Menumbuhkan Kecintaan pada Lagu Anak Indonesia
Lagu anak yang sesuai usia anak perlu dikembangkan. Lagu yang edukatif mendidik karakter anak.
JAKARTA, KOMPAS – Kecintaan anak-anak Indonesia terhadap lagu anak berusaha ditumbuhkan dengan menggelar lomba menyanyi dan menciptakan lagu anak tiap tahun. Upaya ini juga sebagai wujud komitmen membentuk ekosistem lagu anak Indonesia dan mendukung pendidikan karakter anak.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Ahmad Mahendra mengutarakan hal itu di Jakarta, Minggu (10/3/2024).
Menurut Mahendra, selama lima tahun berturut-turut ajang Kita Cinta Lagu Anak Indonesia (KILA) digelar. Hingga saat ini, KILA berhasil menarik perhatian komunitas para pencipta dan pemerhati lagu anak dari berbagai daerah di Indonesia.
”Selain dari jumlah peserta lomba cipta lagu anak yang bertambah dengan nama baru setiap tahun, KILA juga berhasil menambah jumlah koleksi lagu anak yang dihasilkan,” kata Mahendra.
Baca juga : Momentum Memajukan Ekosistem Lagu Anak
Selain kegiatan lomba, KILA 2024 akan melakukan sosialisasi di sejumlah kota dengan membawakan lagu-lagu karya pemenang lomba cipta lagu KILA tahun-tahun sebelumnya dalam bentuk pentas lagu anak.
Dengan demikian, anak-anak Indonesia dapat mengetahui karya-karya lagu anak terbaru yang sesuai dengan peruntukan usia mereka dan sarat dengan pesan positif.
”Saya senang dan bangga sekali dengan anak-anak Indonesia yang kreatif dalam membuat karya lagu. Tentu hal ini patut diapresiasi dan harus didukung. Semoga KILA dapat terus melahirkan lagu dan penyanyi yang berkualitas untuk penguatan serta pemajuan budaya musik Indonesia,” tuturnya.
KILA tahun 2024 akan mengadakan sosialisasi di lima kota besar Indonesia dalam bentuk roadshow pentas lagu anak Indonesia sekaligus memperkenalkan KILA ke berbagai lembaga pendidikan formal dan non-formal. Hal ini untuk meningkatkan partisipasi peserta dalam kegiatan KILA pada tahun mendatang.
Roadshow KILA 2024 dilakukan di Surabaya, Jawa Timur; Surakarta/Solo, Jawa Tengah; dan Bali. Lalu, di Jakarta dan sekitarnya pada 13-16 Mei dan Pentas Lagu Anak pada 17 Mei 2024. Kegiatan itu juga digelar di Palembang, Sumatera Selatan.
Di tiap kota sasaran pentas lagu anak akan diadakan agar masyarakat, khususnya anak-anak, menikmati hasil karya lagu anak baru dengan suasana dan bentuk yang dikemas menarik. Akan hadir pula penampilan para duta KILA, yakni para pemenang lomba menyanyi lagu anak dari tahun-tahun sebelumnya.
Pendidikan karakter
Pada Pentas Musik Sahabat Anak Indonesia, Sabtu (9/3/2023), sebagai bagian dari peringatan Hari Musik Nasional, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyatakan, perayaan Hari Musik Nasional adalah momen tepat untuk merefleksikan kekayaan musik tradisi dan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”.
Melalui berbagai jenis musik tradisi, kita dapat menemukan kebijaksanaan dan pengetahuan yang diwariskan para leluhur. Sementara dalam lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” kita menemukan semangat kesetiaan pada Tanah Air, gotong royong, dan perjuangan untuk membangun peradaban bangsa.
Baca juga : Pendidikan Seni dan Budaya agar Lebih Diprioritaskan
Melalui gerakan Merdeka Berbudaya, Kemendikbudristek memberi kesempatan kepada para pelaku budaya untuk menggali kebudayaan tradisi dan niai-nilai kebangsaan sebagai sumber penciptaan karya baru.
Selain itu, Dana Indonesiana dapat dimanfaatkan agar warisan budaya sebagai sumber penciptaan musik dan lagu baru dapat secara masif dilakukan secara berjenjang.
”KILA merupakan salah satu upaya Kemendikbudristek mendorong kecintaan anak terhadap seni dan budaya Indonesia. Semoga KILA memberi dampak positif berkelanjutan bagi anak-anak Indonesia agar semakin merdeka belajar dan merdeka berbudaya,” ungkapnya.
Dengan mendorong lahirnya penciptaan dan aransemen lagu anak yang bersumber dari lokalitas, lanjut Nadiem, KILA menjadi sarana mengakrabkan pelajar dengan kekayaan musik dan lagu tradisional.
”KILA menjawab kegelisahan kita akan pentingnya lagu anak yang tidak sekadar menghibur, tapi juga memiliki nilai-nilai edukatif. Melalui lagu dan ekspresi budaya lainnya, pendidikan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila bisa tertanam lebih mengakar dalam diri anak-anak Indonesia,” ucapnya.
Sementara penyanyi Chica Koeswoyo menyebut anak-anak sekarang tergerus dengan konten-konten impor. ”Setelah ada KILA sebagai salah satu solusi, hal ini sebagai upaya untuk melahirkan anak-anak yang lebih kuat pribadi dan cinta Indonesia lewat musik anak-anak,” ujarnya.
Melalui lagu dan ekspresi budaya lainnya, pendidikan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila bisa tertanam lebih mengakar dalam diri anak-anak Indonesia.
Menurut Penasihat Kegiatan KILA, Dhenok Bientarno, sejak tahun lalu, tim KILA mendatangi banyak sekolah di daerah-daerah dan sambutannya luar biasa.
”Awalnya anak-anak bingung. Namun, dengan menyosialisasikan KILA dan mengenalkan lagu anak-anak yang bagus sebagai produk KILA, mereka senang. Anak-anak semangat untuk berpartisipasi dalam lomba nyanyi dan mengajarkan lagu ciptaan KILA,” kata Dhenok.
Pendaftaran KILA berlangsung mulai 9 Maret sampai 31 Mei 2024. Program ini tidak berbayar dan registrasi serta persyaratan pendaftaran peserta dapat dilihat pada tautan laman www.kilaindonesia.id
Pada tahun sebelumnya KILA melombakan dua kategori, yaitu lomba menyanyi lagu anak kelompok usia 5-7 tahun dan 8-13 tahun.
Tahun ini, KILA hadir dengan lima kategori lomba, yakni lomba menyanyi lagu anak kelompok usia 5-7 tahun, lomba menyanyi lagu anak kelompok usia 8-13 tahun, lomba cipta lagu anak peruntukan usia 5-7 tahun, lomba cipta lagu anak peruntukan usia 8-13 tahun, dan lomba aransemen lagu anak daerah.
Pada kategori lomba cipta lagu anak, KILA mengangkat tema ”Ragam Budaya dan Alam Indonesia”. Tema ini diharapkan menghadirkan lagu-lagu anak yang mengenalkan budaya bangsa berbudi luhur dan alam Indonesia sesuai usia anak demi pembentukan karakter agar sejalan dengan profil Pelajar Pancasila.
”Melalui tema yang diangkat, harapan kami, KILA jadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia untuk lebih mengenal kekayaan alam serta budaya. Dengan begitu, gerakan Merdeka Berbudaya dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.