Sekolah Murid Merdeka membuka kelasnya di delapan Toko Buku Gramedia di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kini anak-anak bisa bersekolah di toko buku Gramedia. Sekolah yang dikelola Sekolah Murid Merdeka atau SMM ini akan memberikan pendidikan kontekstual kepada murid agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan. Upaya meningkatkan literasi masyarakat pun semakin tergerak.
Sekolah Murid Merdeka akan dibuka mulai April 2024 di delapan toko buku Gramedia. Kedelapannya adalah Toko Buku Gramedia cabang BSD City, Tangerang Selatan; Margonda, Depok; Matraman, Jakarta Timur; CBD Emerald, Bintaro; Galuh Mas, Karawang; Kota Harapan Indah, Bekasi; Kotabaru, Yogyakarta; dan Cipto Mangunkusumo, Cirebon.
Direktur Penerbit dan Edukasi Gramedia Adi Ekatama mengatakan, dengan mengoptimalkan aset-aset properti Gramedia melalui kerja sama ini diharapkan bisa membantu pemerataan pendidikan dan pengembangan kompetensi generasi masa depan Indonesia. Selain delapan cabang tersebut, kehadiran SMM juga akan diperluas ke cabang toko buku Gramedia lainnya.
”Pemikiran kami bukan bisnis untuk menambah pengunjung toko, tetapi ini perwujudan dari misi Kompas Gramedia sejak lama. Kami ingin berkontribusi untuk pendidikan. Sudah ada toko buku, lembaga kursus, universitas, dan sekarang semakin lengkap ada pendidikan dasar,” kata Adi dalam penandatanganan kerja sama Gramedia dan SMM di Bentara Budaya Art Gallery, Menara Kompas, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Pendiri Sekolah Murid Merdeka Najeela Shihab mengatakan, pendidikan kontekstual sangat relevan untuk anak-anak masa kini. Metode pembelajaran ini juga menumbuhkan rasa kepemilikan dalam diri anak terhadap proses belajarnya dan mengembangkan rasa tanggung jawab atas pilihan yang dibuatnya.
Orangtua tidak boleh lepas tangan menyerahkan sepenuhnya kepada guru proses pengembangan diri anak, tetapi harus mau terlibat dalam proses sekolah anak.
SMM menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan metode pembelajaran campuran, kombinasi luring dan daring, yang saat ini tersebar di 42 lokasi di seluruh Indonesia dari Medan hingga Bali. Program SMM dibagi menjadi enam kategori dengan tujuan pembelajaran yang disesuaikan pada tahapan perkembangan murid, yaitu pengembangan diri, numerasi, literasi, sosial, sains, dan seni.
”Selama ini, pendidikan tidak menjadi jembatan untuk masa depan. Sekarang, kita tidak bisa hanya menuntut murid-murid kita saat mereka jadi dewasa, tetapi kita harus memupuk mereka sejak usia dini lewat proses yang kontekstual di dalam kelas,” kata Najeela.
SMM turut mengajak dan memandu orangtua untuk senantiasa mendampingi dan membantu anak dalam proses belajarnya. SMM percaya kolaborasi antara pihak sekolah dan orangtua penting untuk mengoptimalkan proses belajar dan perkembangan anak.
Orangtua harus terlibat
Novita Angie dari Komunitas Mother and Beyond menilai orangtua tidak boleh lepas tangan menyerahkan sepenuhnya kepada guru proses pengembangan diri anak, tetapi harus mau terlibat dalam proses sekolah anak. Namun, dia mengakui, memang banyak tantangan dalam mengurus sekolah anak, terutama di sela pekerjaan.
”Kita harus siap sebagai orangtua untuk ikut belajar bersama anak. Pola pikirnya harus diubah bahwa anak tidak hanya belajar di sekolah saja, kita sama-sama belajar. Kesannya memang orangtua direpotkan, tetapi ini, kan, anak kita; bukan anak ibu-bapak guru,” kata Novita.
Dengan adanya SMM di toko buku Gramedia ini secara tidak langsung juga berkontribusi dalam upaya peningkatan literasi. Anak semakin dekat dengan buku dan orangtua bisa menunggu anak sekolah sambil membaca buku.