Perbandingan Bagaimana Penduduk di Perkotaan di Dunia Bergerak
Lebih dari separuh penduduk di perkotaan dunia bergerak dengan mobil.
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian baru dengan skala global membandingkan bagaimana penduduk pada 794 kota di 61 negara bergerak. Hasilnya menunjukkan adanya kontradiksi, yakni lebih dari separuh komuter di dunia menggunakan mobil, seperti di Amerika Serikat dan Australia, sedangkan di sebagian negara, terutama Asia, lebih mengandalkan kendaraan umum, jalan kaki, dan bersepeda.
Sebuah studi baru oleh Rafael Prieto-Curiel, dari Complexity Science Hub-Austria, dan Juan Pablo Ospina, dari EAFIT University-Kolombia, memberikan beberapa wawasan mengenai pertanyaan-pertanyaan ini. Studi diterbitkan pada jurnal Environment International, 15 Maret 2024.
Prieto-Curiel dan Ospina mengumpulkan data mengenai moda transportasi pada 794 kota di 61 negara. Total populasinya hampir 850 juta orang.
Studi mereka menggambarkan bagaimana orang melakukan perjalanan di berbagai belahan dunia dengan memodelkan penggunaan moda transportasi di suatu kota, seperti mobil, angkutan umum, dan mobilitas aktif (berjalan kaki dan bersepeda).
Dalam studi ini, kota-kota di Indonesia tidak termasuk yang dikaji. Untuk Asia Tenggara yang dikaji adalah Malaysia dan Filipina.
Kesimpulan studi menunjukkan, penduduk perkotaan di dunia mengendarai terlalu banyak mobil, dan beban yang ditimbulkan oleh mobil di perkotaan sangat besar. Melampaui pembakaran bensin.
”Hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan tempat parkir, infrastruktur berkendara, kebisingan yang dihasilkan, bahan-bahan beracun yang digunakan di bidang manufaktur dan perkerasan jalan, kecelakaan yang diakibatkannya, dan lain-lain,” kata Prieto-Curiel.
Secara global, sekitar 51 persen perjalanan pergi pulang di perkotaan dilakukan dengan mobil. Di beberapa wilayah, persentasenya sangat bervariasi, dengan hampir 92 persen perjalanan dilakukan dengan mobil di kota-kota di AS dan Kanada. Persentase perjalanan dengan mobil di kota-kota di Eropa Utara dan Selatan berkisar 50-75 persen.
Baca juga: Saatnya Melihat Polusi Udara Sebagai Krisis
Perbandingan secara rinci mengenai pergerakan penduduk di kota-kota di dunia ini bisa dilihat dalam visualisasi interaktif di https://vis.csh.ac.at/citiesmoving/. Peta ini dibuat oleh Liuhuaying Yang dari Complexity Science Hub, berdasarkan data, dan temukan perbandingan kota Anda dengan lokasi lain di seluruh dunia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang di Eropa melakukan perjalanan dengan cara yang sangat berbeda. Beberapa kota sangat bergantung pada mobil, seperti Roma, Italia (66 persen), dan Manchester, Inggris (71 persen).
Meski demikian, sejumlah besar perjalanan dilakukan di kota-kota lain di Eropa dilakukan dengan sepeda atau berjalan kaki, misalnya di Kopenhagen, Denmark (47 persen); Utrecht, Belanda (75 persen); Bilbao, Spanyol (66 persen); dan Bolzano, Italia (58 persen).
Kesimpulan studi menunjukkan, penduduk perkotaan di dunia mengendarai terlalu banyak mobil, dan beban yang ditimbulkan oleh mobil di perkotaan sangat besar.
Selain itu, transportasi umum sangat penting di beberapa kota di Eropa. Misalnya, angkutan umum menyumbang sebagian besar perjalanan di Paris, Perancis (60 persen). Angka ini juga setara dengan 45 persen di London, Inggris.
Kota-kota di Eropa Timur juga cenderung lebih bergantung pada transportasi umum, seperti Minsk, Belarus (65 persen); Praha, Ceko (52 persen); Warsawa, Polandia (47 persen); dan Budapest, Hongaria (45 persen).
Transportasi umum dan jalan kaki
Transportasi umum menyumbang porsi perjalanan yang signifikan di Asia Selatan dan Timur, seperti yang terjadi di Hong Kong (77 persen); Seoul, Korea Selatan (66 persen); Mumbai, India (52 persen); dan Tokyo, Jepang (51 persen). Selain itu, Asia Selatan dan Timur mempunyai pangsa bersepeda tertinggi.
Faktanya, aktivitas berjalan kaki dan bersepeda banyak dilakukan di kota-kota besar di Asia, seperti Dhaka, Pakistan (58 persen); Beijing (53 persen) dan Shanghai (47 persen), China; Tokyo, Jepang (37 persen); dan Mumbai (33 persen) dan Delhi (33 persen), India.
