Makanan pengganti air susu ibu tidak harus dengan susu formula atau makanan yang mahal, pangan lokal pun sudah bergizi.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberian susu formula kepada anak bukan cara yang tepat untuk menekan angka tengkes karena susu formula hanya boleh diberikan dalam kondisi tertentu. Makanan pengganti air susu iIbu pun tidak harus dengan susu formula atau makanan yang mahal, pangan lokal yang terjangkau sudah cukup menjamin gizi anak.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lovely Daisy menjelaskan, pencegahan anak terlahir tengkes harus diantisipasi sejak dari dalam kandungan. Ibu hamil harus dipastikan tidak ada anemia dan kekurangan zat gizi ataupun mikronutrisi lainnya, seperti asam folat. Perlu juga diperhatikan asupan susu yang dikonsumsi ibu hamil sebagai sumber kalsium.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi tengkes masih cukup tinggi, yakni 21,6 persen. Pemerintah menargetkan angka ini turun menjadi 14 persen pada 2024.
”Kalau kita ingin menurunkan prevalensi stunting (tengkes), intervensi kepada ibu hamil sebelum kelahiran yang harus kita kuatkan. Jangan sampai ada bayi terlahir pendek atau stunting. Saat ini angkanya masih cukup tinggi di Indonesia, hampir seperlima bayi kita terlahir pendek,” kata Lovely di Kantor Kemenkes, Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Untuk mendapatkan kehamilan yang sehat, seorang calon ibu agar menyiapkan diri. Ia harus memastikan dirinya sehat sebelum hamil. Hal ini bisa tercapai dengan gaya hidup sehat, yakni pola makan seimbang, tidak merokok, dan rajin berolahraga. Calon ibu dianjurkan agar menjalani diet berimbang dengan mengutamakan protein dan membatasi karbohidrat, ditambah dengan sayur dan buah-buahan sebagai sumber serat dan vitamin.
Ibu hamil juga perlu menghindari makanan yang menggunakan penyedap makanan dan makanan yang dimasak setengah matang. Jangan lupa menambahkan asupan kalsium yang berasal dari susu dan pastikan minum air putih yang cukup.
Terkadang orangtua hanya malas. Kalau mau anaknya pintar, jangan dikasih susu terus. Kalau kebanyakan minum susu, anak susah menerima makanan lain.
Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan secara terpadu selama enam kali; dua kali pada trisemester pertama, satu kali pada trisemester kedua, dan tiga kali pada trisemester ketiga. Kemudian, persalinan sebaiknya dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK) dengan dibantu dokter spesialis kebidanan.
Larangan memberikan susu formula pada bayi ini sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang susu formula bayi dan produk bayi lainnya. Dalam aturan itu ditegaskan, susu formula hanya bisa diberikan kepada bayi dengan indikasi medis, ibu tidak ada, atau ibu terpisah dari bayi.
Indikasi medis yang dimaksud meliputi kelainan metabolisme bawaan, antara lain galaktosemia, penyakit kemih, dan fenilketonuria. Selain itu, susu formula bisa diberikan kepada bayi prematur, lahir dengan berat badan di bawah 1,5 kilogram, dan berisiko hipoglikemia.
Oleh sebab itu, ia mendorong masyarakat untuk menerapkan standar emas pemberian makanan kepada bayi dan anak untuk mencegah tengkes. Mulai dari inisiasi menyusu dini (IMD), air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan, makanan pengganti ASI (MPASI) setelah usia 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.
”Stunting meningkat sangat pesat ketika bayi memasuki usia 6-23 bulan atau saat bayi mulai mendapatkan MPASI. Ternyata MPASI yang diberikan ibu atau pengasuh ini tidak mencukupi nutrisinya, baik dari segi jumlah atau komposisinya, masih kurang protein hewani,” ucap Lovely.
Pemberian MPASI
Menu makanan MPASI harus lengkap, terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak, bukan susu formula. MPASI juga harus diberikan tepat waktu (setelah usia 6 bulan), memadai, aman dan higienis, serta diberikan secara responsif memperhatikan isyarat nafsu makan dan kenyang anak.
Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Rudatin memaparkan, MPASI tidak harus dengan sumber makanan yang mahal. Sebab, pangan lokal yang terjangkau pun bisa menjamin tumbuh kembang anak menjadi lebih baik dan mencegah tengkes.
Misalnya, ikan-ikan murah di pasar, seperti lele dan kembung, juga sama baiknya dengan ikan salmon yang mahal. Selain itu, hati ayam juga bisa menjadi pilihan karena mengandung asam amino yang tinggi. Buahnya bisa diberi jeruk medan yang manis untuk pemenuhan kebutuhan energi. Semua dikenalkan secara bertahap sesuai dengan usianya agar anak mulai mengenal makanan.
”Jadi, susu bukan semata-mata makanan sumber protein untuk bayi dan ibu hamil, susu formula boleh, tetapi tidak wajib. Terkadang orangtua hanya malas. Kalau mau anaknya pintar, jangan dikasih susu terus. Kalau kebanyakan minum susu, anak susah menerima makanan lain,” kata Rudatin.
Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menegaskan, susu formula tidak berdampak pada pertumbuhan bayi yang dalam kondisi sehat. Di sisi lain, pemasaran susu formula semakin masif mengganggu upaya penanganan tengkes. WHO mencatat, produsen susu formula bisa mengiklankan produknya sebanyak 90 kali per hari dengan total pembaca sebanyak 229 juta pengguna media sosial.
Di Indonesia, pemasaran susu formula yang masif ini berdampak pada rendahnya pemberian ASI. Persentase rata-rata bayi kurang dari 6 bulan yang menerima ASI eksklusif pada 2015-2021 hanya 51 persen, masih kalah dengan Filipina yang mencapai 55 persen. Rata-rata pemberian ASI di ASEAN memang relatif rendah, yakni 43 persen, jauh di bawah rata-rata dunia yang mencapai 48 persen.