Indonesia-AS Tingkatkan Kerja Sama dalam Pengelolaan Hutan
Indonesia bersama Amerika Serikat memperkuat kerja sama untuk mendukung implementasi FoLU Net Sink 2030.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia bersama Amerika Serikat memperkuat kerjasama untuk mendukung implementasi target penyerapan karbon bersih di sektor kehutanan dan penggunaan lahanatau FoLU Net Sink pada 2030.Kerja sama ini juga menandakan komitmen kedua negara dalam pengelolaan hutan yang lebih berkelanjutan.
Kerja sama Indonesia dan AS di bidang pengelolaan hutan ini dituangkan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama United States Forest Service (USFS) yang merupakan lembaga di bawah Departemen Pertanian AS(USDA) di Gedung Manggala Wana Bakti, Kompleks KLHK, Jakarta, Selasa (23/1/2024).
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menyampaikan, kerja sama dengan USFS merupakan sebuah tonggak penting dalam rencana operasional Indonesia FoLU Net Sink 2030. Melalui rencana operasional FoLU Net Sink 2030, Indonesia berkomitmen untuk bisa menjadi contoh sekaligus mendukung pencapaian komitmen iklim global dan nasional.
”Saya percaya bahwa kerja sama melalui kemitraan ini akan semakin kuat. Sebab, kerja sama didasarkan pada bukti-bukti yang terukur, prinsip kedaulatan, saling menghormati, percaya, dan menguntungkan,” ujar Sitidalam sambutannya seusai penandatanganan MoU.
Menurut Siti, kerja sama jangka panjang dengan AS akan memperkuat upaya-upaya yang sedang berjalan dalam pengelolaan hutan multiguna. Salah satu kegiatan yang ditekankan berkaitan dengan pengelolaan hutan lestari, sistem perencanaan hutan, jasa penyuluhan hutan, serta kemampuan teknis pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Selain itu, kerja sama ini juga mencakup penguatan aspek penegakan hukum, khususnya mendukung akademi polisi hutan Indonesia. Di sisi lain, inisiatif peningkatan kapasitas juga akan dikembangkan untuk memberdayakan masyarakat dan pemangku kepentingan lokal sehingga pengelolaan hutan lestari dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala USFSRandy Moore mengatakan, kerja sama ini merupakan hasil perbincangan antara USFS dan KLHK pada tahun 2018 lalu. MoU ini memperkuat landasan yang sudah dimiliki kedua belah pihak.
Saya percaya bahwa kerja sama melalui kemitraan ini akan semakin kuat. Sebab, kerja sama didasarkan pada bukti-bukti yang terukur, prinsip kedaulatan, saling menghormati, percaya, dan menguntungkan.
MoU antara USFS dan KLHK diharapkan dapat membuka jalan bagi praktik pengelolaan hutan yang lebih baik dan efektif di Indonesia. Upaya ini pun diharapkan bisa turut berkontribusi terhadap upaya global untuk memitigasi perubahan iklim dan meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati.
Randy berharap hubungan dan kerja sama pengelolaan hutan yang terjalin dengan Indonesia dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Ia meyakini, Indonesia mampu berperan sebagai pemimpin global dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup dan kehutanan.
”Komitmen ini adalah kesempatan bagi kita untuk bekerja sama mengatasi tantangan perubahan iklim secara global. Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam isu ini di seluruh dunia,”katanya.
KLHK dan USFStelah melakukan banyak kegiatan peningkatan kapasitas pengelolaan hutan sejak penandatanganan nota kesepakatan(letter of intent/LoI) pada November 2006. Sejumlah program kegiatan terkait penelitian dan kajian selama 2013-2015,antara lain, terkait restorasi dan rehabilitasi, inventarisasi karbon di mangrove, penelitian di bidang kehutanan, pengendalian karhutla, serta penyusunan Kebijakan Satu Peta.
Pada 2022, KLHK bersama Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) kembali memperkuat kerja sama penurunan emisi di sektor kehutanan dan tata guna lahan. Ini merupakan salah satu bentuk dukungan USAID dalam kegiatan FoLU Net Sink 2030.
Kerja sama KLHK dan USAID difokuskan pada ruang lingkup dukungan di bidang prioritas rencana operasional FoLU Net Sink 2030. Dukungan tersebut meliputi pengurangan deforestasi dan degradasi hutan, pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi hutan dan lahan, restorasi lahan gambut dan bakau, konservasi keanekaragaman hayati, serta perlindungan spesies kunci.
Siti menekankan bahwa pencapaian Indonesia FoLU Net Sink 2030 menuntut upaya mobilisasi, koordinasi, dan mengatur semua sumber daya, termasuk publik, swasta, serta komunitas internasional. (Kompas.id, 20/5/2022).