Bumi.