Peneliti BRIN temukan spesies ular air jenis baru di Danau Towuti, Sulsel, bernama ”Hypsiscopus indonesiensis”.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional menemukan spesies ular air jenis baru di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Jenis ular dengan nama latin Hypsiscopus indonesiensis itu menjadi jenis spesies ke-60 yang ditemukan di Sulawesi.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amir Hamidy mengatakan, spesies ular jenis baru yang ditemukan tersebut berwarna abu-abu kecokelatan dengan ekor yang pipih secara lateral. Jumlah baris sisik pada bagian tengah tubuh dan di perut (ventral) lebih banyak dibandingkan dengan di bagian sisik ekor. Pola warna blirik pada spesies baru ini juga khas dibandingkan dengan jenis spesies Hypsiscopus lain.
Temuan spesies ular jenis baru itu telah dipublikasi dalam studi berjudul ”A New Species of Water Snake Genus Hypsiscopus (Serpentes: Homalopsidae) from Sulawesi, Indonesia” di Jurnal Treubia Volume 50 Nomor 1 pada Juli 2023.
”Ular endemik Sulawesi ini populernya disebut ular air ekor pipih. Kelompok genus ini hidup di perairan tawar dan memangsa ikan kecil, anak katak, dan kepiting. Panjang tubuh ular air tawar ini pun relatif kecil, yakni kurang dari 1 meter dan hanya tersebar di Danau Towuti. Alhasil, ular ini memiliki tingkat endemisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis Hypsiscopus matannensis,” tuturnya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Amir menyampaikan, studi lebih lanjut mengenai populasi serta sebaran dari spesies ular Hypsiscopus indonesiensis sangat diperlukan untuk mengevaluasi status konservasi ular tersebut. Saat ini terdapat empat jenis spesies ular dengan genus yang sama. Tiga jenis spesies terdapat di Sulawesi dengan dua di antaranya merupakan ular endemik Sulawesi, yaitu Hypsiscopus indonesiensis dan Hypsiscopus matannensis.
Ia menjelaskan, saat ini jumlah ular endemik Sulawesi mencapai 60 persen dari seluruh spesies ular yang ditemukan. Tingkat endemisitas tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Di Sumatera terdapat 127 spesies ular dengan 16 persen di antaranya spesies endemik, di Kalimantan terdapat 133 spesies dengan 23 persen di antaranya endemik, serta di Jawa dan Bali terdapat 110 spesies ular dengan 6,4 persen bersifat endemik.
Menurut Amir, tingkat endemisitas yang tinggi dan kekayaan spesies yang relatif rendah pada jenis ular di Sulawesi kemungkinan besar terkait dengan periode isolasi Sulawesi yang lebih lama dari Kepulauan Sunda Besar lainnya. Itu sebabnya, para taksonom menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait status taksonomi dari Hypsiscopus di Sulawesi.
Mengapa proses identifikasinya tertunda? Itu karena jumlah spesimen masih terbatas.
Keterbatasan spesimen yang diteliti dapat berpotensi menyesatkan dalam studi morfologi. Keterbatasan spesimen itu pula yang membuat identifikasi spesies ular Hypsiscopus indonesiensis lama dilakukan.
Amir mengatakan, temuan spesies ular jenis Hypsiscopus indonesiensis berasal dari enam spesimen ular yang dikoleksi pada tahun 2003 dan satu spesimen yang dikoleksi pada tahun 2019. ”Rentang waktunya cukup jauh, sekitar 16 tahun. Mengapa proses identifikasinya tertunda? Itu karena jumlah spesimen masih terbatas,” katanya.
Barulah pada 2019, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, sebelum dilebur menjadi BRIN, membawa spesimen segar dari Danau Towuti. Spesimen tersebut sangat membantu proses identifikasi karakter dari spesies ular yang ditemukan menjadi lebih valid.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Satyawan Pudyatmoko dalam siaran pers mengatakan, kolaborasi berbagai pihak penting untuk dilakukan dalam penemuan spesies baru.
Penemuan spesies baru menjadi asa baru di dunia konservasi. Kolaborasi dari berbagai pihak sekaligus bertujuan agar informasi temuan spesies baru bisa disebarluaskan dan diketahui masyarakat luar. Indonesia pun bisa semakin dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati.