Amerika Serikat Mendarat Lagi di Bulan
Odysseus jadi wahana swasta pertama yang mendarat di Bulan. Kesuksesan ini membuka peluang pengembangan ”ekonomi Bulan”.
Setelah lebih dari 50 tahun, wahana Amerika Serikat kembali mendarat di permukaan Bulan. Bedanya, pendaratan kali ini dilakukan oleh wahana buatan swasta, Odysseus, sekaligus menjadikannya sebagai wahana swasta pertama yang mendarat di Bulan. Kesuksesan ini membuka peluang ”ekonomi Bulan” yang makin cerah di masa depan.
Odysseus, bisa juga dipanggil ”Odie”, mendarat dengan lembut di tepi kawah Malapert A, sekitar 300 kilometer (km) dari kutub selatan Bulan, pada Kamis (22/2/2024) pukul 18.23 waktu pantai timur AS atau Jumat (23/2/2024) pukul 06.23 WIB. Meski pernah mendarat di Bulan, AS belum pernah mendarat di kutub selatan Bulan dan tak ada jaminan keberhasilan pendaratan.
Proses pendaratan berlangsung menegangkan. Sekitar 11 menit sebelum mendarat, seperti disebut BBC, Odysseus mulai menyalakan mesin pendaratan untuk mengurangi laju kecepatan penurunan wahana hingga menjadi 1,8 km per detik. Kecepatan rendah dibutuhkan agar wahana bisa mendarat secara vertikal. Tantangannya, gaya gravitasi di Bulan hanya seperenam dari gravitasi di Bumi.
Upaya mendaratkan wahana itu merupakan tahap paling penting dan menantang karena menentukan berhasil tidaknya misi secara keseluruhan. Untuk itu, seperti dikutip dari Space, tim pengendali Odysseus di Bumi mencoba solusi terbaik dengan mengirimkan perangkat lunak tambahan ke wahana demi memastikan Odysseus bisa mendarat dengan baik.
Setelah Odysseus menyentuh permukaan Bulan, tim pengendali butuh waktu untuk memastikan bahwa wahana ini benar-benar menapak di tanah Bulan dengan selamat, tidak jatuh atau menghantam Bulan dengan keras. Momen ini terasa hening dan menegangkan, terlebih setelah tim pengendali tidak bisa menghubungi Odysseus untuk beberapa saat.
Baca juga: Ke Bulan, Manusia Akan Kembali
Akhirnya setelah menunggu sekitar 15 menit, Direktur Misi Intuitive Machines (IM), perusahaan rintisan yang merancang dan membuat Odysseus, Tim Crain mengatakan, ”Houston, Odysseus telah menemukan rumah barunya.”
Pengumuman itu langsung disambut dengan tepuk tangan meriah karyawan IM di kantor mereka di Houston, AS. Kerja mereka selama bertahun-tahun membuahkan hasil. IM membuat Odysseus setelah menjadi salah satu pemenang program Layanan Muatan Bulan Komersial (CLPS) Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) untuk menyediakan robot pendarat swasta, pembawa instrumen sains, ke Bulan.
Karena itu, keberhasilan pendaratan Odysseus itu juga menjadi kesuksesan bagi NASA. ”Ini benar-benar sebuah kemenangan! Odysseus telah berhasil mendarat di Bulan. Capaian ini merupakan lompatan besar bagi umat manusia,” tambah administrator NASA, Bill Nelson.
Untuk pertama kalinya, perusahaan swasta mampu membuat, mengirimkan, dan mendaratkan wahana buatannya di permukaan Bulan. Hal ini mendobrak berbagai misi pendaratan di Bulan yang sejak tahun 1960-an dilakukan oleh lembaga negara. Artinya, berbagai misi penerbangan ke luar angkasa maupun penjelajahan Tata Surya ke depan bisa dilakukan oleh swasta.
Meski menjadi pertama yang sukses mendarat, Odysseus bukanlah wahana pertama yang mencoba mendarat di Bulan. Pemenang program CLPS NASA lainnya adalah Astrobotic yang membuat wahana pendarat bernama Perigrine.
Baca juga: Bulan, Terminal Perjalanan Manusia Menuju Mars
Adapun Perigrine diluncurkan pada 8 Januari 2024 menggunakan roket peluncur Vulcan Centaur milik United Launch Alliance. Namun, dalam perjalanan, Perigrine mengalami kebocoran bahan bakar. Akibatnya Perigrine tidak bisa meneruskan perjalanan dan akhirnya masuk kembali ke atmosfer Bumi hingga hancur terbakar pada 10 hari kemudian.
Ini benar-benar sebuah kemenangan! Odysseus telah berhasil mendarat di Bulan. Capaian ini merupakan lompatan besar bagi umat manusia.
Jauh sebelum itu, dua wahana pendarat Bulan swasta mencoba mendarat di Bulan. Mereka adalah Beresheet buatan perusahaan swasta Israel, SpaceIL, dan Hakuto-R buatan ispace asal Jepang.
Beresheet menjadi wahana swasta pertama dan upaya Israel pertama mendarat di Bulan, tetapi gagal mendarat di Bulan pada April 2019. Hakuto-R pun bernasib sama akibat kehilangan kontak dengan wahana saat pendaratan pada April 2023.
Dengan demikian, wajar jika keberhasilan Odysseus dirayakan.
Kembali ke Bulan
Odysseus diluncurkan dari Bandar Antariksa Kennedy di Florida, AS, pada 15 Februari 2024 menggunakan roket peluncur Falcon 9 milik SpaceX. Sehari kemudian, dalam perjalanan ke Bulan, Odysseus sempat mengirim foto pertamanya ke Bumi. Setelah itu, Odysseus menuju Bulan dan sukses memasuki orbit Bulan pada 21 Februari 2024 setelah menempuh perjalanan lebih dari 1 juta km.
Pendaratan Odysseus ini membawa AS kembali ke Bulan. Terakhir kali, AS mendarat di Bulan dalam misi berawak Apollo 17 pada Desember 1972. Pada masa lalu, pendaratan AS di Bulan tidak hanya didorong oleh keinginan mendapatkan pengetahuan ilmiah lebih baik tentang Bulan, tetapi sebagai upaya menjaga keamanan nasional AS melalui unjuk keunggulan teknologi atas Uni Soviet.
Upaya memenangi persaingan Perang Dingin itu sukses menjadikan AS sebagai satu-satunya negara yang berhasil mendaratkan manusia di Bulan sampai kini. Selama misi Apollo pada 1969-1972, sudah 12 antariksawan AS menapakkan kaki ke Bulan. Sejak saat itu, AS masih mengirimkan beberapa wahana untuk mengeksplorasi Bulan, tetapi pendaratan manusia bukan lagi menjadi prioritas.
Baru pada Desember 2017, Presiden Donald Trump memerintahkan NASA untuk kembali mendaratkan antariksawannya di Bulan dalam waktu tidak terlalu lama. Perintah ini mendorong munculnya program ambisius Artemis yang bertujuan membangun kehadiran manusia dalam jangka panjang dan berkelanjutan di Bulan pada akhir dekade 2020-an.
Di Bulan, NASA berencana membangun satu atau lebih pangkalan Artemis di sekitar kutub selatan Bulan. Wilayah ini menjadi pilihan karena diperkirakan memiliki kandungan air es yang besar untuk menopang kehidupan manusia di Bulan sekaligus mengolahnya untuk dijadikan bahan bakar hidrogen guna mendukung perjalanan manusia menuju Planet Mars.
Ya, Bulan hanyalah tujuan sementara manusia mengeksplorasi antariksa. Mimpi manusia dalam abad ini yang ingin diwujudkan NASA adalah mendaratkan dan membangun koloni manusia di Mars pada akhir 2030-an sampai awal 2040-an. Mars diharapkan bisa menjadi pendukung kehidupan di Bumi saat Bumi sudah tidak mampu lagi menopang kehidupan manusia secara memadai.
Karena itu, Odysseus dikirimkan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi tentang wilayah yang akan jadi tempat singgah manusia dalam perjalanan antariksa nanti. Informasi tentang kutub selatan Bulan masih sangat terbatas. Dari lima negara yang sudah mendarat di Bulan, yaitu Uni Soviet, AS, China, India, dan Jepang, baru India yang sudah mendarat di kutub selatan Bulan pada 2023.
Meski menyimpan air es, kutub selatan Bulan adalah daerah yang sulit untuk didarati. Wilayah ini memiliki permukaan tidak rata, banyak kawah, dan medan terjal yang mengelilinginya. Wilayah kutub selatan Bulan juga relatif sempit, apalagi wahana harus didaratkan di sisi Bulan yang menghadap Bumi agar komunikasi menjadi lebih mudah.
Namun, tantangan itu harus dijawab. Bukan hanya karena NASA ingin membangun pangkalan Artemis di sekitar kutub selatan Bulan, tetapi pendaratan di wilayah ini akan membantu NASA memahami cara berkomunikasi serta mengirimkan dan menerima data antara Bumi dan lokasi rendah di cakrawala Bulan. Proses ini juga membantu menjaga keberlanjutan misi Artemis lebih baik di masa depan.
