Siapa yang Patut Disalahkan ketika Mobil Menabrak Pejalan Kaki?
Desain perkotaan menjadi salah satu aspek penting yang harus disoroti ketika terjadi kecelakaan mobil dan pejalan kaki.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
Hampir setiap saat, kita sering mendengar kasus pengendara mobil yang menabrak pejalan kaki di sejumlah daerah. Bahkan, tidak sedikit juga dari kasus tersebut yang merenggut nyawa pejalan kaki. Penyebab kecelakaan ini beragam, mulai dari kondisi jalanan dan kendaraan yang tidak optimal hingga kelalaian pengendara mobil.
Kasus kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki ini banyak terjadi di perkotaan, termasuk di Jakarta. Contohnya, pada April 2023, seorang pejalan kaki di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, tewas setelah ditabrak mobil yang melaju kencang.
Namun, di balik maraknya kejadian kecelakaan ini, muncul pertanyaan, siapakah yang patut disalahkan ketika mobil menabrak pejalan kaki? Studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Ohio State University, Amerika Serikat, telah mengkaji sejumlah aspek yang melatarbelakangi kejadian mobil menabrak pejalan kaki di perkotaan.
Hasil penelitian yang telah terbit di Journal of Transport and Land Use, 9 Februari 2024, ini menunjukkan, lingkungan tempat kejadian berlangsung menjadi salah satu faktor penting dalam melihat penyebab kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki. Lingkungan perkotaan tersebut terutama terkait dengan jenis jalan dan jumlah akses ke penyeberangan.
”Temuan kami menunjukkan, lingkungan tempat terjadinya kecelakaan memainkan peran pentingmeskipun ada kecenderungan untuk menyalahkan individu,” kataJonathan Stiles, peneliti pascadoktoral bidang geografi di The Ohio State University,yang memimpin penelitian,dikutip dari situs resmi Ohio State University, Minggu (18/2/2024).
Dalam penelitian yang dilakukan di kota Columbus, pejalan kaki cenderung lebih disalahkan ketika terjadi kecelakaan.Hal ini karena banyak pejalan kaki yang menyeberang jalan sembarangan ketika banyak mobil yang tengah melaju dengan kecepatan lebih tinggi.
Sementara dari hasil studi terbaru ini, peneliti menyoroti aspek lingkungan perkotaan. Aspek ini berperan penting karena sebagian besar wilayah perkotaan di dunia memiliki banyak persimpangan dengan tempat penyeberangan pejalan kaki.
Studi ini juga dilakukan karena terdapat 2.757 kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki dengan mobil di wilayah Ohio sepanjang 2015-2019. Dari jumlah tersebut, 54 persen kejadian kecelakaan disebabkan oleh kesalahan pengendara mobil. Akan tetapi, tidak ada yang menyoroti kesalahan desain lingkungan perkotaan.
Salah satu rekomendasi dari studi ini adalah perlunya mendesain ulang laporan kecelakaan di kepolisian agar memasukkan aspek desain lingkungan atau perkotaan di sekitar lokasi kecelakaan.
Untuk studi kasus di kota Columbus, hasil studi ini menyimpulkan bahwa pengendara mobil kemungkinan besar akan lebih disalahkan atas kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki. Sebab, kota ini memiliki desain dan infrastruktur jalan yang ramah pejalan kaki dengan kontrol atau rambu lalu lintas pejalan kaki otomatis di sebagian besar persimpangan.
Situasi ini jauh berbeda di wilayah lain, seperti Hilltop dan South Linden, yang merupakan lingkungan berpendapatan rendah di kota. Berbeda dengan di pusat kota, dua wilayah ini memiliki rambu lalu lintas yang sangat minim sehingga menyulitkan pejalan kaki untuk menyeberang jalan dengan aman.
Peneliti menyimpulkan, pejalan kaki dan pengendara mobil memiliki kemungkinan yang sama untuk disalahkan apabila terjadi kecelakaan di wilayah Hiltop. Bahkan, situasi bagi pejalan kaki lebih sulit di South Lindenkarena beberapa titik tidak memiliki jalur penyeberangan.
Prioritaskan pejalan kaki
Dengan kondisi desain perkotaan tersebut, Stiles menyebut, sangat sulit bagi para pejalan kaki untuk melakukan aktivitas, termasuk menyeberang jalan. Minimnya infrastruktur bagi pejalan kaki juga mendasari mereka untuk menyeberang di area jalanan yang ramai.
Profesor geografi di Ohio State yang juga terlibat dalam studi ini, Harvey Miller, mengatakan, dalam beberapa kasus pejalan kaki cenderung lebih disalahkan atas terjadinya kecelakaan. Padahal, mereka beraktivitas di lingkungan yang minim infrastruktur pejalan kaki.
Menurut Miller, minimnya infrastruktur bagi pejalan kaki juga bisa merugikan mereka saat terjadi kecelakaan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan petugas kepolisian bisa menyalahkan pejalan kaki yang tertabrak ketika akan menyeberang di jalanan tersebut.
”Petugas polisi mengkhawatirkan keselamatan orang-orang. Jadi, mereka berusaha melakukan hal yang benar ketika menemukan pejalan kaki bersalah dalam situasi ini. Akan tetapi, studi ini menunjukkan desain lingkungan merupakan faktor kuncinya. Jadi, kecil kemungkinanmereka disalahkan ketika lebih banyak infrastruktur pejalan kaki,” katanya.
Para peneliti menekankan, desain lingkungan yang dibangun untuk pejalan kaki bukan hanya masalah di Columbus. Namun, banyak juga kota yang mempunyai permasalahan serupa.
Oleh karena itu, salah satu rekomendasi dari studi ini adalah perlunya mendesain ulang laporan kecelakaan dikepolisianagar memasukkan aspek desain lingkungan atau perkotaan di sekitar lokasi kecelakaan. Hal ini bertujuan untuk merekonstruksi kecelakaan secara rinci dan alasan pejalan kaki menyeberang di jalanan yang ramai dan padat.
”Perlu ada perhatian lebih terhadap desain jalan dan lingkungan yang berkontribusi terhadap kecelakaan ini. Kita bisa membuat pilihan desain mendasar yang memprioritaskan keselamatan pejalan kaki dibandingkan laju mobil,” tutur Miller.