Indonesia-Australia Kerja Sama Perkuat Peran Perempuan di Bidang STEM
Keberadaan perempuan dalam STEM seharusnya tidak lagi untuk melengkapi laki-laki, tetapi berjalan beriringan.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Australia dan Indonesia menjalin kerja sama dalam peningkatan peran perempuan di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika atau STEM untuk mengatasi kesenjangan jender. Kemitraan ini mendorong para peneliti perempuan untuk mengungkit isu transformasi digital yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, sistem pangan berkelanjutan, ekonomi biru, efisiensi energi, dan transisi energi.
Wakil Duta Besar Australia Steve Scott menekankan pentingnya melibatkan semua kepentingan dan pandangan dalam setiap bidang pekerjaan demi mendapatkan hasil yang terbaik. Keberadaan perempuan dalam STEM seharusnya bukan lagi untuk melengkapi laki-laki, tetapi berjalan beriringan demi mencapai tujuan.
”Di Australia, ini suatu hal yang semakin berubah, banyak sekali perempuan yang mulai bekerja sebagai peneliti di bidang STEM ini, banyak inovasi di bidang pendidikan dan inklusi. Jadi, penting sekali melibatkan perempuan di seluruh sektor ekonomi,” kata Steve Scott di Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Sama seperti di Indonesia, keberadaan perempuan di bidang STEM di Australia sering kali juga terhambat norma jender yang tumbuh ratusan tahun di masyarakat. Hal ini masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi demi mencapai kesetaraan jender di bidang STEM.
”Seperti di Australia, tantangannya adalah memastikan perempuan tidak merasa harus mengikuti norma jender saat memilih bidang studi apa yang harus dipilih. Boleh saja memilih keperawatan, ilmu sosial, hukum, dan lainnya, tetapi mereka jangan sampai merasa takut untuk ingin mempelajari STEM,” tutur Scott.
Peran orangtua penting
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Corina D Riantoputra menjelaskan, peran orangtua sangat besar untuk menciptakan kesetaraan jender. Jika anak perempuan diperlakukan sama dengan laki-laki, besar kemungkinan anak perempuan tersebut memiliki mental seorang pemimpin.
Sebaliknya, orangtua yang memperlakukan perempuan sebagai orang yang kurang penting atau warga negara kelas dua akan membuat anaknya cenderung menerima posisi kepemimpinan karena terpaksa melakukannya. Tidak ada kekuatan dalam dirinya yang ditumbuhkan untuk menjadi setara.
Perempuan harus didukung di dunia kerja dan laki-laki harus mengutamakan kesetaraan.
Begitu pula dengan laki-laki yang belum memiliki kesadaran pentingnya kesetaraan jender akan menghambat para perempuan yang ingin bekerja di bidang STEM. Maka, bukan hanya mendorong perempuan untuk masuk ke STEM, melainkan juga mendorong laki-laki untuk berpikir terbuka.
”Kami butuh dukungan laki-laki untuk mengubah pola pikir bahwa kita ini setara, kita harus bekerja sama agar Indonesia bisa memiliki sikap bahwa kita semua berarti, bermakna, mitra baik di keluarga ataupun di tempat kerja,” kata Corina.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti mengungkapkan, nilai akademis siswa perempuan cenderung lebih baik daripada laki-laki menurut laporan Programme for International Student Assessment (PISA) yang dibuat Organization for Economic Cooperation and Development tahun 2022. Namun, siswa perempuan yang melanjutkan kuliah ke bidang STEM hanya sepertiganya, begitu pula dengan dosennya.
Ini berdampak pada jumlah pekerja perempuan di bidang STEM di Indonesia menjadi sedikit. Walau belakangan ada tren kenaikan, tetap saja laki-laki yang mendominasi pekerjaan di bidang STEM, apalagi di level manajemen.
”Kami berharap kita bisa belajar banyak dari Australia untuk menyelesaikan masalah ini. Perempuan harus didukung di dunia kerja dan laki-laki harus mengutamakan kesetaraan,” kata Suharti.
Program kerja sama Australia dan Indonesia ini bernama Koneksi (Kolaborasi Pengetahuan Inovasi dan Teknologi) dengan nilai hibah untuk penelitian sebesar 50 juta dollar Australia atau setara Rp 550 miliar dari 2023 hingga 2027. Program ini bekerja sama dengan Kemendikbudristek.
Pendaftaran Beasiswa Australia Awards in Indonesia 2025 juga tengah dibuka untuk pendidikan singkat ataupun pendidikan S-2 dan S-3 di Australia. Beasiswa tanpa batas usia ini terbuka untuk umum, khususnya kelompok target kesetaraan dan perempuan di STEM.