”Tujuan kami adalah untuk menyelidiki Bulan sebagai persiapan untuk misi Artemis dengan melakukan proses bisnis yang berbeda untuk NASA,” kata peneliti di proyek CLPS NASA, Sue Lederer, seperti dikutip Space. Selain itu, upaya ini diharapkan mampu mendorong ”ekonomi Bulan” untuk mengeksplorasi Bulan di masa depan.
Perlombaan baru
Untuk menopang misinya, NASA membuat program CLPS guna mendorong perusahaan-perusahaan swasta AS turut mengembangkan teknologi antariksa. Model bisnis ini membuat NASA bisa mengirim wahana ke Bulan dengan biaya lebih hemat. Hal ini juga mendorong keterlibatan industri lebih besar dalam pengembangan teknologi antariksa dan menciptakan persaingan sehat antarindustri.
Sebagai wahana swasta pertama yang berhasil mendarat di Bulan, Odysseus adalah wahana berbentuk tabung segi enam dengan tinggi mencapai 4,3 meter dan lebar 1,6 meter. Dikutip dari taklimat media IM, wahana ini memiliki enam kaki-kaki yang mampu terentang sejauh 4,6 meter.
Sementara berat wahana mencapai 675 kilogram dan total muatan yang dapat diangkut berupa enam instrumen NASA dan enam muatan komersial mencapai 130 kilogram.
Untuk menggarap proyek CLPS ini, IM mendapatkan dana dari NASA sebesar 118 juta dollar AS atau Rp 1,85 triliun. Selain itu, NASA juga harus mengeluarkan 11 juta dollar AS atau Rp 172 miliar untuk mengembangkan sejumlah instrumen sains yang dibawa Odysseus.
Baca juga: Bulan, Kuburan Teknologi dan Sampel DNA Manusia
Salah satu dari instrumen NASA yang dibawa Odysseus adalah Navigation Doppler Lidar (NDL) yang menggunakan teknologi cahaya untuk menentukan jarak dan jangkauan yang bermanfaat selama proses pendaratan berlangsung. Ada pula Laser Retro-Reflector Array (LRA) yang menggunakan laser untuk membantu menentukan lokasi pendaratan yang aman di Bulan.
Selain itu, ada kamera stereo (Scalpss) yang membantu mempelajari interaksi antara mesin pendarat wahana dan tanah atau batuan Bulan. Ada pula Lunar Node 1 (LN-1) yang akan mendemonstrasikan teknologi penentuan posisi otonom di Bulan.
Sementara muatan komersialnya antara lain baju olahraga Columbia Sportswear yang akan menguji bahan isolasi produksinya di luar angkasa. Ada juga kamera EagleCam buatan mahasiswa Universitas Aeronautika Embry-Riddle, AS, untuk mengambil foto permukaan Bulan selama pendaratan.
Muatan komersial lain adalah kamera ILO-X, yaitu kamera prekursor yang bakal menjadi cikal Observatorium Kutub Selatan Bulan. Kamera milik Asosiasi Observatorium Bulan Internasional (ILOA) ini akan memotret galaksi Bimasakti dan pengamatan astronomi lain dari permukaan Bulan. Indonesia merupakan salah satu anggota ILOA meski sejauh ini keikutsertaannya baru sekadar sumbang pikiran.
Di tengah peningkatan partisipasi aktif lembaga swasta dalam pengembangan teknologi antariksa itu, negara-negara pun berlomba untuk menjadi yang terdepan dalam eksplorasi Bulan. Setelah Uni Soviet dan AS yang mendaratkan wahana di Bulan semasa Perang Dingin, China mendaratkan wahananya di Bulan tahun 2013, India pada Agustus 2023, dan Jepang pada Januari 2024.
Selain AS dengan misi Artemis-nya, China juga sudah berencana mengirimkan antariksawannya ke Bulan tahun 2030. China dan Rusia pun berencana membangun pangkalan di Bulan pada dekade itu juga. Sementara India tak mau ketinggalan untuk mendaratkan antariksawannya di Bulan pada 2040.
Upaya penaklukan Bulan menjadi perlombaan baru, khususnya antara AS dan China, guna mendapatkan hak untuk menetapkan preseden dan norma perilaku untuk eksplorasi Bulan. Namun, pendukung eksplorasi antariksa cenderung memandang perlombaan ini sebagai upaya positif guna mengeksploitasi Bulan demi kesejahteraan umat manusia.
Bagaimanapun, Bulan yang indah dan terlihat tenang sepertinya akan semakin ramai dalam dekade-dekade mendatang. Anda sudah siap ikut meramaikan Bulan?