Baca juga: Polusi Udara Memperpendek Harapan Hidup Penduduk Indonesia
Untuk pergerakan di Kuala Lumpur, Malaysia, sebanyak 52 persen menggunakan mobil, 40 persen kendaraan umum, dan hanya 8 persen jalan kaki. Adapun di Manila, Filipina, 45 persen menggunakan mobil, 44 persen kendaraan umum, dan 11 persen jalan kaki.
Di kota-kota di Amerika Latin, perjalanan dengan mobil tidak terlalu sering dilakukan. Mobilitas aktif dan transportasi umum digabungkan untuk menciptakan cara bepergian yang lebih seimbang. Di Mexico City, misalnya, hanya 21 persen perjalanan dilakukan dengan mobil, tetapi sistem metro yang luas dipadukan dengan pilihan lain, seperti bus rapid transit (BRT) dan bus, menghabiskan hampir separuh perjalanan di kota.
Bepergian dengan mobil juga tidak umum di kota-kota di Afrika. Namun, di kota-kota kaya, seperti Cape Town, Afrika Selatan, perjalanan dengan mobil lebih sering dilakukan sehingga kurang ramah lingkungan.
Mayoritas kota di AS dirancang dengan sangat bergantung pada mobil untuk transportasi.
Prieto-Curiel berpendapat bahwa, kecuali Amerika Serikat, ukuran kota memainkan peran penting dalam menentukan pola transportasi. Menurut penelitian tersebut, bus, metro, dan trem biasanya merupakan moda transportasi paling populer di kota-kota besar, seperti yang ditemukan di banyak ibu kota Eropa, Amerika Latin, Afrika, dan Asia.
Sebaliknya, AS menunjukkan sedikit variasi dalam jumlah moda di kota-kota dengan ukuran berbeda. ”Mayoritas kota di AS dirancang dengan sangat bergantung pada mobil untuk transportasi. Meskipun kota-kota seperti New York City dan Boulder telah mengembangkan pilihan mobilitas alternatif, sebagian besar kota di AS sangat bergantung pada mobil,” kata Prieto-Curiel dan Ospina.
Studi tersebut menunjukkan bahwa di Amerika Serikat dan Kanada, hampir 92 persen perjalanan pergi pulang dilakukan dengan mobil. Angkutan umum mencapai 4,6 persen, dan mobilitas aktif mencapai 3,5 persen.
Meskipun mobil telah lama mendominasi jalan raya, keinginan untuk mengurangi penggunaan mobil semakin meningkat di AS. Kota-kota yang padat dan nyaman untuk dilalui pejalan kaki, seperti San Francisco, Boston, dan New York, memiliki sistem angkutan umum yang dapat diandalkan.
Kota New York adalah kota paling bebas mobil di AS, dengan pangsa transportasi umum tertinggi (25 persen). Selain itu, studi menunjukkan bahwa jalan kaki dan bersepeda menyumbang 8 persen dari perjalanan. Di San Francisco dan Boston, angkutan umum menyumbang 8% dari perjalanan. Jalan kaki dan bersepeda mencakup 6 persen perjalanan di San Francisco dan 7 persen di Boston.
Baca juga: Memerangi Polusi dengan Transportasi UmumKota-kota perguruan tinggi di AS terkenal dengan kecintaan mereka pada berjalan kaki dan bersepeda, sebagaimana dibuktikan di Ithaca (20 persen), State College (10 persen), Iowa City (10 persen), Boulder (9 persen), dan Madison (8 persen).
Mobil listrik bukan solusi
Dalam penelitian ini, para peneliti juga menganalisis tren penggunaan mobil listrik yang melonjak di seluruh dunia, terutama di China, Eropa, dan AS. Namun, Prieto-Curiel dan Ospina memperingatkan bahwa kendaraan listrik bukanlah jawaban untuk perkotaan.
Mereka menekankan bahwa mobil listrik akan terus menanggung beban mobilitas bermotor. ”Kita harus memperhitungkan manufaktur, kebutuhan infrastruktur, kemacetan, polusi partikel akibat keausan ban, dan lain-lain,” kata Prieto-Curiel.
Penulis studi tersebut menunjukkan bahwa mobilitas aktif dan angkutan umum memberikan banyak manfaat fisik, mental, dan lingkungan sebagai alternatif selain mengemudi. Namun, mereka mengakui bahwa ini adalah upaya yang sulit.
”Mengubah perilaku perjalanan sangatlah menantang,” kata Prieto-Curiel dan Ospina. Selain itu, mobilitas aktif dan angkutan umum mempunyai kendala yang cukup besar. Mobilitas aktif di kota-kota menengah dan besar sulit dilakukan karena perjalanan jarak jauh.
Sebaliknya, angkutan umum memerlukan jumlah penumpang yang cukup untuk dapat melayani secara sering sehingga sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk.