Satu dari Delapan Penduduk Bumi Mengalami Obesitas
Lebih dari 1 miliar orang di dunia saat ini mengalami obesitas.
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah total anak-anak, remaja, dan orang dewasa di seluruh dunia yang hidup dengan obesitas telah melampaui 1 miliar jiwa. Di sisi lain, prevalensi orang yang kekurangan berat badan terus menurun, menjadikan obesitas saat ini sebagai bentuk malanutrisi paling umum di dunia.
Tren terbaru peningkatan obesitas di dunia ini dilaporkan jurnal kesehatan The Lancet pada Kamis (29/2/2024). Studi dilakukan oleh NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC) dengan dukungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
”Studi baru ini menyoroti pentingnya mencegah dan mengelola obesitas sejak awal hingga dewasa, melalui pola makan, aktivitas fisik, dan perawatan yang memadai, sesuai kebutuhan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan tertulis.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis pengukuran berat dan tinggi badan lebih dari 220 juta orang berusia lima tahun atau lebih (63 juta orang berusia lima hingga 19 tahun dan 158 juta orang berusia 20 tahun atau lebih), mewakili lebih dari 190 negara. Lebih dari 1.500 peneliti berkontribusi dalam penelitian ini. Mereka mengamati indeks massa tubuh (BMI) untuk memahami bagaimana obesitas dan berat badan kurang telah berubah di seluruh dunia dari tahun 1990 hingga 2022.
Orang dewasa digolongkan terkena obesitas jika memiliki BMI lebih besar atau sama dengan 30 kilogram (kg) per meter persegi (m2) dan digolongkan kurus jika BMI di bawah 18,5kg/m2. Pada anak-anak usia sekolah (usia 5 hingga 9 tahun) dan remaja (usia 10-19 tahun), BMI yang digunakan untuk mendefinisikan obesitas dan kekurangan berat badan bergantung pada usia dan jenis kelamin karena terdapat peningkatan tinggi dan berat badan yang signifikan selama masa kanak-kanak dan remaja.
Baca juga: Konsumsi Minuman Kemasan Bergula Tingkatkan Risiko Obesitas
Meningkat drastis
Analisis data global ini menyebutkan, di antara anak-anak dan remaja di dunia, tingkat obesitas pada tahun 2022 mencapai empat kali lipat dibandingkan tahun 1990. Di kalangan orang dewasa, tingkat obesitas meningkat lebih dari dua kali lipat pada wanita dan hampir tiga kali lipat pada pria. Secara total, 159 juta anak-anak dan remaja serta 879 juta orang dewasa hidup dengan obesitas pada tahun 2022.
Antara tahun 1990 dan 2022, proporsi anak-anak dan remaja di dunia yang terkena dampak kekurangan berat badan turun sekitar seperlima pada anak perempuan dan lebih dari sepertiga pada anak laki-laki. Proporsi orang dewasa di dunia yang mengalami kekurangan berat badan berkurang lebih dari setengahnya pada periode yang sama.
Obesitas dan berat badan kurang merupakan bentuk malanutrisi dan merugikan kesehatan masyarakat dalam banyak hal. Studi terbaru ini memberikan gambaran yang sangat rinci mengenai tren global dalam kedua bentuk malanutrisi selama 33 tahun terakhir.
Obesitas dan berat badan kurang merupakan bentuk malanutrisi dan merugikan kesehatan masyarakat dalam banyak hal.
Penulis senior studi ini, Profesor Majid Ezzati, dari Imperial College London mengatakan, ”Sangat memprihatinkan bahwa epidemi obesitas yang terjadi di kalangan orang dewasa di sebagian besar dunia pada tahun 1990 kini tecermin pada anak-anak usia sekolah dan remaja.”
Sekalipun tren kurang gizi menurun, Ezzati juga mengingatkan, saat ini masih ada ratusan juta orang mengalaminya, khususnya di beberapa negara termiskin di dunia. ”Agar berhasil mengatasi kedua bentuk malanutrisi ini, penting bagi kita untuk secara signifikan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan makanan sehat dan bergizi,” katanya.
Baca juga: Perjuangan Menurunkan Berat Badan
Anak-anak paling tinggi
Dari tahun 1990 hingga 2022, tingkat obesitas global meningkat lebih dari empat kali lipat pada anak perempuan (dari 1,7 persen menjadi 6,9 persen) dan anak laki-laki (dari 2,1 persen menjadi 9,3 persen), dengan peningkatan yang terlihat di hampir semua negara. Proporsi anak perempuan yang mengalami kekurangan berat badan turun dari 10,3 persen pada tahun 1990 menjadi 8,2 persen pada tahun 2022, dan pada anak laki-laki turun dari 16,7 persen menjadi 10,8 persen.
Jumlah total anak-anak dan remaja yang terkena dampak obesitas pada tahun 2022 hampir 160 juta orang (65 juta anak perempuan dan 94 juta anak laki-laki), dibandingkan dengan 31 juta orang pada tahun 1990. Sementara 77 juta anak perempuan dan 108 juta anak laki-laki mengalami kekurangan berat badan pada tahun 2022, turun dari 81 juta orang untuk anak perempuan dan 138 juta orang untuk anak laki-laki pada tahun 1990.
Pada orang dewasa, angka obesitas meningkat lebih dari dua kali lipat pada perempuan (dari 8,8 persen menjadi 18,5 persen) dan hampir tiga kali lipat pada laki-laki (dari 4,8 persen menjadi 14,0 persen) antara tahun 1990 dan 2022. Proporsi orang dewasa yang mengalami kekurangan berat badan berkurang setengahnya antara tahun 1990 dan 2022 (dari 14,5 persen menjadi 7,0 persen pada wanita, dari 13,7 persen hingga 6,2 persen pada pria).
Secara total, diperkirakan hampir 880 juta orang dewasa hidup dengan obesitas pada tahun 2022 (504 juta perempuan dan 374 juta laki-laki), empat setengah kali lipat dari 195 juta orang yang tercatat pada tahun 1990 (128 juta perempuan dan 67 juta laki-laki). Jika digabungkan dengan 159 juta anak yang hidup dengan obesitas pada tahun 2022, maka total ada lebih dari 1 miliar orang yang terkena dampak obesitas pada tahun 2022.
Meskipun terdapat pertumbuhan populasi global, 183 juta perempuan dan 164 juta laki-laki terkena dampak kekurangan berat badan pada tahun 2022, atau 45 juta dan 48 juta orang lebih sedikit dibandingkan tahun 1990.
Secara keseluruhan, tren ini telah mengarah pada transisi bahwa di sebagian besar negara, lebih banyak orang terkena dampak obesitas dibandingkan kekurangan berat badan. Pada tahun 2022, angka obesitas lebih tinggi dibandingkan angka kekurangan berat badan pada anak perempuan dan laki-laki di sekitar dua pertiga negara di dunia (133 negara untuk anak perempuan dan 125 negara untuk anak laki-laki).
Tedros mengatakan, untuk kembali ke jalur yang benar guna memenuhi target global dalam mengekang obesitas, diperlukan upaya pemerintah dan masyarakat, didukung oleh kebijakan berbasis bukti dari WHO dan badan kesehatan masyarakat nasional. ”Yang terpenting, hal ini memerlukan kerja sama dari sektor swasta, yang harus bertanggung jawab atas dampak produk mereka terhadap kesehatan,” ujarnya.