Obat Alternatif untuk Mengatasi Disfungsi Ereksi Digagas
Sepertiga laki-laki mengalami disfungsi ereksi. Pengobatannya terfokus dengan viagra hingga perlu digagas metode baru.
Selama ini, viagra masih menjadi andalan pria dewasa untuk mengatasi disfungsi ereksi. Namun, tidak semua orang yang kemampuan ereksinya terganggu bisa mengonsumsi obat tersebut karena kondisi medis tertentu yang dialaminya. Karena itu, ilmuwan Korea Selatan berusaha mengembangkan cara baru untuk mengatasi gangguan yang menurunkan "kesejahteraan" banyak pria di dunia.
Viagra adalah obat manjur untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi pada pria agar bisa berhubungan suami-istri. Kandungan zat aktif sildenafil di dalamnya akan bekerja guna meningkatkan aliran darah ke penis sehingga pembuluh darah di penis rileks dan melebar. Pelebaran pembuluh darah di penis itulah yang menjaga seseorang tetap ereksi.
Untuk mendapat manfaatnya, viagra harus dikonsumsi 30 menit sampai 4 jam sebelum berhubungan seksual. Meski bisa membantu pria agar ereksi, viagra tidak menyembuhkan disfungsi ereksi. Viagra juga tidak memengaruhi hasrat seksual seseorang sehingga penggunanya tetap membutuhkan rangsangan fisik dan emosional agar bisa ereksi.
Namun, sekitar 30 persen pengguna viagra tidak bisa menikmati manfaat obat tersebut. Belum lagi, banyak pengonsumsi viagra justru merasakan efek samping obat tersebut, terutama terganggunya sensitivitas terhadap cahaya dan diare. Konsumsi obat ini juga harus menggunakan resep dokter untuk menentukan kondisi kesehatan dan dosis viagra yang diperbolehkan.
Karena itu, peneliti dari Korea Selatan, Ji-Kan Ryu dari Sekolah Kedokteran Universitas Inha, Incheon, dan Gou Young Koh dari Institut Riset Dasar, Daejeon, berusaha mencari cara alternatif untuk mengatasi disfungsi ereksi. Untuk itu, mereka melakukan studi tentang sel-sel tertentu pada penis tikus yang bisa memicu ereksi.
”Karena mekanisme ereksi penis pada tikus dan manusia serupa, temuan ini bisa jadi relevan dengan disfungsi ereksi pada pria lanjut usia,” tulis Ryu dan Koh seperti dikutip dari Livescience, 8 Februari 2024. Harapannya, pengetahuan ini bisa menghasilkan metode baru mengobati disfungsi ereksi untuk manusia masa depan.
Upaya mencari metode baru dalam mengatasi disfungsi ereksi itu sangat diharapkan karena tingginya jumlah laki-laki yang mengalaminya. Prevalensi global disfungsi ereksi diperkirakan berkisar 3-76,5 persen (Anna Kessler dkk, 2019). Adapun studi setahun sebelumnya menunjukkan sepertiga pria dewasa mengalami disfungsi ereksi (Helle Gerbild dkk, 2018).
Hasil studi pada 2018 itu mirip dengan situasi di Indonesia. Diperkirakan ada 35,6 persen laki-laki Indonesia mengalami disfungsi ereksi (Ponco Birowo dkk, 2018). Gangguan ini sudah ditemukan pada usia muda, 20 tahun-29 tahun sebanyak 6,5 persen dan terus meningkat pada mereka yang berumur lebih dari 60 tahun sebesar 88 persen.
Besarnya jumlah penderita disfungsi ereksi itu membuat kesejahteraan penderita dan pasangannya rendah hingga memunculkan banyak masalah kesehatan mental dan sosial. Terlebih lagi, kemunculan disfungsi ereksi umumnya merupakan akibat dari berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung, diabetes, tingginya lemak dalam tubuh, hingga merokok yang membuat masalah ini menjadi kompleks dan berdampak luas.
Baca juga: Tinggal Lama di Luar Angkasa Tingkatkan Risiko Disfungsi Ereksi
Cara kerja
Viagra dan obat disfungsi ereksi lainnya bekerja dengan memblokir enzim fosfodiesterase tipe 5 (PDE5). Enzim ini mengatur bahan kimia tertentu dalam darah sehingga bisa membuat seseorang kesulitan mengalami dan mempertahankan ereksinya.
Sildenafil yang merupakan bahan aktif dalam viagra termasuk golongan obat penghambat PDE5. Senyawa ini bekerja dengan membuat rileks pembuluh darah di penis sehingga meningkatkan aliran darah menuju penis. Dengan demikian, penis bisa ereksi saat menerima rangsangan seksual.
Selain itu, viagra juga bekerja dengan membuat jaringan penis lebih sensitif terhadap nitrogen monoksida (oksida nitrat/NO). Senyawa NO ini memengaruhi pasokan oksigen dalam darah. Pelepasan NO dalam penis ini merupakan langkah awal yang penting untuk memicu ereksi.
Selanjutnya, molekul pemberi sinyal akan memulai reaksi berantai yang membuat otot polos atau otot visceral di penis menjadi rileks. Otot polos adalah otot yang bekerja secara tidak sadar dan tidak dapat dikendalikan. Namun, otot ini berperan besar, termasuk menjaga sirkulasi darah dalam pembuluh darah.
Rileksnya otot polos di penis akan memungkinkan jaringan korpus kavernosum (corpora cavernosa), sejenis tabung di dalam penis yang berisi darah, akan terisi darah dan membuatnya ereksi.
Setiap metode baru untuk mengatasi disfungsi ereksi ini perlu diuji terlebih dahulu secara menyeluruh.
Ketika Ryu dan Koh mempelajari ereksi pada penis tikus tersebut, ditemukan adanya dua jenis sel fibroblas yang berperan penting dalam memicu dan mempertahankan ereksi. Fibroblas adalah sel jaringan ikat yang umum terdapat pada binatang dan manusia. Sel berbentuk pipih panjang dengan inti oval ini berperan dalam pembentukan banyak hal, termasuk kolagen dan matriks protein untuk memperbaiki jaringan yang rusak.
Kedua kelompok sel fibroblas itu terletak di dekat pembuluh darah yang ada di korpus kavernosum di penis tikus dan membuat ereksi. Dalam publikasinya di jurnal Science, 8 Februari 2024, Ryu dan Koh menyebut sel fibroblas ini juga banyak terdapat penis manusia, tetapi perannya terkait ereksi belum diketahui pasti.
Selanjutnya, peneliti menguji aktivitas fibroblas tersebut pada tikus yang genetiknya telah dimodifikasi. Uji dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan aliran darah pada penis tikus saat mereka ereksi.
Hasilnya, sel fibroblas membantu memicu ereksi dengan menyedot hormon norepinefrin, yaitu hormon yang membuat penis loyo atau lembek. Dengan menyedot hormon tersebut, fibroblas membantu pelebaran pembuluh darah.
Namun, kemampuan sel fibroblas memicu ereksi itu sangat bervariasi, bergantung pada seberapa terkonsentrasinya sel tersebut pada jaringan penis. Semakin banyak fibroblas, maka semakin kokoh ereksi yang terjadi.
Penuaan
Dibandingkan dengan tikus muda, tikus tua memiliki lebih sedikit fibroblas. Kondisi ini menunjukkan bahwa penuaan memicu terjadinya disfungsi ereksi. Seiring waktu, proses penuaan mengurangi jumlah sel-sel fibroblas.
Uniknya, di dalam fibroblas itu terdapat ”sakelar” molekuler yang bisa menambah atau mengurangi jumlah sel fibroblas. Peran yang dijalaninya itu membuat sakelar molekuler ini disebut ”jalur takik persinyalan”. Saat sakelar dimatikan, jumlah fibroblas akan bertambah. Sebaliknya, saat saklar dihidupkan, jumlah fibroblas akan berkurang.
Karena itu, jika sakelar molekuler tersebut dimatikan sepenuhnya, jumlah fibroblas akan meningkat drastis. Kondisi ini bisa memicu terjadinya ”ereksi atipikal jangka panjang” atau ereksi tidak normal dalam waktu yang sangat lama.
Meski banyak laki-laki mengharapkan mampu ereksi dalam waktu lama, tetapi jika terlalu lama seperti dalam ”ereksi atipikal jangka panjang”, hal itu justru menyakitkan. Keadaan ini disebut priapisme iskemik yang merupakan gangguan yang bisa membuat penis ereksi dalam waktu lama tanpa adanya rangsangan yang tepat.
Gangguan priapisme iskemik itu sejatinya adalah kondisi darurat dan membutuhkan intervensi segera. Jika tidak, keadaan ini bisa memicu kerusakan penis yang ujungnya justru bisa memicu disfungsi ereksi dan impotensi permanen.
Dengan mengetahui karakter ”sakelar molekuler” fibroblas itu, peneliti meyakini bahwa ”menekan tombol” sakelar fibroblas tersebut bisa mengembangkan terapi alternatif dan baru untuk mengobati disfungsi ereksi.
Selain mengubah ”jalur takik persinyalan”, metode lain yang bisa digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi adalah dengan meningkatkan jumlah hormon norepinefrin yang bisa diserap fibroblas.
Meski demikian, setiap metode baru untuk mengatasi disfungsi ereksi ini perlu diuji terlebih dahulu secara menyeluruh. Dengan demikian, cara baru itu tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada jaringan di sekitar penis.
”Pendekatan baru ini memerlukan uji praklinis dan klinis yang ketat sehingga apa yang diobservasi pada tikus transgenik bisa diterapkan menjadi terapi yang aman dan efektif untuk manusia laki-laki dewasa,” tambah Ryu dan Koh.
Baca juga: Disfungsi Seksual Jangan Dianggap Tabu
Semoga metode baru tersebut bisa ditemukan sehingga bisa membantu jutaan laki-laki di seluruh dunia. Meski sering disepelekan, kepuasan seksual penting tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menciptakan lingkungan sosial dan kehidupan berbangsa yang lebih ramah dan harmonis.